Anda di halaman 1dari 60

TONSILITIS DAN

RHINOSINUSITIS
CASE PRESENTATION
KEZIA EMYLIN S.N
030.14.107

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU PENYAKIT THT RSUD BUDHI ASIH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
Identitas Pasien
• Nama : An. S
• Umur : 14 Tahun
• Jenis kelamin : Laki-Laki
• Pendidikan : SMP
• Suku bangsa : Batak
• Agama : Islam
Anamnesis
Diambil dari dari pasien di Poliklinik THT RSUD Budhi
Asih pada Rabu, 19 September 2018. Pukul 10.30 wib

• Keluhan utama : Hidung tersumbat sejak ± 1 bulan lalu


• Keluhan tambahan : Keluar ingus dari hidung, nyeri
kepala
Riwayat penyakit sekarang
• Pasien datang dengan keluhan hidung tersumbat sejak kelas 4 SD
(saat ini pasien SMP kelas 2). Keluhan tersebut hilang timbul.
Hidung tersumbat pada kedua hidung. Saat hidung tersumbat
disertai dengan keluar nya sekret yang encer berwana putih.
Pasien mengatakan keluhan tersebut biasanya di rasa saat
menjelang malam hari dan membuat jadi sulit tidur.
• Bersin-bersin setiap pagi hari disangkal, namun pasien
mengatakan suka bersin-bersin di waktu yang tidak menentu 2-3x
setiap bersin, riwayat trauma (-) , riwayat mimisan (-), hidung
berbau (-), riwayat alergi (-), riwayat asma (–)
• Pasien suka merasa ada cairan yang tertelan ke tenggorokan,
nyeri pada bagian wajah juga sering di rasakan oleh pasien
namun tidak memberat dengan perubahan posisi, nyeri kepala (+)
• Keluhan pada telinga tidak dikeluhkan oleh pasien. Tidak ada
riwayat keluar cairan dari telinga, tidak ada gangguan atau
penunuran pendengaran yang dirasakan oleh pasien, nyeri
tekan atau nyeri tarik pada telinga (-) , riwayat kebiasaan
mengkorek telinga (–)
• Nyeri menelan sebulan yang dirasakan pasien namun sembuh
kembali
• Batuk hilang-timbul berdahak namun batuk sulit dikeluarkan
dan dahak tidak bercampur darah. Rasa mengganjal di
tenggorokan (+), nafsu makan baik dan tidak ada penurunan
berat badan yang signifikan. Suara serak (-)
Keluhan disangkal
Mimisan, batuk, nyeri tekan pada telinga, telinga keluar
cairan, telinga terasa berdengung, pusing berputar,
demam, mual, muntah
Riwayat penyakit dahulu
• Pasien sudah mengalami keluhan seperti ini sejak kelas 4
SD
• DM (-), HT (-), asma(-), alergi (-), keganasan (-)
Riwayat penyakit keluarga
• Tidak ada keluhan serupa
• Riwayat alergi (-), Riwayat asma (-)
Riwayat pengobatan
tidak konsumsi obat jangka lama
Riwayat kebiasaan
Merokok (-), olahraga (+)
Pemeriksaan Fisik
TANDA VITAL
• Keadaan umum : Tampak sakit ringan
• Kesadaran : Compos mentis
(GCS E4M6V5)
• Tekanan Darah : 90/60 mmHg
• Nadi : 89x/menit
• Respirasi : 20x/menit
• Suhu : 36.7◦C
STATUS GENERALIS
• Keadaan umum: sakit ringan
• Kepala: normosefal
• Mata: CA -/-, SI -/-
• Leher: pembesaran KGB –
• Thorax: SNV +/+, Rh -/-, Wh -/-, BJ I II reg, M -, G-
• Abdomen: NT -, BU + 6x permenit
• Ekstremitas: OE -, AH +, CRT <2 detik
Pemeriksaan Fisik
TELINGA

Dekstra Sinistra
Bentuk normotia normotia
Besar Simetris, Simetris,
normal normal
INSPEKSI
Fistel (-) (-)
Sikatriks (-) (-)
Nyeri (-) (-)
PALPASI tekan
Benjolan (-) (-)
• Retroauricula
Inspeksi Dekstra Sinistra
Kulit Normal, hiperemis - Normal, hiperemis -
Fistel
(-) (-)

Sikatriks
(-) (-)

Abses

(-) (-)

Massa (-) (-)


• Liang Telinga

Kanan Kiri
lapang Lapang/sempit lapang
hiperemis Warna hiperemis
(-) epidermis (-)
(-) Sekret (-)
minimal Serumen minimal
(-) Kelainan lain (-)
• Membran timpani

Kanan Kiri
Intak Intak Intak
+ Refleksi cahaya +
- Perforasi -
- Granulasi -
- Kolesteatom -
Pemeriksaan Fungsi Pendengaran
Dekstra Sinistra
Rinne 512 Hz
Positif Positif

Schwabach Sama dengan Sama dengan


pemeriksa pemeriksa
Weber

Tidak ada lateralisasi


Pemeriksaan Fisik
HIDUNG
Inspeksi Dekstra Sinistra
Bentuk Normal,
Normal, hiperemis -
hiperemis -
Deformitas
(-) (-)

Edema (-) (-)


Massa (-) (-)
Perdarahan (-) (-)
Nyeri tekan (+) pipi (+) pipi
Krepitasi (-) (-)
RINOSKOPI ANTERIOR Dextra Sinistra
Vestibulum Edema (-), Hiperemis (-) Edema (-), Hiperemis (-)

Konka inferior Eutorfi, pucat, licin Eutorfi, pucat, licin


Konka media Eutorii, pucat, licin Eutorfi, pucat, licin
Meatus media Terbuka Terbuka
Kavum nasi Lapang Lapang
Mukosa Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Sekret (+) (+)
Septum Deviasi (-) Deviasi (-)
Koana
Mukosa konka
• Rinoskopi Posterior: Adenoid

Tidak dapat dinilai, Sekret

pasien kurang koperatif


• Tes Transiluminasi

Kanan Sinus Kiri


Cerah Frontalis Cerah
Cerah Maxilaris Redup
Pemeriksaan Faring
Arcus Faring Simetris, Hiperemis (-)
Plika Anterior Hiperemis (-)
Palatum Molle Hiperemis (-)
Mukosa Faring Hiperemis (-), Edema (-)
Dinding Faring Posterior Edema (-). Hiperemis (-), PND (+)
Uvula Ditengah, Edema (-)
Tonsil Palatina T2-T3, Hiperemis (-), Kripta melebar
Keluhan lain (-)
DIAGNOSIS

DIAGNOSIS KERJA DIAGNOSIS BANDING


• Rhinosinusitis kronis • Rinitis Alergi
• Tonislitis kronis • Hipertofi tonsil
PEMERIKSAAN ANJURAN

• CT-Scan sinus paranasal


• Cek darah lengkap
• Skin prick test
TATALAKSANA

• Disarankan untuk tonsilektomi


• Check lab darah lengkap
• BT/CT
• Betadine gargle 3x10ml
• Cuci hidung : Nacl 0,9%
PROGNOSIS

• Ad vitam : ad bonam
• Ad fungsionam : dubia ad bonam
• Ad sanationam : dubia ad bonam
ANALISA KASUS
Kasus Teori

ANAMNESIS Menurut panduan EPOS,


Pasien usia 14 tahun di terdapat empat tanda dan gejala khas
bawa ke Poli THT dengan dari rinosinusitis kronik, yaitu hidung
keluhan : buntu, sekret hidung (berupa
1. Hidung tersumbat anterior/posterior nasal drip), nyeri pada
2. Sekret hidung wajah, dan penurunan atau hilangnya
3. Nyeri wajah daya penciuman. Sedikitnya dua
4. Nyeri kepala atau lebih gejala tersebut harus
berlangsung selama dua belas
minggu atau lebih
Pasien ini telah memenuhi kriteria
diagnosis rinosinusitis kronik menurut
EPOS, yaitu keluhan utama hidung
tersumbat terdapat sekret hidung,
disertai gejala nyeri pada wajah
Major factors Minor factors

Facial pain, pressure (alone does not constitute a Headache


suggestive history for rhinosinusitis in absence of Fever
another major symptom) (all nonacute)
Facial congestion, fullness Halitosis
Nasal obstruction/blockage Fatigue
Nasal discharge/ purulence/ discolored nasal drainage Dental pain
Hyposmia/anosmia Cough
Purulence in nasal cavity on examination Ear pain/pressure/
Fever (acute rhinosinusitis only) in acute sinusitis alone fullness
does not constitute a strongly supportive history for
acute in the absence of another major nasal symptom
or sign
Pasien mengeluh hidung
tersumbat kurang lebih
4 bulan yang lalu. Bila terjadi edema di kompleks
Hidung dirasa tersumbut osteomeatal, mukosa yang letaknya
pada hidung kanan berhadapan akan saling bertemu, sehingga
dan kiri. Hilang timbul silia tidak dapat bergerak dan lendir tidak
dan mengeluarkan dapat dialirkan. Maka terjadi gangguan
sekret yang encer. drainase dan ventilasi didalam sinus, sehingga
silia menjadi kurang aktif dan lendir yang di
produksi mukosa sinus menjadi lebih kental
dan merupakan media yang baik untuk
tumbuhnya bakteri patogen. Bila sumbatan
berlangsung terus, akan terjadi hipoksia dan
retensi lendir sehingga timbul infeksi oleh
bakteri anaerob.
TONSILITIS
Anatomi

Tonsil
palatina
Tonsil
Tonsil
faringeal
lingual
(adenoid)

Cincin
Waldeyer
Tonsilitis

Merupakan peradangan umum dan


pembengkakan dari jaringan tonsila
ODefinisi:
palatina yang biasanya disertai dengan
pengumpulan leukosit, sel-sel epitel mati,
dan bakteri patogen dalam kripta.
Tonsilitis Akut

Berdasarkan penyebabnya, tonsilitis akut dibagi menjadi dua


penyebab yaitu:
O Tonsilitis Viral
O Tonsilitis Bakterial
Tonsiltis Viral
• Penyebab paling sering  virus Epstein Barr.
Haemophilus influenza juga merupakan salah satu
penyebab. Gejala tonsilitis viral menyerupai dengan
gejala common cold disertai dengan nyeri tenggorok.

Tonsilitis Bakterial
• Penyebab tersering  group A Streptokokus B
hemolitikus atau strept throat. Infiltrasi bakteri pada
lapisan epitel jaringan tonsil akan menimbulkan
reaksi radang berupa keluarnya leukosit
polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus.
Patofisiologi
Bakteri menginfiltrasi
lapisan epitel jaringan
Reaksi radang
tonsil

Detritus Keluarnya leukosit


terbentuk polimorfonuklear

Detritus merupakan
kumpulan leukosit, Detritus
bakteri yang mati dan mengisi kripta
epitel yang terlepas
Gejala dan Tanda
• Nyeri tenggorok Pada pemeriksaan
ditemukan:
• Nyeri menelan O Pembengkakan tonsil
• Demam dengan suhu O Tonsil terlihat
tubuh tinggi hiperemis dan adanya
• Rasa lesu detritus berbentuk
folikel/lakuna/tertutup
• Tidak nafsu makan membran semu
• Nyeri telinga (otalgia) O Nyeri tekan dan
bengkak pada kelenjar
submandibula
Tonsilitis Kronik

Merupakan peradangan kronis Tonsila Palatina


setelah serangan akut yang berulang atau infeksi
subklinis. Tonsilitis berulang banyak terdapat pada
anak-anak, yang diantara serangan infeksi tonsil
dapat terlihat sehat atau dapat juga terlihat
membesar.
Tonsilitis Kronik
Etiologi
• 25% disebabkan oleh streptokokus B
hemolitikus grup A
Faktor Predisposisi
• Rangsangan menahun dari rokok
• Beberapa jenis makanan yang dapat
menyebabkan serangan berulang
• Pengaruh cuaca
• Kelelahan fisik
• Pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat
Patologi
Epitel mukosa
Proses radang
tonsil dan jaringan
berulang
limfoid terkikis

Jaringan parut akan Jaringan limfoid


mengkerut dan kripti diganti oleh
akan melebar jaringan parut

Kripti akan terisi Proses terus berlanjut


dengan detritus hingga menembus kapsul
tonsil

Perlekatan dengan
jaringan sekitar fosa
tonsilaris
Gejala dan Tanda

• Rasa mengganjal di • Pada pemeriksaan


didapatkan:
tenggorok
• Rasa kering di • Tonsil membesar
dengan permukaan
tenggorokan yang tidak rata,
• Nafas berbau kriptus melebar dan
• Tidur mengorok beberapa kripti terisi
oleh detritus
Diagnosis

O Anamnesis=
Adanya keluhan rasa sakit di tenggorok, nyeri menelan,
rasa mengganjal pada tenggorok, nafas berbau,
terkadang ada demam, malaise
O Pemeriksaan Fisik=
Tampak tonsil membesar dengan adanya hipertrofi dan
jaringan parut. Tampak kripti melebar dan terisi oleh
detritus
Diagnosis Banding
• Tonsilitis Difteri
Tonsilitis • Angina Plaut-
vincent
Membranosa • Mononucleosis
infeksiosa

• Faringitis
Penyakit tuberkulosa
Kronik Faring • Faringitis Luetika
Granulomatus • Aktinomikosis
faring
Tatalaksana
Tirah baring

Pemberian cairan adekuat

Diet ringan

Analgetika

Antivirus (jika diperlukan)


Tatalaksana

• Pengobatan pasti untuk tonsilitis kronik adalah dengan


pengangkatan tonsil (tonsilektomi diseksi), dengan atau
tanpa pengangkatan adenoid.
• Dilakukan apabila terapi konservatif maupun terapi
medikamentosa dengan antibiotika spektrum luas tidak
berhasil.
Tonsilektomi
Tonsilektomi
Berdasarkan AAO-HNS tahun 1995, indikasi tonsilektomi
dibagi menjadi dua:
Indikasi Absolut
• Tonsil yang besar hingga mengakibatkan gangguan
pernafasan, nyeri telan yang berat, gangguan tidur
atau komplikasi penyakit-penyakit kardiopulmonal.
• Abses peritonsiler (Peritonsillar abscess) yang tidak
menunjukkan perbaikan dengan pengobatan
• Tonsillitis yang mengakibatkan kejang demam.
• Tonsil yang diperkirakan memerlukan biopsi jaringan
untuk menentukan gambaran patologis jaringan.
Indikasi Relatif
• Jika mengalami tonsilitis 3 kali atau lebih dalam satu tahun
dan tidak menunjukkan respon sesuai harapan dengan
pengobatan medikamentosa yang memadai.
• Bau mulut atau bau nafas tak sedap yang menetap pada
tonsillitis kronis yang tidak menunjukkan perbaikan dengan
pengobatan.
• Tonsillitis kronis atau tonsilitis berulang yang diduga sebagai
carrier kuman Streptokokus yang tidak menunjukkan repon
positif terhadap pengobatan dengan antibiotika.
• Pembesaran tonsil di salah satu sisi (unilateral) yang dicurigai
berhubungan dengan keganasan (neoplastik)
RHINOSINUSITIS KRONIK
Rhinosinusitis kronik

Inflamasi yang melibatkan mukosa rongga hidung


dan sinus paranasal. Umumnya disertai atau dipicu
oleh rhinitis
• Menurut EPOS :
Rhinosinusitis Kronik adalah inflamasi hidung dan sinus paranasal
yang ditandai dengan adanya dua atau lebih gejala, salah satunya
termasuk hidung tersumbat/ obstruksi/ kongesti atau pilek (sekret
hidung anterior/ posterior):
± nyeri wajah/ rasa tertekan di wajah
± penurunan/ hilangnya penghidu
dan salah satu dari
• temuan nasoendoskopi:
- polip dan/ atau
- sekret mukopurulen dari meatus medius dan/ atau
- edema/ obstruksi mukosa di meatus medius dan/ atau
• gambaran tomografi komputer:
- perubahan mukosa di kompleks osteomeatal dan/atau sinus
ANATOMI
ETIOLOGI

• Rhinitis alergi
• Infeksi virus
• Infeksi bakteri
• Infeksi jamur
PATOFISIOLOGI
Alergen memicu pelepasan mediator inflamasi
Limfosit T-helper 2 aktif dan melepaskan sitokin
aktivasi sel mastosit, sel B, dan eosinofil. Menyebabkan
oedem mukosa dan obstruksi ostium sinus drainase sinus
terganggu menjadi suasana ideal perkembangan
bakteri, virus, atau jamur Infeksi berlangsung kronis
penebalan epitel mukosa dan kerusakan silia ostium
sinus semakin buntu
GEJALA KLINIS

• Sekret pada hidung


• Post nasal drip
• Rasa tidak nyaman atau gatal di tenggorok
• Nyeri atau sakit kepala
• Nyeri pada mata (infeksi melalui duktus naso lakrimalis)
• Batuk
PEMERIKSAAN FISIK

• Rhinoskopi anterior dan posterior


• Transluminasi
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Endoskopi nasal
• CT-Scan Sinus
• Foto Sinus paranasal 3 posisi
PENATALAKSANAAN

Medikamentosa
• Antibiotik  golongan penisilin seperti amoksisilin.
Jika diperkirakan kuman telah resisten atau memproduksi beta-
laktamase maka dapat diberikan amoksisilin-klavulanat atau jjenis
sefalosporin generasi ke-2.
Pada rinosinusitis antibiotik diberikan selama 10-14 hari meskipun
gejala klinik sudah hilang. Pada rinosinusitis kronik diberikan
antibiotik yang sesuai untuk kuman gram negative dan anaerob.
• Selain dekongestan terapi lain dapat diberikan jika diperlukan,
seperti analgetik, mukolitik, steroid oral/topikal, pencucian rongga
hidung dengan NaCl atau pemanasan (diatermi).
• Antihistamin tidak rutin diberikan karena sifat antikolinergiknya
dapat menyebabkan secret lebih kental. Bila ada alergi berat
sebaiknya diberikan antihistamin generasi ke-2.
KOMPLIKASI

• Abses orbita
• Perforasi septum nasi
• Septikemia
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai