Anda di halaman 1dari 19

Gangguan Cemas Menyeluruh

Pembimbing : dr. Dewi Suriyani, Sp.KJ

Fadliah, S.Ked
13 17 777 14 243
Definisi

Menurut Diagnotic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM-IV-


TR) mendefinisikan gangguan ansietas menyeluruh sebagai ansietas dan
kekhawatiran yang berlebihan mengenai beberapa peristiwa atau aktivitas
hampir sepanjang hari mengenai beberapa peristiwa atau aktivitas hampir
sepanjang hari selama sedikitnya 6 bulan. Kecemasan yang dirasakan sulit
untuk dikendalikan dan berhubungan dengan gejala-gejala somatik seperti
ketegangan otot, iritabilitas, kesulitan tidur, dan kegelisahan sehingga
menyebabkan penderitaan yang jelas dan gangguan yang bermakna
dalam fungsi sosial dan pekerjaan.
Epidemiologi

• Gangguan ansietas menyeluruh adalah suatu keadaan


yang lazim. Perkiraan yang masuk akal untuk prevalensi 1
tahun berkisar antara 3 – 8%.
• Angka prevalensi untuk gangguan anxietas menyeluruh
3-8%, dengan prevalensi pada wanita > 40 tahun sekitar
10%. Rasio antara perempuan dan laki-laki sekitar 2:1.
Onset penyakit biasanya muncul pada usia pertengahan
hingga dewasa akhir, dengan insidens yang cukup tinggi
pada usia 35-45 tahun.
Komorbiditas
• Gangguan ansietas menyeluruh mungkin adalah
gangguan yang paling sering muncul bersamaan dengan
gangguan jiwa lain, biasanya fobia sosial, fobia spesifik,
gangguan panik atau gangguan depresif.
• Sekitar 50 – 90% pasien dengan gangguan ansietas
menyeluruh memiliki gangguan jiwa lainnya
• Sebanyak 25% pasien akhirnya mengalami gangguan
panik
• Cenderung memiliki gangguan depresif berat
• Gangguan lazim yang lainnya adalah ganggan distimik,
fobia sosial dan spesifik, serta gangguan terkait zat.
Etiologi
• Idiopatik
• Faktor biologis
Efikasi terapi obat benzodiazepin dan azaspiron (buspiron) terfokus
pada sistem neurotransmitter GABA dan serotonin. Benzodiazepin
diketahui dapat mengurangi kecemasan, sebaliknya flumazenil (reseptor
antagonis benzodiazepin) dapat memicu kecemasan. Walaupun tudak ada
data yang mebuktikan bahwa reseptor benzodiazepin pada pasien
gangguan cemas menyeluruh adalah abnormal, beberapa peneliti
mengatakan bahwa konsentrasi reseptor benzodiazepin tertinggi terdapat
pada lobus occipitalis. Area otak lain yang dicurigai berperan dalam
terjadinya gangguan cemas menyeluruh adalah basal ganglia, sistem
limbik, dan korteks lobus frontalis.
Dikarenakan buspiron merupakan agonis terhadap reseptor serotonin,
sehingga ada hipotesis yang menyebutkan bahwa terjadi gangguan regulasi
dari sistem serotonergik pada pasien dengan gangguan cemas menyeluruh.
Etiologi lanj…

Neurotransmitter lain yang masih menjadi subjek


penelitian pada gangguan cemas menyeluruh adalah
norepinephrine, glutamat, dan sistem kolesistokinin.
Suatu studi dengan pemeriksaan Positron Emission
Tomography melaporkan bahwa laju metabolik pada basal
ganglia dan white matter pada pasien gangguan cemas
menyeluruh lebih rendah dibanding pada orang normal.
• Faktor psikososial
Dua kelompok teori utama faktor psikososial yang dapat menimbulkan
gangguan ansietas menyeluruh adalah kelompok perilaku-kognitif dan
kelompok psikoanalitik telah memberikan kontribusi teori tentang penyebab
kecemasan

Kelompok perilaku kognitif


Pasien dengan ansietas menyeluruh memberikan respon pada hal-hal
secara tidak benar dan akurat dianggap sebagai bahaya. Ketidakakuratan ini
ditimbulkan melalui perhatian selektif terhadap hal kecil negatif
dilingkungannya dengan distorsi pemprosesan informasi dan pandangan
yang sangat negatif terhadap kemampuan beradaptasi diri sendiri
Kelompok perilaku psikoanalitik
Kecemasan sebagai sinyal adanya bahaya di bawah sadar.
Menanggapi sinyal ini, ego digunakan sebagai mekanisme
pertahanan untuk mencegah pikiran dan perasaan yang tidak dapat
diterima yang muncul ke dalam kesadaran. Dari perspektif
psikodinamik, tujuan terapi tidak diperlukan untuk menghilangkan
kecemasan, tapi untuk meningkatkan toleransi kecemasan, yaitu
kemampuan untuk mengalami kecemasan dan menggunakannya
sebagai sinyal untuk menyelidiki konflik yang mendasari yang telah
menciptakannya. Kecemasan muncul sebagai respon terhadap
berbagai situasi selama siklus hidup.
Diagnosis

• Kriteria diagnosis DSM-IV-TR (tabel 13.6-1) memasukkan


kriteria yang membantu klinisi membedakan gangguan
ansietas menyeluruh, ansietas normal, dan gangguan
mental lain. Perbedaan antara gangguan ansietas
menyeluruh dan normal adalah melalui penekanan pada
gangguan kata “berlebihan” dan “sulit dikendalikan”
dalam kriteria dan melalui spesifikasi bahwa gejala dapat
menyebabkan hendaya atau distres yang signifikan.
Tabel 13.6-1
Kriteria diagnostik DSM-IV-TR untuk gangguan ansietas menyeluruh

a) Ansietas dan kekhawatiran berlebihan (perkiraan yang menakutkan)


terjadi hanmpir setiap hari selama setidaknya 6 bulan, mengenai
sejumlah kejadian atau aktivitas (seperti bekerja atau bersekolah)
b) Orang tersebut merasa sulit mengendalikan kekhawatirannya. Ansietas
dari kekhawatiran dikaitkan dengan tiga (atau lebih) dari keenam gejala
berikut (dengan beberapa gejala setidaknya muncul hampir setiap hari
selama 6 bulan).
c) Perhatikan : hanya satu gejala yang diperlukan pada anak-anak
1. Gelisah atau merasa terperangkap atau terpojok
2. Mudah merasa lelah
3. Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong
4. Mudah marah
5. Otot tegang
6. Gangguan tidur (sulit tertidur atau tetap tidur, atau tidur yang gelisah
dan tidak puas)
d. Fokus dari ansietas dan kekhawatiran tidak terbatas hanya pada
gambaran gangguan Aksis I, misalnya ansietas atau cemas bukan
karena mengalami serangan panic (seperti pada gangguan panic),
merasa malu berasa di keramaian (seperti pada fobia sosial), merasa
kotor (seperti pada gangguan obsesif kompulsif), jauh dari rumah
atau kerabat dekat (seperti pada gangguan ansietas perpisahan),
bertambah berat badan (seperti pada anorexia nervosa), mengalami
keluhan fisik berganda (seperti gangguan somatisasi), atau
mengalami penyakit serius (seperti pada hipokondriasis), juga
ansietas dan kekhawatiran tidak hanya terjadi selama gangguan
stress pasca trauma.
e. Ansietas, kekhawatiran, atau gejala fisik menyebabkan distress
yang secara klinis bermakna atau hendaya sosial, pekerjaan, atau
area penting fungsi lainnya.
f. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu
zat (misalnya penyalahgunaan obat-obatan) atau keadaan medis
umum (misalnya hipertiroidisme) dan tidak terjadi hanya selama
gangguan mood, gangguan psikotik atau gangguan pervasif.
Diagnosis gangguan cemas menyeluruh (F.41.1) menurut PPDGJ-III ditegakkan
berdasarkan :
• Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung
hampirsetiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak
terbatas atauhanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertent u saja (sifatnya
“ free floating” atau “mengambang”).
• Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:
a) Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk,
sulitberkonsentrasi, dsb)
b) Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai); dan
c) Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-
debar,sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb)
• Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan
(reassurance) serta keluhan-keluhan somatik yang menonjol.
• Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari),
khususnyadepresi, tidak membatalkan diagnosis utama Gangguan Anxietas
Menyeluruh, selamahal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode
depresif (F.32.-), gangguananxietas fobik (F.40.-), gangguan panik (F42.0), atau
gangguan obsesif-kompulsif (F.42.-)
GEJALA KLINIS

ANSIETAS
Ketegangan motorik
Gemetar, Gelisah dan Sakit kepala
Hiperaktivitas otonom
Napas pendek, Keringat berlebihan, Palpitasi, dan berbagai gejala
Gastrointestinal (diare kronis)
Kesiagaan kognitif
Iritabilitas dan mudahnya pasien merasa terkejut
Diagnosis Banding

• Diagnosis medis gangguan ansietas menyeluruh mencakup semua gangguan


medis yang dapat menyebabkan ansietas.
• Pemeriksaan medis harus mencakup uji kimia darah standar,
elektrokardiogram, dan uji fungsi tiroid.
• Klinisi harus menyingkirkan adanya intoksifikasi kafein, penyalahgunaan
stimulan, putus alkohol, putus obat sedatif hipnotik atau ansiolitik
• Pemeriksaan status mental dan anamnesis harus menggali kemungkinan
diagnostik gangguan panik, fobia, dan gangguan obsesif kompulsif
• DD: depresif berat serta gangguan distritmik (sering muncul bersamaan),
Gangguan penyesuaian dengan ansietas, Hipokondriasis, Gangguan defisit-
atensi/hiperaktivitas dewasa, Gangguan somatisasi, Gangguan kepribadian
Terapi
1. PSIKOFARMAKA
• Benzodiazepin
Lama pengobatan rata-rata 2-6 minggu, dilanjutkan dengan masa
tapering off selama 1-2 minggu. Spektrum klinis Benzodiazepin meliputi
efek anti-anxietas, antikonvulsan, anti-insomnia. Adapun obat-obat yang
termasuk dalam golongan Benzodiazepin antara lain:
 Diazepam, dosis anjuran oral = 2-3 x 2-5 mg/hari; injeksi = 5-10 mg (im/iv)
 Chlordiazepoxide, dosis anjuran 2-3x 5-10 mg/hari
 Lorazepam, dosis anjuran 2-3x 1 mg/hari
 Clobazam, dosis anjuran 2-3 x 10 mg/hari
 Bromazepam, dosis anjuran 3x 1,5 mg/hari
 Alprazolam, dosis anjuran 3 x 0,25 – 0,5 mg/hari
• Non-benzodiazepin (Buspiron)
Buspiron efektif pada 60-80% penderita GAM. Buspiron lebih
efektif dalam memperbaiki gejala kognitif dibandingkan
gejala somatik. Dosis anjuran 2-3x 10 mg/hari. Kekurangannya
adalah, efek klinisnya baru terasa setelah 2-3 minggu. Terdapat
bukti bahwa penderita GAM yang sudah menggunakan
Benzodiazepin tidak akan memberikan respon yang baik
dengan Buspiron. Suatu studi melaporkan bahwa terapi
kombinasi jangka panjang Benzodiazepin dan Buspiron dapat
lebih efektif. Satu pendekatan kombinasi ini dimulai secara
bersamaan kemudian menurunkan dosis Benzodiazepin
setelah 2-3 minggu, pada saat ini Buspiron diharapkan telah
mencapai dosis maksimum.
• Selektive Serotonin Inhibitor (SSRI)
SSRI efektif untuk pasien dengan komorbid depresi. Kerugian
dari SSRI, terutama fluoxetine, obat ini meningkatkan ansietas
sementara. Oleh sebab itu, SSRI sertalin (Zoloft) atau paroksetin
(Paxil) adalah pilihan yang lebih baik.
PSIKOTERAPI
Terapi kognitif-perilaku :
Pendekatan kognitif mengajak pasien secara langsung mengenali
distorsi kognitif dan pendekatan perilaku, mengenali gejala somatik
secara langsung. Teknik utama yang di gunakan pada pendekatan
behavioral adalah relaksasi dan biofeedback.

Terapi suportif :
Pasien diberikan reassurance dan kenyamanan, menggali potensi-
potensi yang ada dan belum tampak, didukung egonya, agar lebih bisa
beradaptasi optimal dalam fungsi sosial dan pekerjaannya.

Psikoterapi berorientasi tilikan :


Terapi ini mengajak pasien untuk mencapai penyinkapan konflik bawah
sadar, menilik egostrength, relasi obyek, serta keutuhan self pasien.
Dari pemahaman akan komponen-komponen tersebut, kita sebagai
terapi dapat memperkirakan sejauh mana pasien dapat diubah untuk
menjadi lebih matur; bila tidak tercapai, minimal kita memfasilitasi agar
pasien dapat beradaptasi dalam fungsi sosial dan pekerjaannya.
Prognosis

• Karena tingginya insiden adanya gangguan jiwa.


komorbid pada pasien dengan gangguan ansietas
menyeluruh, perjalanan klinis dan prognosis gangguan ini
sulit diprediksi. Meskipun demikian, sejumlah data
menunjukan bahwa peristiwa hidup terkait dengan
awitan gangguan ansietas menyeluruh.
• Gangguan ansietas menyeluruh adalah suatu keadaan
kronis yang mungkin akan menetap seumur hidup.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai