Anda di halaman 1dari 82

PENERAPAN K3 PEKERJAAN KONSTRUKSI

Asosiasi Ahli K3 Konstruksi

Y. EKA WIYANA,ST.MT
Selintas Tentang Terjadinya
KECELAKAAN KERJA
KONSTRUKSI
LANDASAN HUKUM.
1. UNDANG – UNDANG NO. 1 TH.1970 , TENTANG
KESELAMATAN KERJA

2. UNDANG – UNDANG NO 18 TH 1999, TENTANG JASA


KONSTRUKSI.

3. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA RI NO PER 01/ MEN/


1980 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
PADA KONSTRUKSI BSNGUNAN.

4. KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN


MENTERI TENAGA KERJA RI NO KEP.174/ MEN /1986 DAN
104/KPTS/1986. TENTANG PEDOMAN KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA PADA TEMPAT KEGIATAN
KONSTRUKSI.
SASARANPEMBINAANK3

Mencegah kecelakaan kerja


(Zero Accident)
K-3 Tujuan
• Melindungi para pekerja dan orang
lain di tempat kerja
• Menjamin agar setiap sumber
produksi dapat dipakai secara aman
dan efisien
• Menjamin proses produksi berjalan
lancar

UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
Masalah Pelaksanaan K3

Masyarakat pekerja
– Tuntutan pekerja masih pada kebutuhan dasar
(upah dan tunjangan kesejahteraan).
– K3 belum menjadi tuntutan pekerja,

Pengusaha
– Menekankan penghematan beaya produksi dan
meningkatkan efisiensi, untuk mendapatkan
keuntungan sebesar-besarnya. Dan K3 dipandang
sebagai beban beaya operasional tambahan.
FAKTOR-FAKTOR
FAKTOR-FAKTOR ANCAMAN
ANCAMAN
RESIKO
RESIKO KECELAKAAN
KECELAKAAN KERJA
KERJA

TENAGA
KERJA

KESEHATAN PROSES KESELAMATAN


PROSES

BAHAN ALAT
LINGKUNGAN
LINGKUNGAN
KECELAKAAN
KECELAKAAN
ADALAH
ADALAHAKIBAT
AKIBATDARI
DARIRANGKAIAN
RANGKAIANSEBAB-AKIBAT
SEBAB-AKIBAT
(DOMINO
(DOMINO EFFECTS)
EFFECTS)

SUMBER BAHAYA
SUMBER BAHAYA

KECELAKAAN

Korban / Kerugian
LOSS CAUSATION MODEL
(Model Penyebab Kerugian )

PENYEBAB PENYEBAB
KEKURANGAN
DASAR LANGSUNG INSIDEN KERUGIAN
KONTROL

TIDAK CUKUP: TINDAKAN


FAKTOR YANG TIDAK KONTAK MANUSIA
MANUSIA STANDAR DENGAN
PROGRAM
ENERGI
STANDAR & & HARTA BENDA
ATAU
PROGRAM
FAKTOR KONDISI
PEKERJAAN BAHAN PROSES
PEMENUHAN YANG TIDAK
STANDAR STANDAR
(PROFIT)

Ref : International Loss Control Institute


Data kecelakaan Sektoral
- konstruksi : 31,9%
- Industri : 31,6 %
- Transport : 9,3%
- Pertambangan : 2,6%
- Kehutanan : 3,8%
- Lain-lain : 20 %

Ref. ILO
Data penyebab kecelakaan
Sektor konstruksi
- Jatuh : 26%
- Terbentur : 12 %
- Tertimpa : 9%
- Mesin dan alat : 8%
- Alat tangan : 7%
- Transport : 7%
- Lain-lain : 6%

Ref. ILO
JOB SAFETY ANALYSIS ( JSA)

ggggggggggg SAFE
PRODUCTION
UTAMAKAN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA
UTAMAKAN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA
JOB SAFETY ANALYSIS
( J.S.A. )
Analisa proses
pekerjaan dari aspek
K3

Langkah-langkah :
• uraikan tahapan pekerjaan,
• identifikasi potensi bahaya
yang mungkin ada,
• tetapkan tindakan untuk
mengendalikan bahaya atau
MENGURAIKAN PEKERJAAN

- Tiap tahapan pekerjaan diuraikan


tidak terlalu detil / luas
- Uraian pekerjaan menurut normal
pelaksanaan
- Lakukan pengamatan di lapangan
- Diskusikan tahapan kegiatan dengan
pekerja
Teknik Melakukan identifikasi Bahaya
 Observasi langsung

Observasi terhadap tindakan tidak aman (unsafe act)


yaitu tindakan yang tidak mengindahkan persyaratan keselamatan

Observasi terhadap kondisi tidak aman (unsafe condition)


yaitu keadaan yang tidak memenuhi persyaratan keselamatan
SEKILAS TENTANG MANAJEMEN RISIKO KONSTRUKSI

Pekerja Buruh Konsultasi Health and Safety


representative

Identifikasi bahaya

Penilaian risiko
Inspeksi
Review
Pengendalian risiko Koreksi
Audit
Eliminasi
Evaluasi
Substitusi
Pengendalian
Rekayasa
Pengendalian
Administrasi
APD

Implementasi
Identifikasi Bahaya Apakah Hazards atau Bahaya itu?

Bahaya adalah suatu keadaan/sistem/objek


yang bersama kondisi lainnya dalam suatu
lingkungan sistem/objeknya, akan mengarah ke
suatu kecelakaan / kerugian yang sulit dihindari.

Bahaya mempunya 2 sifat penting:


(1) Keparahan (severity, atau kerusakan), dan
(2) Kemungkinan atau kekerapan terjadinya.

Keparahan Bahaya adalah kecelakaan dalam


kemungkinan terburuk yang dapat berasal dari
Identifikasi bahaya adalah bahaya yang ada dalam lingkungannya dalam
menandai, mencatat dan keadaannya yang paling tidak nyaman.
membuat daftar sistematis Kombinasi dari keparahan (severity) dan
setiap jenis bahaya kemungkinan (likelihood) dari terjadinya
pekerjaan konstruksi sejak kecelakaan sering disebut “tingkat bahaya”
dari saat perencanaan s/d atau hazard level.
penyerahan
Pengendalian Risiko

Alternatif Tindakan Pengendalian


• Eliminasi : Peniadaan kondisi dan tindakan berbahaya
• Substitusi : Penggantian suatu kondisi, bahan dan
tindakan yang berbahaya, dengan yang
lebih aman dan sehat
• Rekayasa : Penggunaan teknologi dan metode kerja
paling tepat untuk meminimalisir risiko
• Administratif : Penggunaan sistem dan prosedur ijin
kerja yang ketat dan terkoordinasi
• Perlindungan: Penggunaan Alat Pelindung Diri yang
tepat, agar pekerja terlindung dari paparan
bahaya dan risiko cedera/sakit akibat kerja
PENDAHULUAN UMUM

 Tahapan kegiatan konstruksi :


– tahap perencanaan
– tahap pelaksanaan
– tahap pengawasan

 Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi harus


memenuhi :
– keteknikan,
– keamanan,
– keselamatan dan kesehatan kerja,
Masyarakat Jasa Konstruksi ( MJK )
 Masyarakat yg mempunyai kepentingan
yg berhubungan dengan usaha & pekerjaan
konstruksi, yaitu :
– Pengguna jasa
– Penyedia jasa
– Pekerja

 Pekerjaan jasa konstruksi mencakup :


– layanan jasa konsultasi perencanaan
– layanan jasa pelaksanaan
– layanan jasa konsultasi pengawasan.
Angka Kecelakaan Kerja Comparison of
Occupational Death Rates, 2002
Di Beberapa Negara
Country / Region Occupational
Fatality Rate #
Sweden 1.2
3 Key Industries that contribute
United Kingdom 1.3
to Fatal Industrial Accidents
2002 - 2005 Australia 2.0
General
Factories USA (2000) 2.2

EU15 Average 2.5

Japan 2.6
33%
Singapore (2004) 4.9
54%
Taiwan (2001) 6.9
13% Hong Kong SAR 8.6

Malaysia 10.8

Construction
Ship
building and
Ship Repairing # Occupational Death per 100,000 workers
Sumber: MOM, sg
Indonesia ?
K3 PEKERJAAN TANAH
K3 PEKERJAAN TANAH
1.umum

 Tanah / lahan merupakan pondasi alami dari konstruksi


yang berdiri diatasnya. Pengetahuan mengenai sifat-2
phisik tanah, sangat berguna dalam menentukan metoda
pencegahan terhadap bahaya yang mungkin akan terjadi

 Pada dasarnya pekerjaan tanah terdiri dari : pekerjaan


galian , pekerjaan timbunan & pemadatan , dan pekerjaan
bawah tanah .
K3 PEKERJAAN TANAH

2. Potensi Sumber Bahaya


a. Pekerja tertimbun longsoran
– Kondisi tanah : geologis, topografis, jenis
tanah, lereng galian
– Pengaruh air : air tanah, air permukaan,
sumber air, piping dll
– Alat berat / kendaraan yang digunakan :
beban, getaran
b. Pekerja tenggelam / terkena air banjir
K3 PEKERJAAN TANAH

c. Pekerja terkena sengatan aliran listrik


d. Pekerja menghirup gas beracun
e. Pekerja menghirup debu / kotoran
f. Pekerja tertimpa alat kerja /material
g. Pekerja terjatuh kedalam galian
POTENSI SUMBER BAHAYA
K3 PEKERJAAN TANAH

Kecelakaan pada
perataan tanah.
Operator
sedang
membe-
lakangi
korban.
Korban
terlindas
1. DILARANG MENGOPERASIKAN DIBAWAH
TANAH YANG MENGGANTUNG
2. POSISI UNIT DILARANG BERADA PADA SISI
LUBANG GALIAN
K3 PEKERJAAN GALIAN TANAH
1.umum
 Jenis tanah umumnya dibedakan seperti :
– tanah lempung basah, tanah lempung kering
– tanah cadas
– tanah pasir basah , tanah pasir kering
– tanah krikil
– tanah lumpur
 Sedangkan jenis tanah diberbagai daerah di Indonesia
diantaranya dengan komposisi yang mempunyai
kedalaman umumnya :
– lempung lembek, abu abu muda : 0 – 2 meter
– lempung lembek, abu abu kuning : 2 – 3 meter
– lempung agak keras, coklat kemerahan : 3 – 7 meter
– lempung keras, abu abu tua : 7 – 10 meter
– pasir batu : 10 – 11 meter
– pasir sedang padat : 11 – 12 meter
K3 PEKERJAAN GALIAN TANAH

Persyaratan Umum Pekerjaan Galian Tanah


a. Untuk tempat kerja dibawah tanah Setiap pergantian shift kerja,
lakukan pemeriksaan.
b. Lakukan pemeriksaan seminggu sekali untuk
- mesin-mesin
- peralatan
- penyangga
- jalan keluar dll
c. Daerah kerja dibawah tanah yang berbahaya hrs dipagari
d. Buat sistem komunikasi ( sambungan telpon )
e. Gunakan APD ( pakaian water proof, sepatu boot )
f. Semua yang masuk terowongan harus dicatat dan diidentifikasi
g. Buat ventilasi udara
K3 PEKERJAAN GALIAN TANAH
1.umum
 Alat kerja :
– alat ringan seperti : cangkul, blencong, sekop, ganco dll
– alat berat seperti : doser, loader, alat bor / drill, dump truk dll
 Tingkat potensi bahaya yang berbeda.-beda
 Untuk hal ini dibutuhkan tenaga operator yang terdidik dan
terlatih dalam bidang K3
 Pengaman dalam pekerjaan galian:
– dinding penahan , perancah dan tangga kerja
– pagar pengaman
– sirkulasi udara yang cukup
– penerangan yang cukup ,
– sarana komunikasi ,
K3 PEKERJAAN GALIAN TANAH

Persyaratan Rencana Penggalian


a. lakukan penelitian terhadap :
- keadaan tanah
- air tanah
- jaringan utilitas dibawah tanah
( listrik, air, gas )
b. Tenaga kerja harus dilindungi dari
bahaya tertimbun tanah
c. Lampu & rambu – rambu dipasang untuk
mencegah orang terjatuh
K3 PEKERJAAN GALIAN TANAH
2. Potensi sumber bahaya

 Saat
melakukan
pekerjaan
yang
menggunaka
n tenaga
listrik
lingkungan
pekerjaan
harus kering
dan bersih
K3 PEKERJAAN TANAH
GALIAN
Dinding penahan roboh, pekerja
terkubur

TANAH
BERPASIR ?
PEKERJAANGALIAN
BILA TANAH LUNAK ?
K3 PEKERJAAN TANAH
SUMURAN
Ventilasi Udara
Perhatikan
ventilasi udara
pekerja yang
bekerja diruang
bawah tanah
K3 PEKERJAAN TANAH - SUMURAN

Alat Komunikasi
Perhatikan alat
komunikasi
pekerja
didalam ruang
bawah tanah
K3 PEKERJAAN TANAH - SUMURAN

Fasilitas
Keselamatan
Kerja
Perhatikan
fasilitas
keselamatan
kerja dan alat
pelindung diri
untuk bekerja di
ruang bawah
tanah
HAL HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN PADA
PEKERJAAN SUMURAN

 VENTILASI UDARA
 KEBUTUHAN O2
 ALAT KOMUNIKASI
 IDENTIFIKASI GAS BERACUN
 PEMADAM KEBAKARAN
 ANTISIPASI KEADAAN DARURAT
K3
PEKERJAAN STRUKTUR

1) Pekerjaan Bekisting
2) Pekerjaan Pembesian
3) Pekerjaan Beton
4) Pekerjaan Shotcrete
5) Pekerjaan ditempat Tinggi
K3 PEKERJAAN STRUKTUR

ALAT PENTING PADA PEKERJAAN KONSTRUKSI


PASSENGER HOIST
K3 PEKERJAAN STRUKTUR

 1. Pekerjaan Bekisting

a. Rute aman harus disediakan pada tiap bagian dari bangunan


b. Bagian bentuk perancah dari pendukung rangkanya bekisting yang
menyebabkan tergelincir harus ditutup rapat dengan papan
c. Bentuk sambungan rangka bekisting menara harus direncanakan mampu
menerima beban eksternal dan factor keselamatan harus diperhitungkan,
d. Titik-titik penjangkaran perancah gantung yang mendukung bekisting
harus terpancang dan mempunyai daya tahan yg kuat
e. Perancah gantung yang digunakan pada bagian luar bangunan yang
berbentuk cerobong harus dijangkarkan untuk menahan kekuatan angin
penj
K3 PEKERJAAN STRUKTUR

2. Pekerjaan Pembesian-1

a. Pemasangan besi beton yang panjang harus dikerjakan oleh pekerja


yang cukup jumlahnya, terutama pada tempat yang tinggi, untuk
mencegah besi beton tersebut meliuk / melengkung dan jatuh
b. Pada waktu memasang besi beton yang vertical, pekerja harus ber-hati
hati agar besi beton tidak melengkung misalnya dengan cara
mengikatkan bambu atau kayu sementara
c. Memasang besi beton ditempat tinggi harus memakai perancah,
dilarang keras naik / turun melalui besi beton yang sudah terpasang
d. Ujung-ujung besi beton yang sudah tertanam harus ditutup dengan
potongan bambu atau lainnya, baik setiap besi beton masing-2 atau
secara kelompok batang besi, untuk mencegah kecelakaan fatal
K3 PEKERJAAN STRUKTUR

2. Pekerjaan Pembesian-2

e. Bila menggunakan pesawat angkat ( kran / crane ) untuk mengangkat


atau menurunkan sejumlah besi beton, harus menggunakan alat Bantu
angkat yang terbuat dari tali kabel baja ( sling ) untuk mengikat besi
beton menjadi satu dan pada saat pengangkatan atau penurunan harus
dipandu oleh petugas ( missal dengan memakai peluit )

f. Pengangkatan atau penurunan ikatan besi beton harus mengikuti


prosedur operasi pesawat angkat ( crane )

g. Semua pekerja yang bekerja ditempat tinggi harus dilengkapi dan


menggunakan sabuk pengaman, sarung tangan, sepatu lapangan , helm
dan alat pelindung diri lain yang diperlukan
K3 PEKERJAAN STRUKTUR

3. Pekerjaan Beton-1

a. Secara umum, sebelum melakukan pekerjaan pembetonan , ada


beberapa hal yang harus dilakukan / diperhatikan oleh pekerja antara
lain :
 Pemeriksaan semua peralatan dan mesin yang akan digunakan
 Pemeriksaan semua perancah / steiger , stoot-2, ikatan penyangga dll
 Apabila menggunakan peralatan concrete pump, antara lain :
 memeriksa dan memastikan bahwa semua pipa yang sedang
digunakan sudah cukup kuat / mampu dan hubungan satu pipa
dengan pipa lainnya cukup kuat dan aman
 mencegah kemungkinan pergerakan pipa arah horizontal dan
beberapa tempat harus diikat dengan kuat. Ikatan tidak boleh
dengan bekisting atau besi beton yang pengecorannya sedang
dilakukan
K3 PEKERJAAN STRUKTUR

3. Pekerjaan Beton-2

 Pada proses pelaksanaan penuangan beton sebagai berikut :


 komando atau perintah yang jelas harus diberikan pada saat pompa
bekerja : kapan harus mulai, berhenti sementara dan kapan mulai
lagi. Alat komunikasi yang komunikatif, kalau perlu gunakan
handy-talky
 pekerja yang tidak berkepentingan dilarang berada tepat diujung
pipa pada saat pompa sedang bekerja
 pekerja dan siapapun berdiri didekat boom concrete pump pada saat
pompa bekerja
 peralatan seperti : vibrator, pipa-pipa, penerangan dll, harus selalu
dirawat oleh petugas yang berpengalaman sebelum dan sesudah
penuangan beton
K3 PEKERJAAN STRUKTUR

3. Pekerjaan Beton-3
b. Menara atau tiang yang dipergunakan untuk mengangkat adukan beton
( concrete bucket towers ) harus dibangun dan diperkuat sedemikian
rupa sehingga terjamin kestabilannya
c. Usaha pencegahan yang praktis harus dilakukan untuk menghindarkan
terjadinya kecelakaan selama pekerjaan persiapan dan pembangunan
konstruksi beton, antara lain :
 kejatuhan benda-benda atau bahan yang diangkut dengan
ember,
 singgungan langsung kulit terhadap semen, adukan atau kapur
d. Sewaktu beton dipompa atau dicor, pipa-pipa termasuk penghubung
atau sambungan dan penguat harus kuat
K3 PEKERJAAN STRUKTUR

3. Pekerjaan Beton-4
e. Sewaktu proses pembekuan beton ( setting concrete ) harus terhindar
dari goncangan dan bahan kimia yang dapat mengurangi kekuatan
f. Sewaktu lempengan ( panel ) atau lembaran beton ( slab ) dipasang
pada dudukannya, harus digerakkan dengan hati-hati terhadap :
 melecutnya ujung besi beton yang mencuat sewaktu ditekan atau
direnggang
 getaran sewaktu menjalankan vibrator
g. Setiap ujung-ujung ( besi, kayu, bambu dll ) yang mencuat, harus
dilengkungkan atau ditutup
h. Proses pengecoran harus dilakukan dengan hati-hati untuk menjamin
bekisting dan perancah dapat memikul / menahan seluruh beban
sampai beton mengeras
K3 PEKERJAAN STRUKTUR

3. Pekerjaan Beton-5
i. Untuk melindungi tenaga kerja sewaktu melakukan pekerjaan
konstruksi, harus dibuatkan lantai kerja sementara yang kuat
j. Tenaga kerja harus dilindungi terhadap bahaya paparan / singgungan
langsung anatar kulit dengan semen atau adukan beton, bahan
pengawet kayu dan bahan kimia lainnya
k. Apabila bahan-bahan yang mudah terbakar digunakan untuk keperluan
lantai, permukaan dinding dan pekerjaan lainnya, harus dilakukan
tindakan pencegahan terhadap :
– kemungkinan adanya api yang terbuka, timbulnya bunga api pada
pekerjaan pengelasan
– sumber api lainnya yang dapat menyulut uap yang mudah terbakar
yang timbul ditempat kerja dan daerah sekitarnya
K3 PEKERJAAN STRUKTUR

4. Pekerjaan Shotcrete

a. Pekerja yang bertugas mengoperasikan alat penyemprot harus


memakai APD yang cukup antara lain : masker pelindung pernafasan,
kaca mata pelindung debu, sarung tangan dan sepatu karet
b. Campuran semen dapat menyebabkan penyakit kulit. Iritasi dan alergi
dapat disebabkan oleh adanya kontak langsung dengan semen basah,
dan apabila paparan dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kulit
terbakar.
c. Hal-hal yang harus diperhatikan dan dilakukan oleh pekerja antara lain
:
 sedapat mungkin harus dihindari bernafas dalam keadaan berdebu
tanpa menggunakan masker pelindung pernafasan
K3 PEKERJAAN STRUKTUR

5. Pekerjaan ditempat Tinggi-1

Dalam pelaksanaan pekerjaan ditempat ketinggian ( >2m) beberapa


hal yang harus diperhatikan antara lain :
a. Menggunakan perancah ( scaffolding ) atau tangga besi permanen
b. Dilengkapi APD yang sesuai ( sabuk pengaman / safety belt ) untuk
menjamin agar tidak terjatuh. Tali sabuk pengaman harus cukup pendek
agar tinggi jatuh bebas tidak melebihi 1,5 meter
c. Harus dipersiapkan jalur yang aman sebelum memulai pekerjaan
d. Harus dipastikan tempat dudukan tangga tersambung aman dan papan
dudukannya terpasang rapat untuk mencegah orang tersandung dengan
barang-barang yang jatuh
e. Harus dipastikan bahwa daerah dibawahnya bersih dari reruntuhan dan
barang-2 lain yang tidak diperlukan
K3 PEKERJAAN STRUKTUR

5. Pekerjaan ditempat Tinggi-2


 Jaring pengaman harus digunakan dan dipasang untuk mengantisipasi
jatuhnya benda-2 yang dapat menimpa orang dibawahnya
 Tangga harus dipasang dan dipastikan sudah terikat kuat dan aman
pada bagian atasnya untuk mencegah pergerakan
 Jangan memakai tangga yang dibuat sendiri yang tidak dapat dijamin
mengenai kekuatan dan keamanannya
 Jangan sekali-kali menggunakan tangga susun dan sejenisnya yang
belum pernah diperiksa oleh petugas K-3 dan jika masih ragu-ragu,
segera tanyakan kepada petugas K-3
 Pasang pagar pembatas pada sekitar kerja agar jangan ada orang yang
tidak berkepentingan masuk / berada pada area kerja
POTENSI BAHAYA
PEKERJAAN STRUKTUR
PERLINDUNGAN
DARI
BAHAYA JATUH
MENGENALI BAHAYA JATUH
Contoh faktor-faktor yang ikut menyebabkan bahaya
jatuh:
– Perancah
– Tangga
– Atap
– Permukaan kerja berketinggian
Menganalisis Area Kerja
 Menganalisis area kerja atas bahaya jatuh:
– Mereview gambar kerja sebelum mulai kerja
– Mengantisipasi datangnya bahaya jatuh selagi
pekerjaan berjalan
– Meninjau ulang bahaya-bahaya yang ada di
site
– Merencanakan lebih dulu bagi perlindungan
terhadap bahaya jatuh
– Berjalan keliling mengawasi segala potensi
bahaya
Apakah paparan bahaya yang
berlangsung ini dapat dicegah?
Hirarki Pengendalian Bahaya Jatuh
 Rekayasa metode kerja dan struktur terpadu
 Pelarangan terjadinya pemaparan bahaya
 Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), berupa
– Pencegahan jatuh (sistem menahan diri)
– Penggunaan Personal Fall Arrest (Safety harness, tali
pengikat, atau safety belt)
– Positioning Device Systems (mengikat diri)

Positioning
Personal Fall Device Systems
Arrest System
8 Langkah menuju
Perlindungan jatuh
1. Pastikan struktur permukaan lantai kerja kuat
2. Lakukan asesemen kondisi & tindakan berbahaya
jatuh
3. Hilangkan kebutuhan perlindungan jatuh, jika mungkin

4. Pilih jenis sistem perlindungan jatuh


5. Kembangkan prosedur penyelamatan / pemulihan
6. Lakukan inspeksi, pemeliharaan dan penyimpanan
APD
7. Berikan pelatihan perlindungan jatuh
Langkah 1 : Pastikan struktur permukaan lantai kerja kuat

Langkah 2: Lakukan asesemen kondisi & tindakan berbahaya jatuh


Langkah 3 :
 Hilangkan kebutuhan
perlindungan jatuh, jika
memungkinkan

Langkah 4:
 Pilih jenis sistem
perlindungan jatuh
:
Langkah 5 Kembangkan prosedur
penyelamatan / pemulihan

Langkah 6: Lakukan inspeksi, program


pemeliharaan dan penyimpan-
an peralatan pelindung diri
:
Langkah 7 Berikan pelatihan
perlindungan jatuh

Langkah 8:
 Lakukan monitoring program perlin-
dungan jatuh
 Selidikilah kecelakaan atau insiden
(nearmiss) yang terjadi untuk menen-
tukan program yang harus direvisi
Harness Safety belt
JARING PENGAMAN
PAGAR PEMBATAS

Anda mungkin juga menyukai