Pembimbing :
Dr. Dumasari Siregar, Sp.THT,KL
Disusun oleh:
Yopi Anugrah Wati
030.14.202
i
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 030.14.202
Pembimbing,
i
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Benign paroxysmal positional vertigo (BPPV) merupakan vertigo yang
dicetuskan oleh perubahan posisi kepala atau badan terhadap gaya gravitasi.(1)
BPPV adalah gangguan vestibular yang ditandai dengan episode vertigo
dan dipicu oleh perubahan posisi kepala dan terjadi pada posisi kepala tertentu,
misalnya ketika seseorang tidur terbalik, perubahan posisi tidur atau gerakan
bangun cepat.(4)
Vertigo posisi paroksismal jinak (VPPJ) adalah gangguan keseimbangan
perifer berupa vertigo yang menddak muncul setelah perubahan posisi kepala.
Rekurensi VPPJ tinggi namun dapat membaik dengan sendirinya.(7)
2.2Anatomi
2
2.2.1 Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai
membran timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan
kulit.Liang telinga berbentuk huruf S dengan rangka tulang rawan pada
sepertiga bagian luar sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri
dari tulang. Pada sepertiga bagian kulit liang telinga terdapat banyak
kelenjar serumen (kelenjar keringat) dan rambut, sedangkan pada duapertiga
bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen. Membran timpani
berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat
oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas membran timpani disebut
dengan pars flaksida (shrapnel) sedangkan bagian bawah disebut pars tensa
(membrane propia). Pars flaksida terdiri dari dua lapis yaitu bagian luar
merupakan lanjutan dari epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi
oleh sel kubus bersilia. Pada pars tensa mempunyai satu lapis yaitu serat
kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier dibagian luar
dan sirkuler pada bagian dalam.
Bayangan menonjol dibagian bawah maleus membran timpani
disebut sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu refleks cahaya (cone of
light) kearah bawah yaitu pukul 5 pada membrane timpani kanan dan arah
pukul 7 pada membrane timpani kiri. Secara klinis refleks cahaya dinilai
misalnya pada gangguan tuba eustacius maka refleks cahaya akan mendatar.
Membran timpani dibagia atas 4 kuadran yaitu atas-depan, atas-belakang,
bawah-depan dan bawah-belakang untuk menyatakan letak perforasi
membrane timpani.
2.2.2 Telinga Tengah
Terdapat bagian dari membrane timpani yaitu pars flaksida terdapat
suatu daerah yang disebut dengan atik, ditempat ini terdapat aditus ad
antrum yang merupakan lubang yang mengubungkan telinga tengah dengan
antrum mastoid. Didalam telinga tengah terdapat tulang pendengaran yang
saling berhubungan yaitu maleus, inkus dan stapes.Prosesus longus maleus
melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus, dan inkus
3
melekat pada stapes.Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan
dengan koklea.Pengubung antara tulang-tulang pendengaran merupakan
persendian.Tuba Eustacius merubakan bagian yang menghubungkan antara
nasofaring dan telingan tengah.
Batas-batas yang membentuk telinga tengah terdiri dari batas luar
yaitu membrane timpani, batas depan oleh tuba eustacius, batas bawah oleh
vena jugularis , bagian belakang dibatasi oleh aditus ad antrum dan kanalis
fasialis pars vertikalis, batas atas dibatasi oleh tegmen timpani dan batas
dalam dibatasi oleh kanalis semisirkularis horizontal, kanalis fasialis,
tingkap lonjong, tingkap bundar dan promontorium.
2.2.3 Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea yang berupa dua setengah
lingkaran dan vstibuler yang terdiri dari tiga buah kanalis
semisirkularis.Helikotrema merupakan bagian ujung atau puncak koklea
yang menghubungkan perilimf skala timpani dengan skala vestibule.
Kanalis semirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan
membentuk lingkaran yang tidak lengkap.Pada irisan melintang koklea
tampak skala vestibule sebelah atas, skala timpani disebelah bawah dan
skala media diantaranya.Skala vestibule dan skala timpani berisi perilimfa
sedangkan pada skala media berisi endolimfa.Terdapat perbedaan ion dan
Na di perlimfa dan endolimfa hal ini penting dalam pendengaran.Dasar skla
vestibule disebut sebagai membrane vestibule (reisssner’s membrane) dan
skala media adalah membrane basalis dan pada organ ini terletak organ
korti.Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut
membrane tektoria, dan pada membrane basal melekat sel rambut yang
terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis corti yang
membentuk organ korti.
4
2.3 Fisiologi
2.3.1 Fisiologi Pendengaran
5
2.3.2 Fisologi Terjadinya Keseimbangan
6
Organ vestibular berfungsi sebagai transduser yang mengubah energi
mekanik akibat rangsangan otolit dan gerakan endolimfa didalam kanalis
semirkularis menjadi energy biolistrik sehingga dapat memberi informasi
mengenai perubahan posisi tubuh akibat percepatan linier atau percepatan
sudut.Dengan demikian dapat memberi informasi mengenai semua gerak
tubuh yang sedang berlangsung.
2.4 Epidemiologi
7
2.5 Etiologi
2.6 Patofisiologi
BPPV terjadi saat otokonia yang merupakan suatu kalsium karbonat
yang terbentuk di macula utrikulus terlepas dan masuk ke dalam knalis
semisirkularis.Kalsium karbonat dua kali lebih padat dibandingkan
endolimfe, sehingga bergerak sebagai respon terhadap gravitasi dan
pergerakan akseleratif lain. Ketika kristal kalsium karbonat bergerak dalam
kanal semisirkular (kanalitiasis), mereka menyebabkan pergerakan endolimfe
yang menstimulasi ampula pada kanal yang terkena. Hal ini meyebabkan
sensasi berputar ketika terjadi perubahan posisi kepala.Lokasi tersering BPPV
adalah kanalis posterior yaitu kanal yang dipengaruhi oleh perbedaan
gravitasi. Lepasnya otokonia juga cukup sering terjadi pada kanalis
semisirkularis horizontal namun keluhan umumnya akan spontan baik
dibandingkan dengan posterior. BPPV jarang pula terjadi pada kanalis
semisirkularis anterior karena disebabkan posisi kanal yang paling atas
sehingga otokonia jarang sekali masuk kedalamnya.(5,6)
Hasil studi mengatakan bahwa BPPV dapat disebabkan oleh baik
canalithiasis atau cupulolithiasis dan secara teoritis dapat mempengaruhi
masing-masing dari tiga kanalis semisirkularis.
8
Gambar 5 Canalitiasis kanal posterioe dan cupulolitiasis kanal lateral
a. BPPV Kanal Posterior
Sebagian besar dari semua kasus BPPV adalah dari varian kanal
posterior.Agrawal dan Parnes menemukan partikel endolimus
mengambang bebas pada 30% dari telinga yang pernah dioperasi untuk
kanal posterior BPPV.Patofisiologi yang menyebabkan sebagian besar
kasus BPPV kanal posterior dianggap sebagai canalithiasis.Ini
dimungkinkan akibat debris yang mengambang bebas di endolimf
cenderung jatuh ke kanal posterior disebabkan karena kanal ini adalah
bagian vestibulum yang berada pada posisi yang paling bawah saat kepala
pada posisi berdiri ataupun berbaring.Mekanisme nistagmus yang terjadi
yaitu akibat partiket yang terakumulasi menjadi masa/kanalit di bagian
bawah dari kanalissemisirkularis posterior dan kanalit akan bergerak ke
bagian paling bawah saat kanalis mengami perubahan posisi atau dengan
gravitasi.Tarikan yang dihasilkan harus dapat melampaui resistensi dari
endolimfe pada kanalis semisirkularis dan elastisitas dari barier kupula,
agar bisa menyebabkan defleksi pada kupula. Hal tersebut diatas
menjelaskan periode laten yang terlihat selama Dix-Hallpike.(6)
b. BPPV Kanal Lateral (horizontal)
Dari bebrapa kasus BPPV, dapat dikatan BPPV kanal lateral adalah
kasus yang paling sedikit dibandingkan dengan BPPV kanal posterior.Hal
ini karena setiap saluran lateral yang miring ke atas dan memiliki
9
penghalang cupular di ujung atas. Oleh karena itu, debris otokoniayang
mengambang bebas di kanal lateral akan cenderung mengapung kembali
ke utrikulus sebagai akibat dari gerakan kepala alami.Sehingga jarang
terjadi vertigo akibat debris otokonia di kanalis lateral.
Dalam kanalitiasis pada kanal lateral, partikel paling sering
terdapat di lengan panjang dari kanal yang relatif jauh dari ampula. Jika
pasien melakukan pergerakan kepala menuju ke sisi telinga yang terkena,
partikel akan membuat aliran endolimfe ampulopetal, yang bersifat
stimulasi pada kanal lateral. Nistagmus geotropik (fase cepat menuju
tanah) akan terlihat. Jika pasien berpaling dari sisi yang terkena, partikel
akan menciptakan arus hambatan ampulofugal. Meskipun nistagmus akan
berada pada arah yang berlawanan, itu akan tetap menjadi nistagmus
geotropik, karena pasien sekarang menghadap ke arah berlawanan.
Stimulasi kanal menciptakan respon yang lebih besar daripada respon
hambatan, sehingga arah dari gerakan kepala yang menciptakan respon
terkuat (respon stimulasi) merupakan sisi yang terkena pada geotropic
nistagmus.
Kupulolitiasis memiliki peranan yang lebih besar pada BPPV tipe
kanal lateral dibandingkan tipe kanal posterior.Karena partikel melekat
pada kupula, sehingga vertigo sering kali berat dan menetap saat kepala
berada dalam posisi provokatif. Ketika kepala pasien dimiringkan ke arah
sisi yang terkena, kupula akan mengalami defleksi ampulofugal
(inhibitory) yang menyebabkan nistagmus apogeotrofik. Ketika kepala
dimiringkan ke arah yang berlawanan akan menimbulkan defleksi
ampulopetal (stimulatory), menghasilkan nistagmus apogeotrofik yang
lebih kuat. Karena itu, memiringkan kepala ke sisi yang terkena akan
menimbulkan respon yang terkuat. Apogeotrofik nistagmus terdapat pada
27% dari pasien yang memiliki BPPV tipe kanal lateral.(6)
10
Gambar 6 Nistagmus geotropik kiri dan nistagmus apogeotropik kiri
2.7 Gejala Klinis
Gejala utama pada BPPV yaitu :
- Pusing berputar yang berdurasi singkat (beberapa detik)
- Intensitas berat
- Mual
- Muntah
- Keringat dingin
- Keluhan sering terjadi pada pagi hari
- Dapat dipicu oleh perubahan posisi kepala relative terhadap gravitasi
(berbaring, bangun dari tidur, berguling, membungkuk, dan posisi kepala
menengadah dalam waktu yang cukup lama)
Gelaja klisis pada BPPV sangat khas sehingga untuk menegakkan
diagnosis dan menentukan sisi telinga yang terkena dapat dilihat dari
anamnesis.(7)
2.8 Diagnosis
Diagnosis pada BPPV dapat ditegakkan dengan anamnesis serta
pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis ditemukan vertigo yang sangat berat
yang timbul mendadak akibat gerakan kepala tertentu, berlangsung sangat
singkat (10-20 detik) dapat disertai mual dan muntah tanpa disertai gangguan
pendengaran, defisit neurologis dan nistagmus spontan.(7)
Pada pemeriksaan penunjang terdapat tiga jenisperasat yang dapat
memprovokasi nistagmus untuk mengidentifikasi jenis BPPV.(2,3,7)
11
a. Perasat Dix-Hallpike
12
selama 40 detik hingga timbul respon abnormal. Pebedaan perasat side
lying kanan dengan kiri yaitu bidang tegak lurus garis horizontaknya
antara kanalis anterior kanan dengan posterior paling bawah. Adapun
caranya yaitu setelah perasat side lying kanan pasien dikembalikan posisi
semula lalu jatuhkan pasien secara cepat ke sisi kiri dengan kepala
menoleh 45 ke posisi kanan tujuannya untuk meletakkan kepala pada
posisi kanalis anterior kanan atau kanalis posterior kiri lalu tunggu selama
40 detik hingga timbul respon abnormal.
c. Perasat roll
Apabila perasat Dix-Hellpike atau side lying menimbulakn nistagmus
horizontal yang dapat disebkan oleh nistagmus spontal, posisi atau BPPV
pada kanalis horizontal (lateral).
Respon abnormal yang dapat timbul dan dinilai dari pemeriksaan
diatas yaitu adanya nistagmus. Nistagmus pada orang normal akan
diketemukan timbul saat gerakan provokasi ke belakang dan hilang setelah
gerakan selesai sedangkan pad BPPV nistagmus timbul lambat setelah
gerakan provokasi, berlangsung sekitar 40 detik dan menghilang kurang dari
1 menit pada kanalitiasis dan lebih dari 1 menit pada kupulolitiasis. Letak
kelainan dapat diketahui dari arah fase cepat nistagmus pada mata pasien
yang menetap lurus kedepan.Untuk kanalis anterior kanan maka face cepat
kebawah dan berputar ke arah kanan. Untuk kanalis anterior kiri akan
timbul fase cepat ke bawah dan berputar ke arah kiri. Untuk kanalis
posterior kanan akan timbul fase cepat ke atas dan berputar ke arah kanan.
Sedangkan pada kanalis posterior kiri timbul fase cepat ke atas dan perputar
ke arah kiri.
Untuk dapat menegakkan diagnognosis klinis BPPV, maka harus
memenuhi empat kriteris yaitu:
1. Vertigo berkaitan dengan karakteristik torsi campuran dan
nystagmus vertikal yang telah dilakukan uji dengan Tes Dix-
Hallpike.
2. Vertigo berkaitan dengan karakteristik torsi campuran dan
13
nystagmus vertikal yang telah dilakukan uji dengan Tes Dix-
Hallpike.
3. Terjadi (biasanya 1 sampai 2 detik) antara selesainya tes Dix-
Hallpike dan timbulnya vertigo dan nistagmus.
4. Bersifat paroksismal dari saat timbulnya vertigo dan nystagmus
(yaitu, terjadi peningkatan lalu penurunan selama periode 10
sampai 20 detik).
5. Terjadi pengurangan vertigo dan nystagmus apabila tes Dix-Hallpike
(9)
diulang.
2.10 Tatalaksana
Tujuan terapi pada BPPV yaitu melepaskan otokonia dari dalam
kanalis atau kupula mengarah agar keluar dari kanalis semirirkularis menuju
utrikulus melalui ujung non ampulatory kanal.
Terapi medikamentosa pada BPPV tidak terlalu memberikan hasil
yang baik, namun pada penderita vertigo yang disertai mual dan muntah
dapat diberikan medikamentosa berupa preparat golongan vertibular
depresan disertai anti emetik, namun pada pasien dengan keadaan diatas
tidak memungkinkan akan dilakukannya tindakan maneuver diagnostik.(2)
Medikamentosa :betahistin 48 mg/hari dibagi dalam 2 atau 3 dosis(8)
14
Non medikamentosa(7)
a. Canalith Repositioning Treatment (CRT)
15
Gambar 9Perasat liberatory
16
Gambar 10 Brandt-Daroff
Tindakan brandt-daroff ini dilakukan bila stelah melakukan CRT
nanum masih terdapat gejala sisa yang ringan.Serta tindakan ini dapat
dilakukan oleh pasien maupun terapi dengan frekuensi 3 kali/hari masing-
masing 10-20 kali hingga vertigo hilang.
Adapun caranya sebagai berikut:
Duduk kesamping (kearah yang dapat mencetuskan
vertigo) dengan kepala menghadap kea rah yang
berlawanan.
Tunggu selama 30 detik lalu berbaring dengan cepat ke sisi
yang berlawanan sambil kepala menoleh kea rah
berlawanan.
Tunggu selama 30 detik lalu duduk kembali dengan cepat.
d. Pembedahan
Pembedahan dilakukan bila pada BPPV yang gagal ditangani
dengan medikamentosa maupun perasat dan tidak memiliki kelainan
intracranial.Adapun tujuan dari pembedahan yaitu untuk menciptakan
oklusi kanalis posterior dengan cara mastoidektomi dan membuat fenetrasi
pada kanalis posterior yang dilanjutkan dengan penutupan duktus
membranenosa memakai otot, fasia, atau tulang.
17
2.11 Prognosis
Angka kesembuhan pada BPPV dengan tindakan terapi yang baik akan
menghasilkan prognosis yang baik pula, sedangkan angka kekambuhan pada
BPPV dan fungsi organ cenderung baik.(8)
18
BAB III
KESIMPULAN
19
DAFTAR PUSTAKA
20