Anda di halaman 1dari 52

Disritmia

Anna Farida
Pengertian
• Disritmia adalah kelainan denyut jantung
yang meliputi gangguan frekuensi atau
irama atau keduanya.
• Disritmia merupakan gangguan sistem
hantaran jantung dan bukan struktur
jantung.
• Disritmia dapat diidentifikasi dengan
menganalisa gelombang EKG
• Disritmia dinamakan berdasarkan pada
tempat dan asal impuls dan mekanisme
hantaran yang terlibat
Normal Conduction System
Sistem konduksi jantung (1)
• Nodus SA (SA nodes).
- Terletak pada pertemuan vena kava
superior dengan atrium kanan.
- Sel-nya dengan teratur mengeluarkan
impuls pada kecepatan 60-100 x/menit.

• Nodus AV (AV nodes).


- Terletak diatas sinus karotikus pada
dinding posterior atrium kanan.
- Sel-nya mengeluarkan impuls lebih rendah
yaitu 40-60 x/menit.
Sistem konduksi jantung (2)
• Berkas His.
- Terletak disepanjang septum ventrikel.
- Terdiri dari Cabang berkas His kiri (LBB)
dan Cabang berkas His kanan (RBB).

• Serabut Purkinje.
- Terletak di miokard ventrikel.
- Mampu mengeluarkan impuls dengan
frekuensi 20-40 x/menit.
4 (empat) tempat asal disritmia :
• nodus sinus
• Atrial
• Nodus AV atau sambungan
• Ventrikel.

Gangguan mekanisme hantaran yang


mungkin yang dapat terjadi meliputi :
bradikardi, takikardi, fluter, fibrilasi, denyut
premature, dan penyekat jantung.
Etiologi
• Hipoksia
• Iskemia
• Rangsangan sususnan saraf otonom
• Obat – obatan
• Gangguan keseimbangan elektrolit
• Regangan dinding otot jantung
• Kelainan struktur sistem konduksi
Sifat otot jantung
1. Eksitabilitas : kemampuan sel miokard
merespon stimulus
2. Otomatisitas : kemampuan
membangkitkan impuls
3. Konduktivitas : kemampuan otot untuk
menghantarkan impuls
4. Kontraktilitas : memungkinkan otot untuk
memendek saat terjadi stimulasi.
Dalam keadaan normal otot jantung di
stimulasi oleh impuls yang berasal dari
nodus sinus sebagai pemacu jantung.

Disritmia muncul bila terjadi


ketidakseimbangan pada salah satu dasar
sifat jantung.

Ketidak seimbangan dapat disebabkan oleh


aktifitas normal seperti latihan fisik, atau
kondisi patologis seperti infark miokard.
Klasifikasi Disritmia

1. Disritmia karena gangguan pembentukan


impuls
2. disritmia karena gangguan sistem
konduksi ( hantaran )
Disritmia
(gangguan pembentukan impuls)
• Nodus SA :
a. Sinus Takikardi.
b. Sinus Bradikardi.
c. Sinus aritmia.
d. Sinus arrest.

• Atrium.
a. Atrial Ekstra Sistol (AES).
b. Atrial Takikardi.
c. Atrial Fluter.
d. Atrial Fibrillasi.

• Nodus AV.
a. Irama junctional (JES).
b. Junctional Takikardi.
Disritmia
(gangguan pembentukan impuls)
• Supraventrikuler.
a. Supraventrikuler Ekstrasistole (SVES).
b. Supraventrikuler Takikardi (SVT).

• Ventrikel.
a. Ventrikel Ekstrasistole (VES).
b. Ventrikel Takikardi (VT).
c. Ventrikel Fibrilasi (VF).
GANGGUAN PEMBENTUKAN IMPULS
Sinus Takikardi

Kriteria
1. Irama teratur
2. Frekwensi jantung 100 – 150 kali/menit
3. Gel P normal, selalu diikuti komplek QRS
4. PR interval normal ( 0,12 – 0,20 )
5. QRS normal ( durasi 0,06 – 0,12 )
Sinus Bradikardi

Kriteria :
1. Irama teratur
2. Frekwensi jantung < 60 kali/menit
3. Gel P normal, selalu diikuti komplek QRS
4. PR interval normal ( 0,12 – 0,20 )
5. QRS normal ( durasi 0,06 – 0,12 )
Sinus Aritmia

Kriteria :
1. Irama tidak teratur
2. Gel P normal, selalu diikuti komplek QRS
3. PR interval normal ( 0,12 – 0,20 )
4. QRS normal ( durasi 0,06 – 0,12 )
Sinus Arrest

Kriteria :
1. Irama teratur, kecuali pada siklus yang hilang
2. Frekwensi biasanya < 60 kali/menit
3. Gel P normal, selalu diikuti komplek QRS
4. PR interval normal ( 0,12 – 0,20 )
5. QRS normal ( durasi 0,06 – 0,12 )
6. Hilangnya 1 atau lebih gel P, QRS dan T, tapi
tidak merupakan kelipatan dari R – R interval
Atrial Flutter

Kriteria :
1. Irama teratur atau tidak teratur
2. Frekwensi bervariasi (normal. Lambat, cepat )
3. Gel P ≠ normal, bentuknya seperti gerigi, teratur
dan dapat dihitung, tidak selalu diikuti QRS, shg
frekwensi atrial ≠ ventrikel, 2:1, 3:1, 4:1
4. Interval PR ≠ dihitung
5. QRS normal ( durasi 0,06 – 0,12 )
Atrial Fibrilasi

Kriteria :
1. Irama ≠ teratur
2. Frekwensi bervariasi (normal, lambat, cepat ) AF
normo ventrikular respon, AF slow ventrikular
respon, AF rapid ventrikular respon
3. Gel P ≠ dpt di identifikasi
4. PR interval tidak dapat dihitung
5. QRS normal ( durasi 0,06 – 0,12 )
Irama Junctional (Junctional Rhythm )

Kriteria :
1. Irama teratur
2. Frekwensi 40 – 60 kali/menit
3. Gel P ≠ normal, bisa terbalik, muncul dibelakang
QRS atau tidak terlihat
4. Interval PR memendek / tdk dapat dihitung
5. QRS normal ( durasi 0,06 – 0,12 )
Supra Ventrikel Ekstrasistol (SVES)

Kriteria :
1. Tdk teratur saat muncul ekstrasistol
2. Frekwensi tergantung irama dasarnya
3. Gel P tdk normal / tidak ada, kecuali pada
irama dasar
4. Interval PR memendek / tdk dapat dihitung
5. QRS normal ( durasi 0,06 – 0,12 )
Supra Ventrikel Takikardia (SVT)

Kriteria :
1. Irama teratur
2. Frekwensi 150 – 200 kali/menit
3. Gel P kecil / tidak ada
4. Interval PR memendek / tdk dapat dihitung
5. QRS normal ( durasi 0,06 – 0,12 )
Idioventricular Rhythm

Kriteria :
1. Irama teratur
2. Frekwensi 20 – 40 kali /menit
3. Gel P tidak ada
4. PR interval tidak bisa dihitung
5. QRS lebar ( durasi > 0,12 detik )
Ventrikel Ekstrasistol (VES)

Kriteria :
1. Irama ≠ teratur saat ada ekstrasistol
2. Frekwensi tergantung irama dasarnya
3. Gel P tidak ada saat ekstrasistol
4. Interval PR ≠ dapat dihitung pd ekstrasistol
5. QRS lebar pada ekstrasistol (durasi > 0,12 detik)
Ventrikel Takikardia (VT)

Kriteria :
1. Irama teratur
2. Frekwensi > 100 sampai 250 kali/menit
3. Gel P ≠ ada
4. PR interval ≠ dapat dihitung
5. QRS lebar ( durasi > 0,12 detik )
Ventrikel Fibrilasi (VF)
Fine VF
(halus)

Coarse VF
(kasar )

Kriteria :
1. Irama ≠ teratur
2. Frekwensi 250 – 300 kali/menit
3. Gel P ≠ ada
4. PR interval ≠ dapat dihitung
5. QRS lebar, morfologinya ≠ sama dan ≠ teratur
Disritmia
(gangguan hantaran impuls)
• Nodus SA : Blok SA (SA Block)
• Nodus AV :
a. Blok AV derajat 1.
b. Blok AV derajat 2 tipe mobitz 1
c. Blok AV derajat 2 tipe mobitz 2.
d. Blok AV derajat 3 (total heart block).
• Interventrikuler :
a. RBBB.
- Lebar QRS lebih 0.12 detik pada lead I. Adanya R’
pada V1 dan S pada V6.
a. LBBB.
- LebarQRS lebih 0.12 detik pada V1. adanya R’
pada lead I dan V6.
Sino Atrial Blok ( SA Blok )

Kriteria
1. Irama teratur kecuali pada siklus yang hilang.
2. Gel P normal, hilang pada saat terjadi blok
3. Interval PR normal dan hilang saat ada blok
4. Gelombang QRS normal
Hilangnya 1 atau 2 gel P, QRS dan T, dan
merupakan kelipatan R-R interval
AV Blok derajat 1 ( First Degree AV Block)

Kriteria
1. Irama teratur
2. Frekwensi biasanya normal (60 – 100x/mnt)
3. Gelombang P normal
4. Interval PR memanjang ( > 0,20 detik )
5. Gelombang QRS normal ( durasi 0,06-0,12 )
AV Blok derajat 2 Mobitz I

Kriteria :
1. Irama tidak teratur
2. Frekwnsi biasanya < 60 x/mnt
3. Gel P normal, ada 1 gel P yang tidak diikuti QRS
4. Interval PR semakin lama semakin memanjang, shg
ada gel P yg tidak diikuti QRS, siklus berulang
5. Gel QRS normal ( durasi 0,06 – 0,12 )
AV Blok derajat 2 Mobitz II

Kriteria
1. Irama teratur
2. Frekwensi biasanya < 60 kali/menit
3. Gel P normal, ada 1 atau lebih gel P tidak di
ikuti QRS
4. PR interval normal / memanjang secara
konstan
5. Gel QRS normal (durasi 0,06 – 0,12 )
AV Blok derajat 3 (Total AV Block )

Kriteria :
1. Irama teratur
2. Frekwensi < 60 kali/menit
3. Gel P normal, tidak selalu diikuti QRS
4. Gel P dan QRS berdiri sendiri-sendiri, shg terlihat P-
P interval teratur, R-R interval teratur
5. Interval PR tidak dapat dihitung karena berubah-
ubah
6. QRS bisa normal atau lebar (durasi > 0,12 )
2o AV Block type 2

3o AV Block (Total AV Block / TAVB)


Right Bundle Branch Block ( RBBB)
Depolarisasi septum ventrikel kanan mengalami
perlambatan karena adanya blok di right bundle
branch, sedangkan depolarisasi septum ventrikel
kiri normal
Kriteria :
1. Irama umumnya teratur
2. Frekwensi 60 – 100 kali/menit
3. Gel P normal selalu diikuti QRS
4. PR interval normal, QRS lebar
5. Terdapat gel rSR‘ (M shape) di V1, V2, ada gel S
lbar di I, aVL, V5, V6
6. Perubahan pada segemen ST
16-Oct-18 34
Left Bundle Branch Block ( LBBB)
Kriteria :
1. Irama pada umumnya teratur
2. Frekwensi antara 60 – 100kali/menit
3. Gel P normal selalu diikuti QRS
4. Interval PR normal
5. Gelombang QRS melebar (durasi > 0.12)
6. Terdapat Rsr’ di V5 dan V6, gelombang Q
yang lebar dan dalam di V1 dan V2, terdapat
perubahan segmen ST dan gel T di V5 dan
V6 (ST depresi dan gel T negatif)
16-Oct-18 36
Pemeriksaan Penunjang
1. EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan
gangguan konduksi
2. Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam)
3. Foto dada : Dapat menunjukkanpembesaran
bayangan jantung sehubungan dengan disfungsi
ventrikel atau katup
4. Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea
iskemik/kerusakan miokard
5. Tes stres latihan
6. Elektrolit, obat, tiroid, AGD
7. Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan
proses inflamasi akut contoh endokarditis sebagai
faktor pencetus disritmia.
Penatalaksanaan Medis
1. Terapi medis : obat-obat anti aritmia
2. Terapi mekanis :
*Kardioversi : mencakup pemakaian arus
listrik untuk menghentikan disritmia yang
memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan
prosedur elektif.
* Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang
digunakan pada keadaan gawat darurat.
*Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu
menghasilkan stimulus listrik berulang ke otot
jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.
Defibrilasi ( terapi listrik )
• Defibrilasi adalah pengobatan yang menggunakan
aliran listrik dalam waktu yang singkat secara
asinkron

• Defibrilator adalah alat yang dapat memberikan


shock listrik dan dapat menyebabkan depolarisasi
sementara dari jantung yang denyutnya tidak teratur,
sehingga memungkinkan timbulnya kembali aktifitas
listrik jantung yang terkoordinir

• Indikasi
1. VF
2. VT tanpa nadi
3. VT polymorphyc yang tidak stabil .
Defibrilasi harus dilakukan sedini mungkin
dengan alasan :
1. Irama yang didapat pada permulaan henti
jantung umumnya adalah ventrikel fibrilasi
(VF)
2. Pengobatan yang paling efektif untuk
ventrikel fibrilasi adalah defibrilasi.
3. Makin lambat defibrilasi dilakukan, makin
kurang kemungkinan keberhasilannya.
4. Ventrikel fibrilasi cenderung untuk berubah
menjadi asistol dalam waktu beberapa menit.
Prosedur defibrilasi
1. Nyalakan deflbrilator
2. Tentukan energi yang diperlukan dengan cara memutar
atau menggeser tombol energi
3. Paddle diberi jeli secukupnya.
4. Letakkan paddle dengan posisi paddle apex diletakkan
pada apeks jantung dan paddle sternum diletakkan
pada garis sternal kanan di bawah klavikula.
5. Isi (Charge) energi, tunggu sampai energi terisi penuh,
untuk mengetahui energi sudah penuh, banyak
macamnya tergantung dari defibrilator yang dipakai,
ada yang memberi tanda dengan menunjukkan angka
joule yang diset, ada pula yang memberi tanda dengan
bunyi bahkan ada juga yang memberi tanda dengan
nyala lampu.
6. Jika energi sudah penuh, beri aba-aba dengan suara
keras dan jelas agar tidak ada lagi anggota tim yang
masih ada kontak dengan pasien atau korban,
termasuk juga yang mengoperatorkan defibrilator.
7. Kaji ulang layar monitor defibrillator
8. Pastikan irama masih VF/VT tanda nadi, pastikan
energi sesuai dengan yang diset, dan pastikan
modus yang dipakai adalah asinkron
9. Jika semua benar, berikan energi tersebut dengan
cara menekan kedua tombol discharge pada kedua
paddle. Pastikan paddle menempel dengan baik
pada dada pasien (beban tekanan pada paddle
kira-kira 10 kg).
10. Kaji ulang di layar monitor defibrilator apakah
irama berubah atau tetap sama. Jika berubah cek
nadi untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan
RJP, jika tidak berubah lakukan RJP untuk
selanjutnya lakukan survey kedua.
• KARDIOVERSI
Kardioversi adalah pengobatan yang
menggunakan aliran listrik dalam waktu
singkat secara sinkron.

• Indikasi
1. Ventrikel Takikardi
2. Supra Ventrikel Takikardi
3. Atrial flutter
4. Atrial Fibrilasi
Asuhan Keperawatan
Pengkajian :
1. Riwayat penyakit
*Faktor resiko keluarga contoh penyakit
jantung, stroke, hipertensi
*Riwayat IM sebelumnya (disritmia),
kardiomiopati, GJK, penyakit katup jantung,
hipertensi
*Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat
anti aritmia lainnya kemungkinan untuk
terjadinya intoksikasi
*Kondisi psikososial
2. Pengkajian fisik
*Aktivitas : kelelahan umum
*Sirkulasi : perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi );
nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung
irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit
warna dan kelembaban berubah misal pucat, sianosis,
berkeringat; edema; haluaran urin menruun bila curah
jantung menurun berat.
*Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam,
cemas, takut, menolak,marah, gelisah, menangis.
*Makanan/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia,
tidak toleran terhadap makanan, mual muntah,
perubahan berat badan, perubahan kelembaban kulit
*Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala,
disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil.
*Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai
berat, dapat hilang atau tidak dengan obat
antiangina, gelisah
*Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek,
batuk, perubahan kecepatan/ kedalaman
pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels, ronki,
mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi
pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema
paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal;
hemoptisis.
*Keamanan : demam; kemerahan kulit (reaksi obat);
inflamasi, eritema, edema (trombosis siperfisial);
kehilangan tonus otot/kekuatan
Diagnosa keperawatan
Resiko tinggi penurunan curah jantung
berhubungan dengan gangguan konduksi
elektrikal, penurunan kontraktilitas
miokardia.
Kriteria hasil :
1. Mempertahankan/meningkatkan curah jantung
adekuat yang dibuktikan oleh TD/nadi dalam rentang
normal, haluaran urin adekuat, nadi teraba sama,
status mental biasa
2. Menunjukkan penurunan frekuensi/tak adanya
disritmia
3. Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan kerja
miokardia.
Intervensi :
1. Raba nadi (radial, femoral, dorsalis pedis) catat
frekuensi, keteraturan, amplitudo dan simetris.
2. Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama. Catat
adanya denyut jantung ekstra, penurunan nadi.
3. Pantau tanda vital dan kaji keadekuatan curah
jantung/perfusi jaringan.
4. Tentukan tipe disritmia dan catat irama : takikardi;
bradikardi; disritmia atrial; disritmia ventrikel; blok
jantung
5. Berikan lingkungan tenang. Kaji alasan untuk
membatasi aktivitas selama fase akut.
6. Demonstrasikan/dorong penggunaan perilaku pengaturan
stres misal relaksasi nafas dalam, bimbingan imajinasi
7. observasi nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas dan faktor
penghilang/pemberat. Catat petunjuk nyeri non-verbal contoh
wajah mengkerut, menangis, perubahan TD
8. Siapkan/lakukan resusitasi jantung paru sesuai indikasi
10. Pantau pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit
11. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
12. Berikan obat sesuai indikasi : kalium, antidisritmi ( kolaborasi )
13. Siapkan untuk bantu kardioversi elektif
14. Bantu pemasangan/mempertahankan fungsi pacu jantung
15. Masukkan/pertahankan masukan IV
16. Siapkan untuk prosedur diagnostik invasif
17. Siapkan untuk pemasangan otomatik kardioverter atau
defibrilator
TERIMAKASIH
31 Desember 2017
• BNI : Rp. 20.730.121
Norec : 0004931887
 Mandiri : Rp.
127-00-0783373-2
 BCA : Rp. 10.149.689
Norec 0711578101
KONTAK PENGELOLA
LHKPN DAN LHKASN
Email : tukumpegitjenkemkes@gmail.com
Telp. 021-5201586
Contac Person : pak Wachyu
082323460666

Anda mungkin juga menyukai