Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KASUS

Anemia gravis et Causa Chronic


Kidney Disease grade V, Hipertensi
emergensi
Disusun oleh: Muchammad Karunia Fadillah
21504101021
Pembimbing: dr. Bondan, M.Kes, Sp.PD

KEPANITERAAN KLINIK MADYA


LABORATORIUM ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD KANJURUHAN KEPANJEN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM
MALANG
2015
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S.
Umur : 60 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Tlogorejo Pagak
S. Perkawinan : Menikah
Suku : Jawa
Agama : Islam
Tanggal MRS: 02 Desember 2015
No RM : 384386
ANAMNESA
• Keluhan Utama
Penurunan kesadaran post-hemodialisa
• Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSUD Kanjuruhan Kepanjen tanggal
02 Desember 2015 untuk melakukan hemodialisa, setelah
melakukan hemodialisa pasien mengalami penurunan
kesadaran GCS 111. Pasien juga mengeluh mual sejak 2
bulan yang lalu, sesak memberat apabila dibuat berbaring
dan berjalan ringan, bengkak pada kedua kaki sejak 3
bulan yang lalu, batuk kering sejak 2 minggu yang lalu.
Mata kiri tidak bisa melihat sejak 17 hari yang lalu.
ANAMNESA
• Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat hipertensi (+) tidak kontrol dan minum obat, Stroke Infark (+) 17
hari yang lalu.
 Riwayat sakit gula (+) sejak 10 tahun yang lalu, poliuria (+), polidipsi (+),
poliphagia (+)
• Riwayat Penyakit Keluarga
(-)
• Riwayat Kebiasaan
 Riwayat Lifestyle (+), sering dan suka makan jerohan, hampir setiap hari
sejak dahulu dan sering minum-minuman manis.
• Riwayat Pengobatan
 Pasien sudah melakukan cuci darah sebanyak 9 kali dalam dua bulan
terakhir ini.
• Aktivitas memperberat dan memperingan
 Apabila pasien berbaring pasien merasakan sesak dan membaik apabila
dibuat duduk.
 Pasien juga mengeluhkan sesak dan sering terjadi bengkak pada kedua
kaki apabila berjalan ringan.
ANAMNESA SISTEMIK
• Mata : penglihatan kabur (+), ketajaman penglihatan
berkurang (+)
• Leher : sakit tengkuk (+)
• Jantung & peredaran darah : berdebar-debar (+),
ortopneu (+), paroxysmal nocturnal dipsneu (+),
dipsnue d’effort (+)
• Gastrointestinal : mual (+), muntah (+), nafsu makan
menurun (+)
• Ekstremitas atas/bawah: bengkak (+)
• Endokrin : polidipsi (+), polifagi (+), poliuri (+)
• Darah : kepucatan (+)
• Penyakit pernah diderita: DM (+), HT (+), Stroke (+)
PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan Umum
Tampak pucat dan lemah, kesadaran compos
mentis (GCS 456), status gizi kesan cukup.
• Tanda Vital
 Tensi : 200/90 mmHg
 Nadi : 67x / menit
 Pernafasan : 28 x /menit
 Suhu : 35,2oC
• Mata : Conjungtiva anemis (+/+)
• Hidung : Nafas cuping hidung (+)
PEMERIKSAAN FISIK (lanj..)
Thoraks
DBN
Cor :
• Inspeksi : ictus cordis tak tampak
• Palpasi : ictus cordis tak kuat angkat
• Perkusi :
o batas kiri atas : SIC II 1 cm Linea Para Sternalis Sinistra
o batas kanan atas : SIC II Linea Para Sternalis Dextra
o batas kiri bawah : SIC VI 1 cm medial Linea midclavicula sinistra
o batas kanan bawah : SIC V Linea Para Sternalis Dextra
o pinggang jantung : SIC III 1 cm Linea Para Sternalis Sinistra
(batas jantung terkesan membesar)
• Auskultasi:
o Bunyi jantung I–II intensitas normal, regular, bising (-)
PEMERIKSAAN FISIK (lanj..)

• Pulmo : Wheezing (+/+)


• Abdomen :
Inspeksi : Perut tampak membesar
Palpasi : meteriosmus (+), Nyeri tekan
(+), Shifting Dullness (+), Undulasi (+)
Perkusi : redup
Auskultasi : bising usus (+) normal
• Ekstremitas : Edema + +
+ +
• Chronic Kidney Desease grade V
• Anemia gravis
• Hipertensi Grade II
• Hipertensi Emergensi
• Heart Failure

DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Lengkap

Usulan pemeriksaan Lab : USG Abdomen (ginjal) / Foto


polos Abdomen
RESUME
Pasien datang ke RSUD Kanjuruhan Kepanjen tanggal 02 Desember 2015
untuk melakukan hemodialisa, setelah melakukan hemodialisa pasien mengalami
penurunan kesadaran GCS 111. Pasien juga mengeluh mual sejak 2 bulan yang lalu,
sesak memberat apabila dibuat berbaring dan berjalan ringan, bengkak pada kedua
kaki sejak 3 bulan yang lalu, batuk kering sejak 2 minggu yang lalu. Mata kiri tidak
bisa melihat sejak 17 hari yang lalu. Pasien mempunyai riwayat hipertensi yang
tidak terkontrol, stroke (1 bulan yang lalu) dan kencing manis (poliuri, polifagi, dan
polidipsi) 10 tahun yang lalu. Riwayat kebiasaan : sering dan suka makan jerohan,
hampir setiap hari sejak dahulu dan sering minum-minuman manis. Dari hasil
anamnesis fisik : penglihatan kabur (+), ketajaman penglihatan berkurang (+),
sakit tengkuk (+), sesak nafas (+), batuk (+), mengi (+), berdebar-debar,
ortopneu (+), paroxysmal nocturnal dipsneu (+), dipsnue d’effort (+), mual
(+), muntah (+), nafsu makan menurun (+), bengkak (+), polidipsi (+), polifagi
(+), poliuri (+), kepucatan (+). Hasil pemeriksaan fisik : TD : 200/90 mmHg,
Nadi : 67 x / menit, Pernafasan : 28 x /menit, Suhu : 35,2 oC, Conjunctiva
anemis (+/+), Nafas cuping hidung (+), batas jantung kesan membesar,
wheezing (+/+), Perut tampak membesar, meteriosmus (+), Nyeri tekan (+),
pembesaran hepar (+), Shifting Dullness (+), Undulasi (+), Perkusi abdomen :
redup, keempat ekstremitas bengkak. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan
kesimpulan : anemia normokrom normositik dengan peningkatan kadar
ureum dan kreatinin.
Anemia gravis et causa Chronic Kidney Disease
grade V dengan Hipertensi Emergensi

WORKING DIAGNOSIS
PENATALAKSANAAN
1. Non Medika mentosa
• Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakitnya
• Tirah baring
• Diet rendah protein, rendah garam, rendah kalori
(0,6mg/kgBB/hr).
• Planning cek DL ulang dan Renal Function Test.
2. Medikamentosa
• O2 2-4 L/menit
• IVFD Line Normal Saline 7 tpm
• Ranitidine injeksi 2x1 (40 mg)
• Ondansentron 3x1 (8 mg)
• Drip Furosemid Syiringe pump 5mg/jam
• Diltiazem (Herbesser) 2 amp (100 mg) dalam 100 cc NS  12
tpm s/d TD < 180
• Per Oral Adalat Oros 1 x 30 mg
FOLLOW UP
FOLLOW UP
FOLLOW UP
TINJAUAN PUSTAKA
CKD (Chronic Kidney Disease)
Definisi :
Suatu proses patofisiologis dengan etiologi
yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi
ginjal yang progresif, dan umumnya berakhir
dengan gagal ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal
adalah suatu keadaan klinis yang ditandai
dengan penurunan fungsi ginjal yang
ireversibel, pada suatu derajat yang memerlukan
terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis
atau transplantasi ginjal. Dan ditandai dengan
adanya uremia ( retensi urea dan sampah nitrogen
lainnya dalam darah)
Kriteria :
1. Kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan,
berupa kelainan struktural atau fungsional,
dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi
glomerulus (LFG), dengan manifestasi:
• Kelainan patologis
• Terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan
dalam komposisi darah atau urin, atau kelainan
dalam tes pencitraan (imaging tests)
2. Laju filtrasi glomerulus kurang dari 60
ml/menit/1,73m2 selama 3 bulan, dengan atau
tanpa kerusakan ginjal.
Klasifikasi :
Klasifikasi penyakit ginjal kronik didasarkan atas
dua hal yaitu atas dasar derajat (stage) penyakit
dan atas dasar diagnosis etiologi.
Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik atas Dasar Derajat Penyakit
Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1,73m2)
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal ≥ 90
atau ↑
2 Kerusakan ginjal dengan ↓ LFG ringan 60 – 89
3 Kerusakan ginjal dengan ↓ LFG sedang 30 – 59
4 Kerusakan ginjal dengan ↓ LFG berat 15 – 29
5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis

LFG (ml/mnt/1,73m2) = (140 – umur) X berat badan *)

72 X kreatinin plasma (mg/dl)


*) pada perempuan dikalikan 0,85
Klasifikasi dasar diagnosis etiologi
Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik atas Dasar Diagnosis Etiologi
Penyakit Tipe mayor ( contoh )
Penyakit ginjal diabetes Diabetes tipe 1 dan 2
Penyakit ginjal non diabetes Penyakit glomerular (penyakit autoimun, infeksi sistemik,
obat, neoplasma)

Penyakit vaskular ( penyakit pembuluh darah besar,


hipertensi, mikroangiopathi)

Penyakit tubulointerstitial (pielonefritis kronik, batu,


obstruksi, keracunan obat)

Penyakit kistik (ginjal polikistik)


Penyakit pada transplantasi Rejeksi kronik

Keracunan obat (siklosporin / takrolimus)

Penyakit recurrent (glomerular)

Transplant glomerulopathy
ETIOLOGI
Gambaran klinis pasien penyakit ginjal kronik meliputi :
• Sesuai dengan penyakit yang mendasarinya seperti diabetes
mellitus, infeksi traktus urinarius, batu traktus urinarius,
hipertensi, hiperurekemi, lupus eritomatosus sistemik
(LES), dan lain sebagainya;
• Sindrom uremia, yang terdiri dari lemah, letargi,
anoreksia, mual muntah, nokturia, kelebihan volume
cairan (volume overload), neuropati perifer, pruritus,
uremic frost, perikarditis, kejang-kejang sampai koma;
• Gejala komplikasinya antara lain, hipertensi, anemia,
osteodistrofi renal, payah jantung, asidosis metabolic,
gangguan keseimbangan elektrolit (sodium, kalium,
khlorida).

Gambaran Klinis
Gambaran Laboratoris
• Gambaran laboratorium penyakit ginjal kronik meliputi :
• Sesuai dengnan penyakit yang mendasarinya;
• Penurunan fungsi ginjal berupa peningkatan kadar ureum dan
kreatinin serum, dan penurunan LFG yang dihitung mempergunakan
rumus Kockcroft-Gault. Kadar kreatinin serum saja tidak bisa
dipergunakan untuk memperkirakan fungsi ginjal;
• Kelainan biokimia darah meliputi penurunan kadar hemoglobin,
peningkatan kadar asam urat, hiper atau hipokalemia, hiponatremia,
hiper atau hipokloremia, hiperfosfatemia, hipokalsemia, asidosis
metabolic;
• Kelainan urinalisis, meliputi proteinuria, hematuria, leukosuria, cast,
isostenuria.

Gambaran Laboratoris
• Foto polos abdomen, bisa tampak batu radio-opak;
• Pielografi intravena jarang dikerjakan, karena kontras
sering tidak bisa melewati filter glomerulus, di samping
kekhawatiran terjadinya pengaruh toksik oleh kontras
terhadap ginjal yang sudah mengalami kerusakan;
• Pielografi antegrad atau retrograde dilakukan sesuai
dengan indikasi;
• Ultrasonografi ginjal bisa memperlihatkan ukuran ginjal
yang mengecil, korteks yang menipis, adanya
hidronefrosis atau batu ginjal, kista, massa, kalsifikasi.
• Pemeriksaan pemindaian ginjal atau renografi bila ada
indikasi.

Gambaran Radiologis
PENATALAKSANAAN
PRINSIP PENATALAKSANAAN
1. Terapi spesifik terhadap penyakit
dasarnya
2. Pencegahan dan terapi terhadap kondisi
komorbid (comorbid condition) ex :
gangguan keseimbangan cairan,
hipertensi yang tidak terkontrol, infeksi
traktus urinarius, obstruksi traktus
urinarius, obat-obat nefrotoksik, bahan
radiokontras.
3. Memperlambat pemburukan (progression) fungsi ginjal.
Dua cara penting untuk mengurangi hiperfiltrasi glomerulus
ini adalah :
a) Pembatasan asupan protein
b) Terapi farmakologis untuk hipertensi intraglomerulus.
c) Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular
d) Pencegahan dan terapi terhadap Anemia
e) Pencegahan dan terapi terhadap Osteodistrofi Renal
• Mengatasi hiperfosfatemia
• Pembatasan asupan fosfat
• Pemberian pengikat fosfat (kalsium, aluminium
hidroksida, garam magnesium, kalsium karbonat dan
calcium asetate)
f) Pemberian bahan kalsium memetik (Pemberian Kalsitriol
(1.25(OH2D3))
g) Terapi Pengganti Ginjal
• Hemodialisis
• Indikasi Hemodialisa :
• LFG < 5 mL/mnt
• Keadaan umum buruk dan gejala klnis nyata (mual, muntah,
gelisah)
• K serum > 6 mEq/L
• Ureum darah > 200 mg/dL
• Kreatinin serum > 8 mg%
• pH darah < 7,1
• Anuria berkepanjangan (> 5 hari)
• Fluid overloaded
• Dialisis peritoneal
h) Terapi Nutrisi pada GGK dengan Dialisis
• Mengurangi akumulasi toksin uremi, cairan, elektrolit diluar waktu
dialisis.
• Memperbaiki status nutrisi,mencegah defisiensi asam amino, vitamin,
dan lain-lain
Terapi Nutrisi pada Dialisis
1. Terapi rendah protein
harus dihitung secara proporsional
Keuntungan :
- Mencegah akumulasi toksin urenia
- Menghambat memburuknya faal ginjal
2. Kebutuhan jumlah kalori
pemberian kalori harus cukup terutama dari bahan
karbohidrat jumlah kalori yang diberikan lebih dari
35 Kcal/KgBB/hari.
3. Kebutuhan cairan
• Sesuai dengan jumlah urine dalam waktu 24 jam untuk
GGK stadium akhir perlu dibatasi cairan yang masuk
(infus, minum, dll)

4. Kebutuhan elektrolit dan mineral


- Natrium (Na) garam dapur harus dibatasi sekitar 5 g/hari
pada penderita hipertensi berat dan gagal jantung
- Kalium (Ka)
• Kalium perlu dibatasi pada keadaan : asiditas, sepsis
• Makanan yang banyak mengandung kalium antara
lain : air kelapa, buah segar.
- Pemberian bicarbonat diperlukan dalam keadaan asiditas
(nafas kusmoul)

Anda mungkin juga menyukai