Anda di halaman 1dari 29

CASE SCIENCE SESSION

VAKSIN MENINGITIS
Disusun Oleh : Gita Tanbao Suselin
Pembimbing : dr. H. Nadrizal, Sp.PD, FINASIM
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

 Penyakit infeksi  masalah kesehatan masyarakat yang utama di negara-negara yang sedang
berkembang
 Meningitis adalah sindrom klinis yang ditandai dengan peradangan pada meningens atau lapisan
otak
 Gejala meningeal  akit kepala, kaku kuduk, fotofobia), serta pleositosis (peningkatan jumlah sel
darah putih) dalam cairan cerebrospinal (CSS).
 Penyebab  iritasi oleh infeksi bakteri atau virus.
 Imunisasi  salah satu bentuk pencegahan penyakit yang efektif, mudah, serta murah untuk
menghindari terjangkitnya penyakit infeksi, mulai dari anak, orang dewasa hingga orangtua.
 Vaksin meningitis  rentang usia 16-23 tahun
 Vaksin meningitis mengandung antigen, yaitu zat yang merangsang sistem kekebalan tubuh untuk
membentuk antibody dan melawan bakteri penyebab meningitis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
MENINGITIS
Epidemiologi:
Definisi:
Lebih banyak ditemukan pada laki-
Infeksi cairan otak disertai radang
laki, usia kurang dari 6 bulan
yang mengenai piameter dan
(Negara berkembang), pada anak
arachnoid, derajat yang lebih berat
usia 6-12 bulan (Amerika), keadaan
mengenai jaringan otak dan medula
sosio-ekonomi rendah, lebih sering
spinalis yang superfisial
terjadi pada musim panas

Etiologi:
Virus, bakteri, riketsia, jamur, cacing
dan protozoa. Penyebab paling
sering adalah virus dan bakteri.
PATOFISIOLOGI
Pembuluh darah meningeal 
hiperemis  penyebaran sel-sel Eksudat  dua lapisan : luar
leukosit polimorfonuklear ke dalam mengandung leukosit
ruang subarachnoid  terbentuk polimorfonuklear dan fibrin
eksudat  beberapa hari  sedangkan di lapisaan dalam
pembentukan limfosit dan histiosit terdapat makrofag.
 minggu kedua  sel- sel plasma

Proses juga terjadi pada vena-vena di


korteks  trombosis, infark otak, Trombosis  menyebabkan kelainan
edema otak dan degenerasi neuron- kraniales
neuron
GEJALA KLINIS
Virus Bakteri

• Cairan serebrospinal yang jernih serta • Gejala gangguan alat pernafasan dan
rasa sakit penderita tidak terlalu berat. gastrointestinal
• Mumpsvirus  anoreksia dan malaise, • Pada neonatus terjadi secara akut
pembesaran kelenjer parotid dengan gejala panas tinggi, mual,
• Echovirus  sakit kepala, muntah, muntah, gangguan pernafasan, kejang,
sakit tenggorok, nyeri otot, demam, nafsu makan berkurang, dehidrasi dan
dan disertai dengan timbulnya ruam konstipasi,
makopapular yang tidak gatal di • Pada anak-anak dan dewasa 
daerah wajah, leher, dada, badan, dan gangguan saluran pernafasan bagian
ekstremitas. atas, penyakit juga bersifat akut
• Coxsackie virus  vasikuler pada dengan gejala panas tinggi, nyeri
palatum, uvula, tonsil, dan lidah dan kepala hebat, malaise, nyeri otot dan
pada tahap lanjut timbul keluhan nyeri punggung
berupa sakit kepala, muntah, demam, • Cairan serebrospinal tampak kabur,
kaku leher, dan nyeri punggung keruh atau purulen
Pemeriksaan Pemeriksaan
Tatalaksana Pencegahan
Rangsang Mengingeal Penunjang
• Pemeriksaan Kaku • Pemeriksaan Pungsi • Terapi Farmakologi • Pencegahan Primer
Kuduk Lumbal • Antibiotik  memberikan
• Pemeriksaan Tanda • Pemeriksaan darah • Pemberian AB imunisasi meningitis
Kernig • Pemeriksaan intratekal, • Pencegahan
• Pemeriksaan Tanda Radiologis intrasisternal, Sekunder 
Brudzinski I atau menemukan
(Brudzinski Leher) intraventrikuler penyakit sejak awal
• Pemeriksaan Tanda • Kortikosteroid • Pencegahan Tertier
Brudzinski II • Deksametason  mencegah
(Brudzinski Kontra kerusakan lanjut
Lateral Tungkai) atau mengurangi
komplikasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
VAKSIN
Bertujuan untuk meningkatkan derajat
kekebalan tubuh, memberikan perlindungan
Istilah vaksinasi : “Vacca”, bahasa latin yang dengan menginduksi respon memori
berarti sapi, terhadap patogen tertentu atau toksin
dengan menggunakan preparat antigen
nonvirulen atau nontoksik.

Indikasi pemberian imunisasi pada orang


dewasa : riwayat paparan, resiko penularan, Imunisasi dewasa dianjurkan untuk usia
usia lanjut, imunokompromais, serta adanya diatas 12 tahun dan ingin mendapat
rencana bepergian seperti ibadah atau kekebalan serta usia diatas 60 tahun.
wisata
ASPEK IMUNOLOGI IMUNISASI

Ditujukan tidak hanya pada


Respon imun nonspesik
1 antigen , berupa
(nonadaptif, innate)
komponen selular

Respon imun
Respon Imun Spesifik
Primer: seluler, humoral
Respon imun spesifik
(adaptif, acquired)
Respon Imun Spesifik
Sekunder: seluler, humoral
Respon Imun Spesifik Primer
Respon Imun Spesifik Sekunder Selular

• Aktivasi oleh patogen yang sudah pernah dikenali oleh tubuh sebelumnya.
• Aktivasi oleh patogen dengan satu atau lebih antigen yang sama dengan patogen yang
sudah pernah dikenali oleh tubuh sebelumnya  imunitas silang atau heterologus 
eliminasi patogen berlangsung lebih cepat atau merugikan seperti kasus imunopatologi.
• Aktivasi oleh sitokin dalam kadar yang tinggi di darah  terinduksi oleh patogen lain
yang berbeda dengan patogen yang sudah pernah dikenali oleh tubuh sebelumnya.

Respon Imun Spesifik sekunder Humoral

• Difrensiasi sel B menjadi sel plasma dan sel memori pada germinal center jaringan
limpoid  sel plasma bermigrasi kedalam sumsum tulang dan sel memori bersirkulasi ke
seluruh tubuh  siklus difrensiasi menjadi sel plasma berlangsung lebih cepat 
produksi antibodi dengan afinitas dan jumlah yang lebih tinggi
• Sejak awal menghasilkan IgG dalam kadar lebih tinggi
• Dinilai secara kuantitatif  mengukur kadar antibodi spesifik dalam serum
• Akan menurun seiring dengan proses metabolisme antibodi yang sudah terbentuk
pascakontak dengan antigen  pemberian booster atau infeksi alamiah
TATA CARA PEMBERIAN IMUNISASI

• Persiapan pasien dapat dinilai Persiapan • Pada orang dewasa,


dengan HALO (health, age, vaksin penyuntikan dilakukan pada
lifestyle, occupation) lengan pasien bagian atas.
• Pemeriksaan vaksin: diperiksa Penyuntikan dilakukan secara
secara visual mulai tanggal intramuscular dan subkutan.
kadaluarsa dan juga apakah
ada perubahan warna dari
vaksin tersebut.
• Pengenceran vaksin dilakukan
sesuai dengan petunjuk
Persiapan
pasien Teknik
penyuntikan
Persiapan dan
Jenis Vaksin
penyimpanan Vaksin
Vaksin hidup dilemahkan Vaksin live attenuated : vaksin varicella dan zoster
dapat di simpan di dalam freezer (-15 s.d -250C),
MMR dapat di simpan di frezer dan kulkas, tifoid
oral, yellow fever dan janesse encephalitis dapat
disimpan di kulkas.
Vaksin dimatikan

Vaksin rekombinan Vaksin inactivated : vaksin tetanus, difteri, pertusis


(Td/Tdap) HPV, trivalent inactivated influenza
vaccine (TIV), hepatitis A, hepatitis B, haemophilus
influenza tipe b (Hib), pneumococcal polisakarida,
meningococcal polisakarida dan tifoid vi
Vaksin plasma DNA polisakarida , dapat disimpan di kulkas (2-80C).
VAKSIN MENINGITIS
Indikasi

• Calon jemaah haji, individu dengan gangguan sistem imun, pasien asplenia
anatomic dan fungsional, individu yang akan bepergian ke daerah yang
terdapat eoidemi meningikokus, pelajar yang tinggal diasrama, tentara, ahli
mikrobiologi yang serig terekspos dengan bakteri meningokous.

Kontraindikasi

• Wanita hamil, panas tinggi serta bagi meraka yang peka atau alergi
terhadap phenol.

Kewaspadaan

• Pasien dengan penyakit akut sedang atau berat


Jadwal pemberian
• Pemberian dapat diulang dengan jarak 3 tahun bila memiliki resiko tinggi infeksi meningokok.

Cara pemberian
• Intramuscular (IM) dosis 0.5mL  cairan pelarut, disedot ke dalam spuit  dimasukkan ke
dalam botol vaksin  kocok perlahan-lahan sampai vaksin larut semua

Dosis
• 0,5 cc untuk umur 2 tahun ke atas dan 0,3 cc untuk umur di bawah 2 tahun

Jenis Vaksin (virus dilemahkan)


• Plain olysaccharide vaccines, vaksin bivalen A&C.
• Conjugated vaccines, serogroup C-conjugated. Sediaan : Menactra®, Menveo®
Wajib untuk Jemaah haji dan umrah (1 dosis untuk 2 tahun)
VAKSIN MENINGITIS UNTUK JEMAAH HAJI

Diberikan minimal 10 hari sebelum keberangkatan ke Arab Saudi.

Bagi calon jemaah Haji yang tidak mempunyai bukti imunisasi


meningitis meningokokus tetravalent harus imunisasi di pelabuhan
embarkasi dan diberi kartu ICV serta minum antimikroba yang
sensitif terhadap Neisseria meningitis sebagai profilaksis.
BAB III
KESIMPULAN
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai
radang yang mengenai piameter (lapisan dalam Tujuan terapi meningitis adalah menghilangkan
selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat infeksi dengan menurunkan tanda-tanda dan
yang lebih berat mengenai jaringan otak dan gejala serta mencegah kerusakan neurologic,
medula spinalis yang superfisial. Penyebab yang dapat dicegah dengan pencegahan primer,
paling sering dijumpai adalah kuman pencegahan sekunder, pencegahan tertier
Tuberculosis dan virus

Jenis vaksin untuk meningitis: Plain


Imunisasi merupakan salah satu bentuk
polysaccharide vaccines dan Conjugated
pencegahan penyakit yang efektif, mudah, serta
vaccines.
murah untuk menghindari terjangkitnya penyakit
infeksi Indikasi vaksin meningitis adalah calon jemaah
haji, individu dengan gangguan sistem imun,
Vaksin membantu mengembangkan kekebalan
pasien asplenia anatomic dan fungsional,
dengan meniru/mirip infeksi. Jenis infeksi seperti
individu yang akan bepergian ke daerah yang
ini tidak menyebabkan seseorang sakit, tetapi
terdapat eoidemi meningikokus, pelajar yang
menyebabkan sistem kekebalan tubuh untuk
tinggal diasrama, tentara, ahli mikrobiologi yang
memproduksi T-limfosit dan antibodi.
sering terekspos dengan bakteri meningokous.
DAFTAR PUSTAKA

 Harsono, 2003. Kapita Selekta Neurologi, Edisi Kedua. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.  Djauzi, S., Sundaru, H., 2003. Imunisasi Dewasa. Penerbit FK UI, Jakarta. 38. Fletcher, Robert H., dkk., 1992. Sari Epidemiologi Klinik. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta

 Razonable RR, dkk. Meningitis. Updated: Oct 12, 2017. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/232915-overview
 Rafiq, A., 2001. Daya Lindung Vaksin BCG Terhadap Meningitis Tuberkulosa Anak di Beberapa Rumah Sakit Jakarta. http://www.depkes.go.id.

 Markam, S., 1992. Penuntun Neurologi, Cetakan Pertama. Binarupa Aksara, Jakarta.
 Nelson, 1995. Ilmu Kesehatan Anak. Kedokteran EGC, Jakarta. 35. Hasan, R., Alatas, H., 2002. Ilmu Kesehatan Anak, Buku Kuliah 3. Infomedika, Jakarta.

 Lombard M, Pastoret PP, Moulin AM. A brief history of vaccines and vaccination; Rev. sci. tech. Off. int. Epiz., 2007, 26 (1), 29-48
 Lahariya C. A brief history of vaccines & vaccination in India: Indian J Med Res 139, April 2014, pp 491-511

 Alodokter. Seberapa Efektifnya Vaksin Meningitis. Diakses pada tanggal 1 April 2018 dari: https://www.alodokter.com/seberapa-efektifnya-vaksin-
meningitis  CDC.Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP) Recommended Immunization Schedules for Persons Aged 0 Through 18 Years and Adults
Aged 19 Years and Older — United States, Early Release / Vol. 62 January 28, 2013

 Lewis, R., dkk.,2008. Action for Child Survival Elimination of Haemophilus Influenzae Type b Meningitis in Uganda. Bulletin of the World Health
Organization, Vol.86,No.4 :292-301,Uganda  Siegrist CA. Vaccine Immunology, Dalam: Plotkin SA, Orenstein WA, Offit PA, (editor). Vaccines. Ed.5 Philadelphia: sauders Elsevier. 2008:17-36

 Jellife, D., 1994. Kesehatan Anak di Daerah Tropis, Edisi Keempat. Bumi Aksara, Jakarta.  Sinto R, Rengganis I. Aspek Imunologi imunisasi. Dalam Djauzi S, Rengganis I, Koesno, Ahani AR, editor: Pedoman Imunisasi Pada Orang Dewasa tahun
2012. Jakarta: Badan Penerbit FK UI;2012

 Suwono, W., 1996. Diagnosis Topik Neurologi, Edisi Kedua. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
 Yonata A, Karyadi TH. Tata cara Pemberian Imunisasi. Dalam Djauzi S, Rengganis I, Koesno, Ahani AR, editor: Pedoman Imunisasi Pada Orang Dewasa
tahun 2012. Jakarta: Badan Penerbit FK UI;2012
 Harsono, 1996. Buku Ajar Neurologi Klinis, Edisi Pertama. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
 Rengganis I, Karjadi TH, Koesnoe S. Prosedur imunisasi. Dalam: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, et all (editor): Buku ajar ilmu penyakit dalam.jilid I ed.VI:
 Soegijanto, S., 2002. Ilmu Penyakit Anak: Diagnosa dan Penatalaksanaan, Edisi Pertama. Salemba Medika, Jakarta. Jakarta. Interna Publishing 2014:939-46.

 Musfiroh, S., dkk., 2000. Tuberkulosis Sistem Saraf Pusat di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta. Berkala Ilmu Kedokteran, Vol.32, No.3, FK Universitas Gadjah  CDC. MMVR. General Recommendations on Immunization Recommendations of the Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP).
Mada. Recommendations and Reports / Vol. 60 / No. 2.

 Baoezier F. Meningitis. Dalam: Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan On Neurology 2002. SMF Ilmu Penyakit Saraf FK UNAIR/ Dr. Sutomo. 2002:1-20  Vaccine administration di akses pada tanggal 2 April 2018 dari: http://www.immunize.org/catg.d/p2023.pdf.

 Davis LE. Acute Bacterial Meningitis. In: Johnson RT, Griffin JW. Current Therapy in Neurologic Disease. 5th edition. USA: Mosby-Year Book,Inc;  Ahani AR, Koesno S, Idhayu AT. Indikasi dan Kontraindikasi Pemberian Imunisasi.Dalam Djauzi S, Rengganis I, Koesno , Ahani AR, editor: Pedoman
1997.p.120-31. Imunisasi Pada Orang Dewasa tahun 2012. Jakarta: Badan Penerbit FK UI;2012

 Lipman J. Meningitis and encephalomyelitis. In: T E Oh. Editors. Intensive Care Manual. 4th edition. Butterworth Heinemann. 1997. p. 416-22.  Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1611/MENKES/SK/XI/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi

 Beaglehole, R., dkk., 1997. Dasar-dasar Epidemiologi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai