Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUAN

Kejang demam adalah penyebab kejang paling umum pada anak dan sering menjadi
penyebab rawat inap di rumah sakit secara darurat. Kejang demam didefinisikan sebagai kejang
pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun disertai demam, tanpa bukti infeksi sistem saraf pusat
yang mendasari. Kejang demam terjadi pada 2-4% anak di Indonesia. Demam pada kejang
demam umumnya disebabkan oleh infeksi, yang sering terjadi pada anak-anak, seperti infeksi
traktus respiratorius dan gastroenteritis.1,2

Penggolongan kejang demam menurut kriteria Nationall Collaborative Perinatal


Project adalah kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. Kejang demam
sederhana adalah kejang demam yang lama kejangnya kurang dari 15 menit, umum dan tidak
berulang pada satu episode demam. Kejang demam kompleks adalah kejang demam yang lebih
lama dari 15 menit baik bersifat fokal atau multipel.1 Kejang demam kompleks berhubungan
dengan peningkatan risiko kejang demam berulang, kejang demam dengan status epileptikus
dan epilepsi.3

Prognosis kejang demam umumnya baik. Angka kematian yang disebabkan kejang
demam sangat rendah yaitu sekitar 0.08%. Resiko untuk terjadinya epilepsi di kemudian hari
hanya sedikit di atas resiko pada populasi orang normal. Perkembangan intelegensia dan mental
anak yang menderita kejang demam tidak berbeda dengan saudara kandungnya yang tidak
menderita kejang demam. Penjelasan pada orang tua mengenai perjalanan penyakit,
penanganan demam dan pertolongan pertama saat kejang sangat dibutuhkan.4

Berikut ini akan dilaporkan sebuah refleksi kasus mengenai kejang demam sederhana
pada seorang anak yang dirawat di ruang perawatan anak nuri atas Rumah Sakit Anutapura
Palu.
BAB II
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
 Nama : An. R
 Jenis kelamin : Perempuan
 Tanggal lahir/Usia : 25 Oktober 2015 / 3 Tahun 1 Bulan
 Alamat : Jln. Keramik
 Agama : Islam
 Waktu Masuk : 14 November 2018, Pukul 10.15
 Kebangsaan : Indonesia
 Suku bangsa : Kaili
 Nama Ayah/Usia : Tn.A / 34 tahun
o Pekerjaan : Wiraswasta
o Pendidikan : SD
 Nama Ibu/Usia : Ny.L / 25 tahun
o Pekerjaan : IRT
o Pendidikan : SMP
 Jumlah hari perawatan : 4 hari
 Ruangan perawatan : Bangsal Nuri Lt.2
 Diagnosis : Kejang Demam Sederhana
 Anamnesis diberikan oleh : Ayah dan ibu

Family Tree :
B. ANAMNESIS :

Keluhan Utama :
Kejang

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien MRS dengan keluhan kejang sejak pagi, kejang berlangsung sekitar 4 menit.
Kejang sudah terjadi 1x dirumah. Tidak ada riwayat kejang sebelumnya. Sifat kejang menurut
ibu pasien mata mengarah keatas, tangan mengepal dan kakinya bergerak bersama sama,
setelah kejang pasien menangis. Keluhan ini disertai demam (+) sejak 1 yang lalu. Demam
bersifat terus menerus. Tidak ada riwayat minum obat penurun panas. Muntah (+) dan BAB
cair (+) sejak 2 hari yang lalu. Muntah dengan frekuensi 5x SMRS muntah terjadi setelah
pasien makan/minum dan keluar air berisi makanan. BAB cair dengan frekuensi 3x SMRS.
Ada ampas sedikit berwarna hijau kekuningan, berlendir (+), berbau asam (+), darah (-). Nafsu
makan baik. BAK normal.

Riwayat Penyakit Sebelumnya :

Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya. Hal ini baru pertama
kali di alami oleh pasien.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Kedua orang tua pasien tidak memiliki keluhan penyakit metabolik dan penyakit infeksi
menular. Nenek pasien menderita diare.

Riwayat Sosial – Ekonomi :

Pasien merupakan anak ke 2 dari 2 bersaudara dan orang tuanya tinggal dalam rumah
yang cukup sederhana, memiliki kendaraan roda 2, kebutuhan hidup terpenuhi dengan baik
sehingga dapat digolongkan dalam keluarga berstatus ekonomi menengah.

Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan :

Anak sehari- hari bermain aktif di luar rumah , jika malam hari biasanya nonton televisi
atau bermain dengan kakaknya, anak memiliki kebiasaan malas makan tetapi kuat minum susu
saat ini anak minum susu. Pasien saat ini, tinggal bersama orang tua, saudara dan neneknya di
pengungsian untuk sementara waktu akibat rumah retak pasca bencana. Lingkungan tempat
mengungsi saat ini kurang hygine akibat kurangnya persediaan air bersih.

Riwayat Kehamilan dan Persalinan :

Saat hamil ibu tidak pernah sakit dan sering memeriksakan kehamilannya, Bayi lahir
cukup bulan, lahir spontan. Pasien lahir dibantu oleh dokter di rumah sakit, bayi lahir langsung
menangis. Berat badan lahir 2900 gram, Pasien merupakan anak kedua.

Kemampuan dan kepandaian bayi :

Membalik : 4 bulan
Tengkurap : 6 bulan
Duduk : 6 bulan
Berceloteh : 7 bulan
Merangkak : 10 bulan
Berdiri : 13 bulan
Berjalan : 15 bulan

Anamnesis Makanan :

Anak meminum air susu ibu sejak lahir hingga usia 5 bulan lalu ASI + sufor dilanjut

dan diberikan bubur halus serta pisang yang dihaluskan sejak usia 6 bulan, kemudian > 1 tahun

diberikan makanan keluarga (nasi, ayam, telur, tahu, sayur2an) dan susu formula hingga saat

ini.
Riwayat imunisasi :

DASAR ULANGAN

I II III I II III

BCG +

POLIO + + +

DTP + + +

CAMPAK +

HEPATITIS + + +

C. PEMERIKSAAN FISIK :

1. Keadaan Umum : Sakit sedang


Kesadaran : Compos mentis

2. Pengukuran tanda vital


Denyut Nadi : 120 x/menit
Suhu : 38,90C
Respirasi : 26 x /menit
Berat badan : 12 kg
Tinggi / Panjang Badan : 88 cm

3. Kulit : Sianosis (-), ikterus (-), pucat (-), eritema (-),


Warna : Sawo matang
Turgor : Cepat kembali (< 2 detik)
Efloresensi : Tidak ditemukan kelainan kulit

4. Kepala :
- Wajah : Simetris, edema periorbital (-)
- Deformitas : Tidak ada
- Bentuk : Normocephal
- Rambut : Warna hitam, tidak mudah dicabut, tebal, alopesia (-)
Mata
- Palpebra : Edema (-/-)
- Konjungtiva : Anemis (-/-)
- Sklera : Ikterik (-/-)
- Pupil : Isokor
- Cekung : (-)
- Mulut : Bibir kering (+) Lidah Kotor (-) Stomatitis Angularis
(-) Tonsil T1/T1, Faring hiperemis (-), Koplik spot (-) tidak
ditemukan.
Hidung : Rhinore (-)

5. Leher :
- Pembesaran kelenjar getah bening (-) .
- Pembesaran kelenjar tiroid (-)

6. Thorax
Paru-paru
- Inspeksi : Simetris bilateral, retraksi (-), massa (-), sikatriks (-)
- Palpasi : Vokal fremitus (+) ka=ki, massa (-), nyeri tekan (-)
- Perkusi : Sonor (+) diseluruh lapang paru
- Auskultasi : Bunyi vesikular (+), Ronkhi (-), Wheezing (-)
Jantung
- Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus Cordis tidak teraba
- Perkusi : Batas atas jantung SIC II,
Batas kanan SIC IV linea parasternalis dextra
Batas kiri jantung SIC V linea midclavicula
- Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, murmur (-), gallop (-)
7. Abdomen
- Inspeksi : Kesan datar, massa (-), distensi (-), sikatriks (-)
- Auskultasi : Peristaltik (+) kesan meningkat
- Perkusi : Timpani (+), asites (-)
- Palpasi : Nyeri tekan (-), organomegali (-)
 Genitalia : Tidak ditemukan kelainan
 Anggota gerak : Ekstremitas atas : Akral hangat, edema (-)
Ekstremitas bawah : Akral hangat, edema (-)
 Punggung : Skoliosis (-), Lordosis (-), Kyphosis (-)
 Otot-otot : Eutrofi, kesan normal
 Refleks : Fisiologis +/+, patologis -/-

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG :

Laboratorium :
Hematologi
Hematologi Hasil Rujukan Satuan
WBC 8,1 5,0 – 15,0 10’3 / uL
3,87
RBC 4,10 – 5,50 10’6 / uL
menurun
HGB 12,2 12,0 – 14,0 g / dL
35,7
HCT 36,0 – 44,0 %
menurun
PLT 282 200-400 10’3 / uL
Neutrofil 58,9 52,0-75,0 %

Glukosa Darah
Hasil Nilai Rujukan

Glukosa Sewaktu 151 80-199 mg/dl

Elektrolit
Pemeriksaan darah Hasil Nilai Rujukan
Elektrolit
1. K+ 3,04 3,48-5,50 mmol/L
2. Na+ 127,09 135,37-145,00 mmol/L
3. Cl- 94,29 96,00-106,00 mmol/L
RESUME :
Pasien MRS dengan keluhan kejang sejak pagi berlangsung sekitar 4 menit terjadi 1x
saat dirumah . Tidak ada riwayat kejang sebelumnya. Berdasarkan hasil anamnesis ibu pasien,
kejang bersifat tonik klonik dan setelah kejang pasien menangis. Febris (+) sejak 1 hari yl.
Terus menerus. Tidak ada riwayat minum obat penurun panas. Vomitting (+) sejak 2 hari yang
lalu dengan frekuensi 5x SMRS dan terjadi setelah pasien makan/minum dan keluar air berisi
makanan. Defekasi cair (+) disertai ampas sedikit berwarna hijau kekuningan dengan frekuensi
3x SMRS, berlendir (+), berbau asam (+), darah (-), nafsu makan baik. BAK normal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan HR 120 x/menit, RR 26x/menit, SB 38,9, BB 12 kg,
TB 88 cm. didapatkan bunyi peristaltik yang meningkat. Riwayat imunisasi dasar lengkap dan
pada pemeriksaan laboratorium darah rutin didapatkan RBC 3,87 (menurun) dan HCT 35,7
(menurun). Pada pemeriksaan GDS 151 mg/dl yang berarti normal. Pada pemeriksaan elektrolit
didapatkan hasil K+3,04 mmol/L, Na+ 127,09 mmol/L, Cl 94,29 mmol/L yang berarti terdapat
imbalans elektrolit

E. Diagnosis : Kejang Demam Sederhana + Diare akut dehidrasi ringan - sedang

F. Penatalaksanaan :
Non-medikamentosa :
Kompres air hangat
Medikamentosa :
- IUFD Asering guyur 100 ml lalu lanjutkan 12 tpm
- Inj. Santagesik 120 mg/8 jam /iv (k/p)
- Zink syrup 3x1 cth
- Inj. Ondansentron 1,2 mg/iv (k/p)
- Stesolid supp 10 mg
- Bila kejang lagi, berikan diazepam iv 3,5 mg bolus perlahan

G. Anjuran Pemerikasaan :
- Cek Elektrolit
- Pemeriksaan Feses
Follow Up

Hari/Tanggal : Kamis, 15 November 2018

(Perawatan hari – 2)
S Demam (+) hari ke 3, Kejang (-). Mual (+), Muntah (+) frekuensi 1
kali, Nyeri Abdomen (-), BAB cair (+) frekuensi 3 kali

1. Keadaan Umum : Sakit sedang


2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Tanda Vital
 Denyut Nadi : 116 x/menit
O
 Respirasi : 24 ×/menit
 Suhu tubuh : 37,6 ˚C
4. Berat badan : 12 kg
5. Tinggi badan : 88 cm
6. Status Gizi : -1<Z-score<0 - Gizi Baik

Kejang Demam Sederhana + Diare Akut Dehidrasi ringan-


sedang

 Medikamentosa
- IVFD Kaen 3B 12 tpm
- Inj. Santagesik 120 mg/ 6 jam/ kp
- Inj. Ondancentron 1,5 mg/ 8jam/ kp
P
- Zink 1x20 mg
- Neo Kaolana syr 3x1 cth
- Stesolid syr 10 mg/ kp
- Diazepam 3,5 mg/ 3x1 pulv (bila suhu 38o C)
Hari/Tanggal : Jum,at, 16 November 2018

(Perawatan hari – 3)
S Demam (-) bebas demam hari pertama, Kejang (-). Mual (-),
Muntah (-), Nyeri Abdomen (-), BAB cair (-)

1. Keadaan Umum : Sakit sedang


2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Tanda Vital
 Denyut Nadi : 120 x/menit
 Respirasi : 32 ×/menit
 Suhu tubuh : 36.9 ˚C
4. Berat badan : 12 kg
5. Tinggi badan : 88 cm
6. Status Gizi : -1<Z-score<0 - Gizi Baik

 Pemeriksaan elektrolit
O
Pemeriksaan darah Hasil Nilai Rujukan
Elektrolit
1. K+ 3,21 3,48-5,50
mmol/L
2. Na+ 133,55 135,37-145,00
mmol/L
3. Cl- 98,55 96,00-106,00
mmol/L
interpretasi : imbalance elektrolit

Kejang Demam Sederhana + Diare Akut Dehidrasi ringan-


sedang
P  Medikamentosa
- IVFD Kaen 3B 12 tpm
- Inj. Santagesik 120 mg/ 6 jam/ kp
- Inj. Ondancentron 1,5 mg/ 8jam/ kp
- Zink 1x20 mg
- Neo Kaolana syr 3x1 cth
- Stesolid syr 10 mg/ kp
- Diazepam 3,5 mg/ 3x1 pulv (bila suhu 38o C)

Hari/Tanggal : Sabtu, 17 November 2018

(Perawatan hari – 4)

Demam (-) bebas demam hari ke-2, Kejang (-). Mual (-), Muntah (-
S
), Nyeri Abdomen (-), BAB cair (-)

1. Keadaan Umum : Sakit sedang


2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Tanda Vital
 Denyut Nadi : 110 x/menit
O  Respirasi : 30 ×/menit
 Suhu tubuh : 36,5 ˚C
4. Berat badan : 12 kg
5. Tinggi badan : 88 cm
6. Status Gizi : -1<Z-score<0 - Gizi Baik

Kejang Demam Sederhana + Diare Akut Dehidrasi ringan-


sedang
P  Medikamentosa
- Aff infus
- Zink 1x20mg
- Stesolid supp 10 mg/kp
BAB III
DISKUSI KASUS

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal di atas 380 C) tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat ,gangguan elektrolit atau
metabolik lain, biasanya disebabkan oleh proses ekstrakranium1. Demam sering disebabkan
oleh infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi
saluran kemih. Kejang demam sangat tergantung kepada umur, 85% kejang pertama sebelum
berumur 4 tahun, terbanyak di antara 17-23 bulan. Kejang demam diturunkan secara dominan
autosomal sederhana. Banyak pasien kejang demam yang orangtua atau saudara kandungnya
menderita penyakit yang sama. Faktor prenatal dan perinatal dapat berperan dalam kejang
demam1,3

Menurut UKK Neurologi IDAI, kejang demam diklasifikasikan sebagai kejang


demam sederhana dan kompleks. Kejang demam sederhana adalah kejang demam yang
berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang
berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam
waktu 24 jam3

Menurut Livingston, Kriteria kejang demam sederhana adalah sebagai berikut4

1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan - 5 tahun

2. Kejang berlangsung sebentar, tidak melebihi 15 menit

3. Kejang bersifat umum

4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam

5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal

6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu setelah suhu normal tidak
menunjukkan kelainan

7. Frekuensi bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali


Sedangkan kejang demam kompleks adalah kejang demam dengan salah satu ciri
berikut ini:4

1. Kejang lama > 15 menit

2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial

3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.

Faktor resiko kejang demam pertama yang penting adalah demam. Selain itu terdapat
faktor riwayat kejang demam pada orang tua atau saudara kandung, perkembangan terlambat,
problem masa neonatus, anak dalam perawatan khusus, dan kadar natrium rendah. Demam
sering disebabkan infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis, dan
infeksi saluran kemih.5

Pada keadaan demam kenaikan suhu 10C akan mengakibatkan kenaikan


metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen meningkat 20%. Kenaikan suhu tubuh
tertentu dapat mempengaruhi keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang
singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium melalui membran sel sehingga terjadi
lepasan muatan listrik yang dapat meluas keseluruh sel maupun ke membran sel sebelahnya
melalui neurotransmitter dan terjadilah kejang
Pada kasus ini, dari hasil anamnesis didapatkan bahwa pasien anak datang dengan
keluhan kejang demam, kejang sebanyak 1 kali saat di rumah, dimana kejangnya berlangsung
sekitar 4 menit. Menurut ibu pasien, saat kejang mata melihat ke atas tangannya mengepal dan
kakinya bergerak bersama-sama . Setelah kejang sadar dan langsung menangis. Tidak ada
kejang lanjutan setelah kejang pertama. Batuk (-), beringus (-), sesak napas (-), mual (+),
muntah (+) dengan frekuensi 5x yang terjadi setelah pasien makan/ minum dan keluar air berisi
makanan. Keluhan juga disertai BAB cair dengan frekuensi 3x ada ampas sedikit berwarna
hijau kekuningan, berlendir (+), berbau asam (+), darah (-). Nafsu makan baik. BAK biasa.
Dari anamnesis, diagnosis dapat mengarah ke kejang demam sederhana, diamana kejang
berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, kejang berbentuk tonik, klonik atau tonik klonik
tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan HR 120 x/menit, RR 26x/menit, SB 38,9, BB 12


kg, TB 88 cm. didapatkan bunyi peristaltik yang meningkat. Riwayat imunisasi dasar lengkap
dan pada pemeriksaan laboratorium darah rutin didapatkan RBC 3,87 (menurun) dan HCT 35,7
(menurun). Pada pemeriksaan GDS 151 mg/dl yang berarti normal. Pada pemeriksaan elektrolit
didapatkan hasil K+ 3,04 mmol/L, Na+ 127,09 mmol/L, Cl 94,29 mmol/L yang berarti terdapat
imbalans elektrolit.

Pada kejang demam sederhana, tidak dijumpai kelainan neurologis maupun


laboratorium. Pada kejang demam kompleks dijumpai kelainan fisik neurologis berupa
hemiplegic. Pada pemeriksaan EEG didapatkan gelombang abnormal berupa gelombang-
gelombang lambat fokal bervoltase tinggi, kenaikan aktivitas delta, relative dengan gelombang
tajam. Perlambatan aktivitas aktivitas EEG kurang mempunyai nilai prognostik, walaupun
penderita kejang demam kompleks lebih sering menunjukan gambaran EEG abnormal. EEG
juga tidak dapat digunakan untuk menduga kemungkinan epilepsy di kemudian hari4,5

Pemeriksaan pungsi lumbal dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan


meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Walaupun demikian
kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada kasus yang dicurigai meningitis atau
apabila kejang demam berlangsung lama. Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan
atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena
itu pungsi lumbal dianjurkan pada:4

1. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan


2. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan

3. Bayi > 18 bulan tidak rutin

Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.[4]

Terdapat 3 (tiga) hal yang perlu dikerjakan pada proses tata laksana kejang demam,
yaitu: 1,4,5

1. Pengobatan Fase Akut

Diazepam (0,2-0,5 mg/kgBB IV perlahan dengan kecepatan 2mg/menit atau dalam


waktu 3-5 menit, dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau BB<12 kg dosis 5 mg rektal
dan BB >/= 12 kg dosis 10 mg rektal) adalah pilihan utama dengan pemberian secara intravena
atau intrarektal karena memiliki masa kerja yang singkat. Suhu tubuh yang tinggi diturunkan
dengan pemberian kompres dan antipiretik (dosis paracetamol oral 10-15 mg/kgBB tiap 4-6
jam atau ibuprofen 5-10 mg/kgBB/kali 3-4 kali sehari).

2. Antikonvulsan Intermitten

Pengobatan profilaksis intermitten dengan antikonvulsan segera diberikan pada


waktu pasien demam dengan suhu rektal lebih dari 38℃. Terapi intermitten harus dapat masuk
dan bekerja pada otak. Diazepam intermitten dapat diberikan per-oral maupun rektal. Dosis
diazepam rektal adalah 0,5 mg/kgBB/kali setiap 8 jam. Diazepam oral dapat diberikan dengan
dosis 0,3 mg/kgBB setiap 8 jam, diberikan bila pasien menunjukkan suhu 38,50C atau lebih.
Diazepam intermitten diberikan 48 jam pertama demam.

3. Antikonvulsan Rumat

Pemberian fenobarbital 3-4 mg/kgBB/hari dalam 1-2 dosis menunjukkan hasil yang
bermakna untuk mencegah berulangnya kejang demam. Obat lain yang dapat digunakan untuk
profilaksis kejang demam ialah asam valproat yang memiliki efek sama bahkan lebih baik
dibandingkan dengan fenobarbital, meskipun memiliki efek samping hepatotoksik. Dosis asam
valproat adalah 15-40 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis. Profilaksis terus menerus dapat
berguna untuk mencegah berulangnya kejang demam berat yang dapat berpotensi
menyebabkan kerusakan otak di kemudian hari namun tidak dapat mencegah terjadinya
epilepsi. Indikasi anti konvulsan rumatan adalah:
1) Sebelum kejang demam pertama sudah ada kelainan neurologis atau perkembangan

2) Ada riwayat kejang tanpa demam pada orang tua atau saudara kandung

3) Kejang demam lebih lama dari 15 menit, fokal atau diikuti kelainan neurologis sementara
atau menetap

4) Dapat dipertimbangkan pemberian profilaksis bila kejang demam terjadi pada bayi
berumur kurang dari 12 bulan atau terjadi kejang multipel dalam satu episode demam

Antikonvulsan profilaksis terus menerus diberikan selama 1-2 tahun setelah kejang
berakhir, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan4,5.

Diazepam:
Rektal, BB < 12 kg= 5 mg
BB >/= 12 kg= 10mg
Atau IV 0,2-0,5 mg/kgBB/x

Pada kasus ini, anak tiba di rumah sakit sudah tidak dalam keadaan kejang (pasien
hanya kejang satu kali di rumah sekitar 4 menit) dan pasien datang dengan demam tinggi (38,90
C) . Jadi, penatalaksanaan pada pasien ini hanya diberikan antipiretik (untuk menurunkan suhu
tubuh), antiemetik (untuk mengatasi muntah), pemberian Zink dan Kaolin pektin juga efektif
unutk mengatasi diare pada pasien dan pemberian obat anti kejang untuk mencegah terjadi
kejang kembali (pengobatan profilaksis intermiten). Pengobatan profilaksis intermiten
diberikan pada pasien ini karena pasien masih berumur 3 tahun 1 bulan yang artinya masih
sangat berisiko terjadi kejang kembali dan suhu tubuh yang masih di atas normal atau pasien
masih demam yang merupakan indikasi pemberian pengobatan profilaksis intermiten.3

Pada pasien ini tidak diberikan pengobatan rumatan karena pasien hanya kejang 1 kali
dirumah sekitar 4 menit, kejang tidak berulang dalam 24 jam, setelah kejang anak sadar, dan
anak tidak ada mengalami gangguan neurologi yang nyata setelah maupun sebelum terjadinya
kejang. Indikasi pemberian pengobatan rumatan jika ada 2 kriteria yang memenuhi.
Indikasinya sebagai berikut:1,3

a. Kejang terjadi > 15 menit, kejang bersifat fokal, atau diikuti dengan kelainan neurologis
sementara atau menetap
b. Sebelum kejang yang pertama sudah ada kelainan neurologis atau perkembangan (misalnya
serebral palsi atau mikrosefal, retardasi mental, hidrosefalus)
c. Ada riwayat kejang tanpa demam pada orang tua atau saudara kandung
d. Kejang terjadi pada anak usia < 12 bulan
e. Kejang berulang dalam 24 jam dan kejang demam > 4x/tahun
Bila hanya memenuhi 1 kriteria saja dan ingin memberikan pengobatan jangka panjang,
maka berikan profilaksis intermiten saja jika anak demam (suhu > 38,50C).

Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko berulangnya
kejang demam adalah:1

1. Riwayat kejang demam dalam keluarga

2. Usia kurang dari 12 bulan

3. Temperatur yang rendah saat kejang

4. Cepatnya kejang setelah demam

Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah 80%,
sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulangnya kejang demam hanya
10%-15%. Kemungkinan berulangnya kejang demam paling besar pada tahun pertama.1
Prognosis kejang demam baik dan tidak menyebabkan kematian jika ditandangani
dengan cepat dan tepat. Menurut penelitian frekuensi terulangnya Mkejang berkisar antara
25%-50%, yang umumnya terjadi pada 6 bulan pertama setelah kejang dan tergantung dari
faktor resiko:2,3

1. Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga


2. Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita kejang demam
3. Kejang yang berlangsung lama atau fokal
Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor resiko di atas, maka dikemudian hari akan
mengalami serangan kejang tanpa demam sekitar 13%, dibanding bila hanya terdapat 1 atau
tidak sama sekali faktor resiko diatas. Serangan kejang tanpa demam hanya 2-3% saja.2,3

Pada kasus ini prognosis anak baik karena tidak ada faktor resiko yang seperti
disebutkan diatas. Pada pasien ini kejang terjadi sebentar, kejang terjadi secara umum, dan
tidak ada riwayat kejang tanpa demam pada keluarga. Hanya saja pada pasien ini
kecenderungan untuk terjadi kejang demam lagi masih ada karena usia anak masih berada
dalam kelompok umur yang masih sering terjadi kejang demam menurut epidemiologi.
Konseling untuk ibu pada pasien ini harus dilakukan karena anaknya kemungkinan untuk
terjadi kejang demam masih ada dan anjurkan pada ibu untuk selalu siap antipiretik dan
antikejang dirumah.7
DAFTAR PUSTAKA

1. Ismael S, Pusponegoro HD, Widodo DP, Mangunatmadja I, Handryastuti S. Rekomendasi


Penatalaksanaan Kejang Demam. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia;
2016.
2. Deliana Melda. Tatalaksana Kejang Demam pada Anak. Sari pediatri, vol 4(4); 2012.
3. Nurindah D. Hubungan antara Kadar Tumor Necrosis Factor-Alpha (TNF-α) Plasma
dengan Kejang Demam Sederhana pada Anak. Jurnal Kedokteran Brawijaya, vol 28(2);
2014.
4. Roberton DM, South M. Practical Paediatrics Sixth Edition. UK: Churchill Livingstone;
2017.
5. Fuadi, Tjipta Bahtera, Faktor Resiko Bangkitan kejang demam pada anak. Sari pediatri.
Vol. 12, N0.3, Jakarta; 2013.
6. UKK Neurologi IDAI. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam.Badan Penerbit IDAI;
2014.
7. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku Ajar Neurologi. Jakarta : Badan Penerbit IDAI. 2012

Anda mungkin juga menyukai