Pembimbing:
dr. Satrio Adi Wicaksono, Sp. An
Disusun oleh:
Yuni Tri Yustianti
030.14.204
1
LEMBAR PERSETUJUAN
Pembimbing,
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan karunia-Nya, Penulis dapat menyelesaikan referat ini sesuai dengan waktu
yang telah ditetapkan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak
yang telah membantu dalam penulisan referat ini, terutama kepada dr. Satrio Adi
Wicaksono Sp.An selaku pembimbing yang telah memberikan waktu dan ilmu
selama penulisan referat ini. Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari
sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu segala saran dan kritik
yang bersifat membangun sangatlah penulis harapkan untuk menyempurnakan
referat ini. Terlepas dari segala kekurangan yang ada penulis berharap semoga
referat ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Penyusun
3
DAFTAR ISI
Halaman
COVER ........................................................................................................... 1
4
BAB I
PENDAHULUAN
Accidental dural puncture adalah penetrasi dari dura mater yang disebabkan
oleh jarum ataupun kateter epidural. Mayoritas dari kejadian accidental dural
puncture diikuti dengan terdapatnya aliran kembali dari cairan serebrospinal
melalui jarum epidural.(1)
Accidental dural puncture selama prosedur anestesia epidural merupakan hal
yang sangat jarang terjadi. Terdapat beberapa survey yang pernah dilakukan untuk
menilai insidensi dari kejadian accidental dural puncture selama pemasangan
kateter epidural dan didapatkan angka kejadian berkisar 0.19% - 3.6%. (2)
Dengan komplikasi yang disebabkan dari accidental dural puncture salah
satunya adalah post dural puncture headache. Diperkirakan, pengurangan sekitar
10% volume dari CSF dapat mengakibatkan munculnya gejala dari post puncture
dura headache.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
2.2. EPIDEMIOLOGI
Pada meta analisis literatur oleh Choi et al(3), mendapatkan indensi dari
kejadian accidental dural puncture sebesar 1.5% selama tindakan dari insersi
epidural pada populasi obstetrik. Kejadian postdural puncture headache setelah
terjadinya kejadian accidental dural puncture dapat parah dan sangat
mengganggu interaksi hubungan antara ibu dan anak pada bangsal obstetri.(4)
2. 3. STRUKTUR ANATOMI VERTEBRA
6
Tulang vertebra terdri dari 33 tulang: 7 buah tulang servikal, 12 buah
tulang torakal, 5 buah tulang lumbal, 5 buah tulang sakral. Tulang servikal,
torakal dan lumbal masih tetap dibedakan sampai usia berapapun, tetapi tulang
sakral dan koksigeus satu sama lain menyatu membentuk dua tulang yaitu tulang
sakum dan koksigeus.
Kolumna vertebralis mempunyai lima fungsi utama, yaitu:
(1) menyangga berat kepala dan dan batang tubuh
(2) melindungi medula spinalis
(3) memungkinkan keluarnya nervi spinalis dari kanalis spinalis
(4) tempat untuk perlekatan otot-otot
(5) memungkinkan gerakan kepala dan batang tubuh
Tulang vertebra secara gradual dari cranial ke caudal akan membesar
sampai mencapai ukuran maksimal pada tulang sakrum kemudian mengecil
sampai apex dari tulang koksigeus. Struktur seperti ini dikarenakan beban yang
harus ditanggung semakin membesar dari cranial hingga caudal sampai
kemudian beban tersebut ditransmisikan menuju tulang pelvis melalui articulatio
sacroilliaca.(5)
Hal penting yang perlu diperhatikan dalam melakukan anestesi
subaraknoid adalah lokasi medulla spinalis didalam kolumna vertebralis. Medulla
spinalis berjalan mulai dari foramen magnum kebawah hingga menuju ke konus
medularis (segmen akhir medulla spinalis sebelum terpecah menjadi kauda
equina). Penting diperhatikan bahwa lokasi konus medularis bervariasi antara
vertebra T12 hingga L1. (5,6)
Memperhatikan susunan anatomis dari vertebra, ada beberapa landmark
yang lazim digunakan untuk memperkirakan lokasi penting pada vertebra,
diantaranya adalah :
1. Vertebra C7 : Merupakan vertebra servikal dengan penonjolan yang
paling terlihat di daerah leher.
2. Papila Mamae : Lokasi ini kurang lebih berada di sekitar vertebra
torakal 3-4
7
3. Epigastrium : Lokasi ini kurang lebih berada di sekitar vertebra torakal
5-6
4. Umbilikus : Lokasi ini berada setinggi vertebra torakal 10
5. Krista Iliaka : Lokasi ini berada setinggi kurang lebih vertebra
lumbalis 4-5(6,7,8)
8
• Ligamentum flavum : Ligamentum flavum cukup tebal, sampai sekitar 1
cm. Sebagian besar terdiri dari jaringan elastis. Ligamen ini berjalan
vertikal dari lamina ke lamina. Ketika jarum berada dalam ligamen ini,
akan terasa sensasi mencengkeram dan berbeda. Sering kali bisa kita
rasakan saat melewati ligamentum dan masuk keruang epidural.
• Epidural : Ruang epidural berisi pembuluh darah dan lemak. Jika darah
yang keluar dari jarum spinal bukan CSF, kemungkinan vena epidural
telah tertusuk. Jarum spinal harus maju sedikit lebih jauh.
• Duramater : Sensasi yang sama mungkin akan kita rasakan saat menembus
duramater seperti saat menembus epidural.
• Subarachnoid : merupakan tempat kita akan menyuntikkan obat anestesi
spinal. Pada ruangan ini akan dijumpai likuor sereberospinalis (LCS) pada
penusukan. (5,6)
Pembuluh darah pada daerah tusukan juga perlu diperhatikan, terdapat arteri dan
vena yang lokasinya berada di sekitar tempat tusukan. Terdapat arteri Spinalis
posterior yang memperdarahi 1/3 bagian posterior medulla. Arteri spinalis anterior
memperdarahi 2/3 bagian anterior medulla. Terdapat juga adreti radikularis yang
9
memperdarahi medulla, berjalan di foramen intervertebralis memperdarahi radiks.
Sistem vena yang terdapat di medulla ada 2 yaitu vena medularis anterior dan
posterior.
10
2.5 PATOFISIOLOGI
Jika pada saat pemasukan jarum epidural melewati dari rongga epidural
(jarak dari ligamentum flavum menuju dura mater pada medula spinalis regio
lumbal sekitar 4 – 6 mm) atau jika kateter menembus melewati lumbal, maka
terjadi kejadian yang dinamakan accidental dural puncture. Dimana jika terjadi
perlukaan, dapat mengakibatkan aliran keluar dari cairan serebrospinal menuju
rongga epidural yang akan menyebabkan menurunnya tekanan intrakranial, jika
terjadi penurunan tekanan intra kranial, terjadi traksi pada struktur-struktur yang
sensitif nyeri seperti dura dan meningens. Kejadian ini dapat mengakibatkan
terjadinya sakit kepala yang biasanya terjadi 24 – 48 jam setelah kejadian
accidental dural puncture yang biasa disebut dengan post puncture dura
headache.(11)
Diperkirakan, pengurangan sekitar 10% volume dari CSF dapat
mengakibatkan munculnya gejala dari post puncture dura headache.
2.6 GEJALA KLINIS
Meskipun terdapat berbagai varian dari gejala klinis, mayoritas kasus dari
post puncture dura headache dapat digambarkan berdasarkan onset, presentasi
dan gejala yang berhubungan.
2.6.1 ONSET
Onset dari gejala biasanya sedikit tertunda, dimana keluhan sakit kepala
biasanya mulai muncul pada saat jam ke 12 – 48 dan biasanya tidak lebih dari 5
hari setelah terjadinya accidental dura puncture. (11)
2.6.2 PRESENTASI
Salah satu dari tanda-tanda berikut menunjukkan accidental dura
puncture(11) :
• cairan serebrospinal yang mengalir bebas dari jarum epidural;
• Dosis uji (1,5% lidokain dengan epinefrin, 1: 200.000) menyebabkan
blok intratekal;
• Mampu mengambil cairan serebrospinal dari kateter;
• Sakit kepala frontal-oksipital 24-48 jam setelah anestesi epidural.
11
Gejala kardinal dari post puncture dura headache adalah keluhan yang
berhubungan dengan postural, dimana gejala sakit kepala akan memberat pada
saat posisi tegak dan menghilang, atau setidaknya membaik pada posisi berbaring.
Kriteria diagnosa dari International Headache Society (IHS) menjelaskan hal ini
lebih lengkap lagi dimana kualitas dari gejala yang dirasakan berdasarkan posisi
biasanya akan memburuk setelah 15 menit pada posisi duduk atau berdiri dan
membaik pada setelah 15 menit selama keadaan berbaring. Keluhan nyeri kepala
selalu bilateral, dengan 25% distribusi pada area frontal, 27% pada area oksipital,
dan 45% pada keduanya. Sakit kepala biasanya digambarkan sebagai
“tumpul/berdenyut/seperti tekanan”. Meskipun belum ada kesepakatan secara
universal yang dimiliki untuk menentukan derajat keparahan dari nyeri, satu
pendekatan umum yaitu meminta pasien untuk menilai keparahan sakit kepalanya
menggunakan 10 point analog scale dimana angka 1-3 diklasifikasikan sebagai
ringan, 4-6 diklasifikasikan sebagai sedang, dan 7-10 diklasifikasikan sebagai
berat. (11,12)
2.6.3 GEJALA YANG BERHUBUNGAN(11,12)
Kriteria dari IHS untuk post dura puncture headache yaitu keluhan sakit
kepala harus disertai setidaknya satu dari keluhan berikut:
• Kekakuan pada leher
• Tinnitus
• Hipoakusia
• Fotofobia
• Mual
Namun, kriteria diatas haruslah diperhatikan kembali dimana terkadang
beberapa pasien dengan gejala sakit kepala yang ringan mungkin tidak akan
mengalami gejala yang disebutkan diatas.
Pada gejala diatas, gejala yang berhubungan yang tersering ditemukan
adalah mual, dimana hal ini dikeluhkan oleh mayoritas pasien dan mual tersebut
dapat sampai menyebabkan muntah. Nyeri dan kekakuan pada leher dan pundak
juga sering didapatkan pada separuh pasien yang mengalami post dura pucnture
headache. Pada insidensi yang rendah, pasien terkadang mengeluhkan gejala
12
auditori ataupun visual dan risiko dari kejadiannya sepertinya berhubungan
langsung dengan ukuran jarum yang tertusuk pada accidental dural puncture.
Pada studi obeservasional oleh Vandam dan Dripps’s, keluhan visual dan auditori
didapatkan hanya pada 0.4% pasien. Gejala auditori termasuk kehilangan
pendengaran, tinnitus, dan bahkan hiperakusis dimana keluhan ini dapat terjadi
unilateral saja. Menarik bahwa subclinical hearing loss, khususnya pada frekuensi
rendah sering ditemukan pada saat setelah dilakukan anestesia spinal meskipun
tidak ditemukan post dura puncture headache. Keluhan visual yang dikeluhkan
seperti pandangan buram, kesulitan pada akomodasi, fotofobia ringan, dan
diplopia.
2.7 FAKTOR RISIKO11
13
Jika sudah dipastikan terjadi accidental dura puncture, penatalaksanaan
yang harus dilakukan adalah(11) :
Manajemen selanjutnya(11) :
14
Gambar 5. Epidural Blood Patch
15
1. Edukasi pasien
2. Triase keparahan dari gejala
3. Resolusi perlahan tanpa perlu penatalaksanaan lebih lanjut
4. Perburukan dari keluhan atau tidak membaik dalam 5 hari
5. Pemilihan antara epidural blood patch (EBP) atau farmakologi
berdasarkan preferensi pasien
6. Penatalaksanaan definitif (EBP_ direkomendasikan
7. Kafein atau agen lainnya
8. Gagal, perubukan dari gejala, atau rekurensi
9. Material patch selain darah
10. Dilakukan tidak lebih cepat dari 24 jam setelah pemberian EBP pertama
11. Pertimbangan ulang dari diagnosa
12. Bantuan radiologi jika akan dilakukan EBP lainnya.
16
2.9 PENCEGAHAN
17
BAB III
KESIMPULAN
18
DAFTAR PUSATAKA
19
http://www.pitt.edu/~regional/Spinal/Spinal.htm. Accessed on 2019, July
03
11. Gaiser R. Obstetric Emergencies on: Anesthesia Emergencies. New York:
Oxford University Press.2011:166-8
12. Harrington BE, Reina MA. Postdural Puncture Headache. Available at:
https://www.nysora.com/foundations-of-regional-
anesthesia/complications/postdural-puncture-headache/, Accessed on
2019, July 03
20