Anda di halaman 1dari 20

Epidemiologi Surveilans

Terhadap Kasus yang


Mirip dengan Pertusis
I Made Ananta Wiguna
102015083
C5
Skenario 2

 Dokter mega bekerja di sebuah puskesmas kecamata berpenduduk 25.000


jiwa. Minggu ini ia dikejutkan dengan meningkatnya kasus yang mirip dengan
pertusis pada anak-anak balita. Laporan hasil program imunisasi dasar DPT
ternyata telah mencapai 80%. Ia bermaksud untuk mengadakan penyelidikan
epidemiologis atas peristiwa tersebut. Apakah benar kejadian tersebut adalah
KLB pertusis
Etiologi dan Epidemiologi

 Penyebab dari pertusis adalah Bordetella pertussi


 Distribusi penyakit ini sering menyerang anak-anak (khususya usia dini)
tersebar di seluruh dunia
 Tidak tergantung etnis, cuaca ataupun lokasi geografis
 Terjadi penurunan yang nyata dari angka kesakitan pertusis selama empat
decade terakhir
 Terutama pada masyarakat dimana program imunisasi berjalan dengan baik
serta tersedia pelayanan kesehatan yang cukup dan gizi yang baik.
 Amerika Syarikat (1977-1980)  102.500 penderita pertusis.
 Indonesia (1983)  819.500 penderita pertusis dengan angka kematian 23.100
orang.
Diagnosis

 Tanda diagnostik yang paling pemeriksaan penunjang bisa dilakukan


berguna: dengan :
 Batuk paroksismal diikuti suara  Pemeriksaan darah lengkap (terjadi
whoop saat inspirasi, sering disertai peningkatan jumlah sel darah putih
muntah yang ditandai dengan sejumlah besar
limfosit)
 Perdarahan subkonjungtiva
 Pemeriksaan serologis untuk
 Anak tidak atau belum lengkap Bordetella pertussis dengan ELISA
diimunisasi terhadap pertusis
 PCR (Polymerase Chain Reaction)
 Bayi muda mungkin tidak disertai
whoop, akan tetapi batuk yang
diikuti oleh berhentinya napas atau
sianosis, atau napas berhenti tanpa
batuk
 Periksa anak untuk tanda pneumonia
dan tanyakan tentang kejang.
Gambaran Klinis

Tahap kataral Tahap paroksismal Tahap konvalesen

• waktu 9-10 hari • waktu 10-14 hari • waktu 4-6 minggu


setelah terinfeksi setelah timbulnya setelah gejala awal
• flu ringan gejala awal • Batuk semakin
• bersin-bersin • Batuk 5-15 kali berkurang
• mata berair diikuti dengan • muntah juga
menghirup nafas berkurang
• nafsu makan
dalam dengan nada • anak tampak
berkurang
tinggi muntah dan merasa lebih baik
• lesu penurunan
• batuk • Kadang batuk
kesadaran
terjadi selama
• tersedak lebih berbulan-bulan
Patogenesis dropletes

silia epitel saluran


pernapasan

eksudasi yang
muko purulen

Perlengketan

Perlawanan

pengerusakan

Penumpukan mucus

bronkiektasis
Devinisi

 Surveilans Kesehatan  kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus


menerus terhadap data dan informasi tentang kejadian penyakit atau masalah
kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan
penularan penyakit atau masalah kesehatan untuk memperoleh dan
memberikan informasi guna mengarahkan tindakan pengendalian dan
penanggulangan secara efektif dan efisien.
 Kejadian Luar Biasa (KLB) timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan
dan/atau kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah
dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus
kepada terjadinya wabah.
Tujuan Surveilans
Tujuan Umum
 Melakuakan deteksi dini dan mengetahui gambaran epideiologi untuk pengendalian penyakit
perutusis

Tujuan Khusus
 Terlaksananya pengumpulan data berdasarkan waktu, tempat dan orang
 Terdeteksinya kasus pertusis secara dini
 Terlaksananya penyelidikan epidemiologi setiap KLB pertusis dan konfirmasi laboratorium
 Terlaksananya analisa data pertusis berdasarkan variabel epidemiologi yang meliputi waktu,
tempat kejadian dan orang di setiap tingkat administrasi kesehatan, sebagai bahan monitoring
dampak program imunisasi pertusis
 Terwujudnya pengembilan keputusan untuk pengendalian penyakit pertusis
Sistem Kewaspadaan Dini KLB

Lakukan pencarian
Lakukan penyuluhan
Pada kejadian luar kasus yang tidak
kepada masyarakat,
biasa, dipertimbangkan terdeteksi dan yang
khususnya kepada orang
untuk memberikan tidak dilaporkan untuk
tua bayi, tentang
perlindungan kepada melindungi anak-anak
bahaya pertusis dan
petugas kesehatan yang usia prasekolah dari
manfaat memberikan
terpajan dengan kasus paparan dan agar dapat
imunisasi mulai usia 2
pertusis yaitu dengan diberikan perlindungan
bulan dan mengikuti
memberikan yang adekuat bagi
jadwal pemberian
erythromycin selama 14 anak-anak usia di
imunisasi yang
hari. bawah 7 tahun yang
dianjurkan.
terpapar.
Kegiatan Surveilans Pertusis
Di tingkat puskesmas
Penemuan kasus Pengambilan Pencatatan dan Pengolahan dan
Spesimen Pelaporan analisis data

• memenuhi kriteria •Kasus pertusis •Puskesmas •Jumlah kasus


klinis pertusis. dapat juga mencatat setiap berdasarkan
• batuk < 2 minggu didiagnosa kasus pertusis ke kelompok umur
diupayakan untuk secara dalam format (< 1 tahun, 1-4
dimonitor laboratoris list pertusis dan tahun, 5-9
• Bila kasus dengan dilaporkan ke tahun, >10 tahun
memenuhi kriteria mengambil dinas kesehatan )
klinis pertusis, sampel berupa kab/kota setiap •Status imunisasi
catat dalam format hapus tenggorok bulan. DPT- HB – Hib
laporan pertusis atau DPT - HB
seperti dalam penderita
lampiran dan •Angka CFR total
lakukan dan menurut
penyelidikan kelompok umur
epidemiologi •Angka insidensi
• Bila memenuhi menurut
kriteria KLB maka kelompok umur
dilakukan dan jenis
penyelidikan KLB kelamin
berdasarkan
bulan dan tahun
Di Rumah Sakit

Penemuan Kasus Pengambilan Pencatatan dan


Spesimen Pelaporan

•Surveilans aktif •Kasus pertusis •Kasus yang


RS bertujuan dapat juga terjadi di Rumah
untuk didiagnosa Sakit dilaporkan
menemukan secara ke Dinas
kasus pertusis laboratoris Kesehatan
yang berobat ke dengan Kabupaten/Kota
rumah sakit baik mengambil oleh petugas
langsung maupun sampel berupa Dinas Kesehatan
rujukan dari hapus tenggorok Kabupaten/Kota
fasilitas yang melakukan
kesehatan lain. kunjungan
surveilans aktif
RS
Alur Pelaksanaan Surveilans Aktif di RS

Staff Surveilans
Kabupaten
(Setiap minggu mengunjungi RS)

RUMAH SAKIT YANG MEMBERI PELAYAN KEPADA ANAK

Poliklinik yang memberi pelayanan Bangsal yang merawat anak UGD/Rehabilitasi Medik
kepada anak (Bangsal Penyakit Dalam, Anak dan Syaraf) Tanyakan kasus Pertusis kepada
Tanyakan kasus AFP CP dan dokter UGD/Rehabilitasi
(Poli Umum, Anak dan Syaraf)
kepada CP dan dokter bangsal Medik
Tanyakan kasus AFP
kepada CP dan dokter poli

Cek register dan Cek register dan Cek register dan


bubuhkan paraf bubuhkan paraf bubuhkan paraf

Ada kasus yang dicurigai Pertusis Tidak ada kasus yang dicurigai Pertusis

Cek catatan medik dan konsul ke


Bukan kasus Pertusis Isi Form FP-PD
dokter

Benar kasus
Pertusis

Catatan: Setiap hari contact person (CP) mengecek setiap ruangan adanya kasus pertusis dan setiap Tatalaksana kasus Pertusis
minggu membubuhkan paraf di register bersama petugas kabupaten/kota. Apabila ada kasus pertusis
segera dilaporkan ke Dinkes Kabupaten.
Di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Penemuan Kasus Pengiriman Spesimen Pencatatan dan Pengolahan dan Umpan Balik
Pelaporan analisis data

•Setiap minggu •Jika dilakukan •Laporan yang harus •Jumlah kasus •Dinas Kesehatan
petugas dinas pengambilan dikirim setiap berdasarkan Kabupaten/Kota
kesehatan spesimen hapus bulan ke propinsi : kelompok umur (< membuat umpan
kabupaten/kota tenggorok dari RS, •Laporan Integrasi 1 tahun, 1-4 tahun, balik mengenai
mengunjungi dan dari puskesmas (AFP, campak, TN, 5-9 tahun, >10 situasi penyakit
rumah sakit di dapat dikirimkan difteri, pertusis) tahun ) pertusis di
wilayah kerjanya ke Laboratorium •Laporan •Status imunisasi wilayahnya kepada
untuk mencari dan Rujukan Kelengkapan DPT- HB – Hib atau Puskesmas di
menemukan secara segera/secepatnya. Surveilans aktif DPT - HB wilayah kerjanya
aktif kasus pertusis RS dan puskesmas penderita berupa buletin
(Form Absensi/K) •Angka CFR total atau media lain
dan menurut yang dapat
kelompok umur diintegrasikan
dengan penyakit-
•Kecenderungan
penyakit lainnya.
kasus menurut
kelompok umur
serta kecendrungan
kasus berdasarkan
bulan dan tahun
•Distribusi kasus
berdasarkan
kecamatan
Tingkat pusat
Pencatatan dan Pengolahan dan Umpan balik Diseminasi informasi
Pelaporan analisis data

• Data pertusis yang • Jumlah kasus • Pusat membuat • Bila disepakati


dilaporkan dari berdasarkan umpan balik secara
Provinsi direkap kelompok umur (< 1 mengenai situasi regional/global
untuk mendapatkan tahun, 1-4 tahun, penyakit pertusis di Kementerian
data nasional. 5-9 tahun, >10 wilayahnya kepada Kesehatan dapat
tahun ) Provinsi di wilayah mendesiminasikan
• Status imunisasi kerjanya berupa informasi pertusis
DPT- HB – Hib atau bulletin atau media ini ke tingkat WHO
DPT - HB penderita lain yang dapat regional sesuai
• Angka CFR total diintegrasikan permintaan.
dan menurut dengan penyakit-
kelompok umur penyakit lainnya.
• Kecenderungan
kasus menurut
kelompok umur
serta kecendrungan
kasus berdasarkan
bulan dan tahun
• Distribusi kasus
berdasarkan
kab/kota
Penyelidikan Epidemiologi Pertusis

 mengetahui gambaran kelompok rentan dan penyebaran kasus agar


mendapatkan arah upaya penanggulangan.
 Petugas membuat kurva epidemi dibuat dalam harian dan mingguan kasus dan
atau kematian, sampai KLB dinyatakan selesai.
 Penyelidikan lapangan dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya
kasus lain, terutama pada kelompok rentan dengan cara :
 Kunjungan dari rumah ke rumah seluas perkiraan penularan
 Kunjungan sekolah/tempat kerja kasus
 Mengisi format investigasi/penyelidikan epidemiologi terhadap kasus dan
kontak (semua umur)
Bentuk penyelenggaraan

Surveilans Berbasis Indikator Surveilans Berbasis Kejadian


 memperoleh gambaran penyakit,  menangkap dan memberikan
faktor risiko dan masalah informasi secara cepat tentang
kesehatan dan/atau masalah yang suatu penyakit, faktor risiko, dan
berdampak terhadap kesehatan masalah kesehatan, dengan
yang menjadi indikator program menggunakan sumber data selain
dengan menggunakan sumber data data yang terstruktur. Surveilans
yang terstruktur. Data yang berbasis kejadian dilakukan untuk
digunakan dalam penyelenggaraan menangkap masalah kesehatan
surveilans berbasis indikator yang tidak tertangkap melalui
surveilans berbasis indikator.
Penanggulangan KLB Pertusis
Pengobatan:
• eritromisin selama 7-14 hari Kontak yang berusia dibawah
(maks 3 minggu) dengan dosis 7 tahun dan yang belum
untuk anak-anak 40-50 mendapatkan 4 dosis DPT- HB
mg/kgbb/hari, dewasa 2 Lakukan pemisahan terhadap
kontak yang tidak pernah atau yang tidak mendapat DPT
gram/hari yang masing-masing
dibagi dalam 4 dosis. diimunisasi dalam 3 tahun terakhir harus
segera diberikan suntikan satu
dosis setelah terpapar.

Pengobatan spesifik Imunisasi


• Pengobatan dengan erythromycin • Anak diberikan vaksin pertusis yang terdiri dari
memperpendek masa penularan, namun B.pertussis yang telah dimatikan untuk
tidak mengurangi gejala kecuali bila menginduksi imunitas aktif. Vaksinasi diberikan
diberikan selama masa inkubasi, pada bersama-sama dengan vaksin diphteri dan
stadium kataral atau awal stadium pertusis, tiga kali sejak umur 2 bulan, dengan
paroxysmal. jarak 8 minggu.
Kesimpulan

 Penyebab dari pertusis adalah Bordetella pertussis, distribusi penyakit ini


sering menyerang anak-anak (khususya usia dini) tersebar di seluruh dunia.
Indonesia (1983) terjadi 819.500 penderita pertusis dengan angka kematian
23.100 orang. Dengan imunisasi sejak umur 2 bulan dapat mencegah
terjadinya KLB pertusis.

Anda mungkin juga menyukai