PENGAJARAN REMEDIAL Latar Belakang Diagnosis kesulitan belajar sebagai segala usaha yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis dan sifat kesulitan belajar. Selain itu, diagnosis kesulitan belajar juga mempelajari: Faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar serta Cara menetapkan dan kemungkinan mengatasinya, baik secara kuratif (penyembuhan) maupun secara preventif (pencegahan) berdasarkan data dan informasi yang seobjektif mungkin. Semua kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menemukan kesulitan belajar termasuk kedalam kegiatan diagnosis dalam belajar. Perlunya diadakan kegiatan diagnosis dalam belajar disebabkan oleh adanya berbagai hal. 1. Siswa hendaknya mendapat kesempatan dan pelayanan untuk berkembang secara maksimal. 2. Adanya perbedaan kemampuan,kecerdasan, bakat, minat dan latar belakang lingkungan masing-masing siswa. 3. Sistem pengajaran di sekolah seharusnya memberi kesempatan pada siswa untuk maju sesuai dengan kemampuannya. 4. Menghadapi permasalahan yang dihadapi oleh siswa,hendaknya guru beserta BP lebih intensif dalam menangani siswa dengan menambah pengetahuan, sikap yang terbuka, serta mengasah keterampilan dalam mengidentifikasi kesulitan belajar siswa. Makna dan Tujuan Bimbingan Belajar di Bimbingan Tes dan Bimbingan Konseling Konsep Dasar Diagnostik Kesulitan Belajar 1. Definisi Diagnostik Kesulitan Belajar Diagnostik menurut KBBI adalah penentuan jenis penyakit dengan cara meneliti (memeriksa) gejala-gejalanya, sedangkan kesulitan belajar didefinisikan sebagai rendahnya kepandaian yang dimiliki seseorang dibandingkan dengan kemampuan yang seharusnya dicapai orang itu pada umur tersebut. Kesulitan belajar ini mempengaruhi banyak aspek kehidupan seseorang baik di sekolah, di keluarga, atau bahkan dalam lingkungan sekitar. Jadi diagnostik kesulitan belajar adalah proses menemukan masalah atau kendala peserta didik dalam belajar dengan meneliti apa peneyebabnya atau gejala-gejala baik hambatan atau kesulitan dalam belajar yang nampak. 2. Jenis-Jenis Kesulitan Belajar Kesulitan belajar dibagi menjadi tiga kategori besar, yaitu: Kesulitan dalam berbicara dan berbahasa Kesulitan ini menjadi indikasi awal bagi kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Siswa yang mengalami kesulitan jenis akan sulit dalam menghasilkan bunyi-bunyi bahasa yang tepat, sulit berkomunikasi dengan orang lain melalui penggunaan bahasa yang benar atau sulit memahami apa yang orang lain katakan. Permasalah dalam hal kemampuan akademik Kesulitan dalam mengkoordinasi gerakan anggota tubuh serta permasalahan belajar yang belum dicakup oleh kedua kategori di atas. 3. Faktor-Faktor Munculnya Kesulitan Belajar Faktor penyebab munculnya kesulitan belajar menurut Sukardi yaitu sebagai berikut Faktor internal yang meliputi kesehatan baik fisik maupun psikis serta problem menyesuaikan diri. Faktor eksternal yang meliputi lingkungan, cara guru mengajar yang tidak baik, orang tua siswa, serta masyarakat sekitar. 4. Ciri-Ciri Peserta Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar Ciri-ciri umum siswa lamban dalam belajar dapat dipahami melalui pengamatan fisik siswa, perkembangan mental, intelektual, sosial, ekonomi, kepribadian, dan proses-proses belajar yang dilakukan di sekolah dan di rumah. Ciri-ciri itu dianalisis agar diperoleh kejelasan yang konkret tentang gejala dan sebab-sebab kesulitan belajar siswa di sekolah dan di rumah. Menurut Wijaya (2010), kerusakan-kerusakan itu dikategorikan dalam empat hal, yaitu: a. Dyslexia, adalah kelemahan-kelemahan belajar di bidang menulis dan berbicara. Ciri-cirinya adalah sulit mengingat huruf, kata, tulisan, dan suara. b. Dyscalculia, adalah kesulitan mengenal angka dan pemahaman terhadap konsep dasar matematika. Kelemahan umum di bidang dyslexia kadang-kadang muncul di bidang pelajaran matematika. Karena itu kerusakan-kerusakan di bidang dyslexia berpengaruh terhadap kerusakan-kerusakan di bidang dyscalculia, demikian pula sebaliknya. c. Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD), adalah pemusatan perhatian terhadap masalah-masalah yang sedang dihadapinya. Siswa lamban belajar dapat memusatkan perhatiannya hanya berkisar pada satu pokok bahasan saja, ia kurang mampu menyelesaikan tugas-tugas yang beraneka ragam yang 5. Prosedur Diagnostik Kesulitan Belajar Dalam melakukan diagnostik kesulitan belajar yang dialami oleh siswa, setidaknya ada tiga langkah umum yamg harus ditempuh oleh seorang guru, yaitu: a. Mendiagnostik kesulitan belajar yang dialami oleh siswa, yaitu dengan cara mengidentifikasi kasus dan melokalisasikan jenis dan sifat kesulitan belajar terebut. b. Mengadakan estimasi (prognosis) tentang faktor-faktor penyebab kesulitan belajar yang dialami siswa. c. Mengadakan terapi, yaitu menemukan berbagai kemungkinan yang dapat dipergunakan dalam rangka penyembuhan atau mengalami kesulitan belajar yang dialamu oleh siswa tersebut. 6. Mendiagnostik Kesulitan Belajar Secara Formal Diagnostik terhadap kesulitan belajar dilakukan dengan metode uji standar yang membandingkan tingkatan kemampuan seorang anak terhadap anak lainnya yang dianggap normal. Hasil uji tidak hanya tergantung pada kemampuan aktual anak, tetapi juga reliabilitas pengujian itu serta kemampuan sang anak untuk memperhatikan dan memahami pertanyaannya. Masing-masing tipe LD (Learning Disorder/Gangguan belajar) didiagnostik dengan cara yang sedikit berbeda. Untuk mendiagnostik kesulitan berbicara dan berbahasa, ahli terapi wicara menguji cara pelafalan bunyi bahasa anak-anak, kosakata, dan pengetahuan tata bahasa serta membandingkannya dengan kemampuan anak sebaya mereka yang normal. 7. Evaluasi Diagnostik Kesulitan Belajar Evaluasi diagnostik kesulitan belajar merupakan salah satu fungsi evaluasi yang memerlukan prosedur dan kompetensi yang lebih tinggi dari para guru sebagai evaluator. Evaluasi diagnostik kesulitan belajar merupakan evaluasi yang memiliki penekanan kepada penyembuhan kesulitan belajar siswa yang tidak terpecahkan oleh formula perbaikan yang biasanya ditawarkan dalam bentuk tes formatif. Evaluasi diagnostik kesulitan belajar pada umumnya dilakukan pada awal pengajaran, awal tahun ajaran atau semester. Tujuan evaluasi ini salah satunya adalah untuk menentukan tingkat pengetahuan awal siswa. Ada dua hal yang penting dalam melakukan evaluasi diagnostik kesulitan belajar yaitu (1) penilaian diagnostik pada umumnya jarang digunakan oleh guru untuk menentukan grade dan (2) semakin baik evaluasi diagnostik yang dilakukan, semakin jelas tujuan belajar yang dapat ditetapkan. B. Konsep Dasar Pengajaran Remedial 1. Definisi Pengajaran Remedial Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan bahwa “Remedial” dan “Teaching”. Bila dipisahkan kata remedial berarti (1) Remedial yang berhubungan dengan perbaikan, pengajaran ulang bagi murid yang hasil belajarnya jelek, (2) Remedial berarti bersifat menyembuhkan (yang disembuhkan adalah beberapa hambatan/gangguan kepribadian yang berkaitan dengan kesulitan belajar sehingga dapat timbal balik dalam arti perbaikan belajar atau perbaikan pribadi). Pengajaran remedial merupakan suatu bentuk pengajaran yaang bersifat mengobati, menyembuhkan atau membetulkan pengajaran dan membuatnya menjadi lebih baik dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal. 2. Tujuan dan Fungsi Pengajaran Remedial a. Tujuan Pengajaran Remedial Supaya siswa dapat memahami dirinya, khususnya prestasi belajarnya, dapat mengenal kelemahannya dalam mempelajari suatu bidang studi dan juga kekuatannya. Supaya siswa dapat memperbaiki atau mengubah cara belajarnya ke arah yang lebih baik. Supaya siswa dapat memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat. Supaya siswa dapat mengembangkan sifat dan kebiasaan yang dapat mendorong tercapainya hasil yang lebih baik. Supaya siswa dapat melaksanakan tugas-tugas belajar yang diberikan kepadanya, setelah ia mampu mengatasi hambatan •b. Fungsi Pengajaran Remedial Fungsi Korektif yaitu memungkinkan perbaikan terhadap hal-hal yang dipandang belum memenuhi apa yang diharapkan dalam keseluruhan proses pembelajaran, antara lain mencakup perumusan tujuan, penggunaan metode, cara-cara belajar, materi dan alat pelajaran, evaluasi dan lain-lain. Fungsi Pemahaman yaitu memungkinkan guru, siswa atau pihak-pihak lainnya akan dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik dan komprehensif mengenai pribadi siswa. Fungsi Penyesuaian yaitu dapat membentuk siswa untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan proses belajarnya. Fungsi Pengayaan yaitu siswa akan dapat memperkaya proses pembelajaran. Fungsi Akselerasi yaitu diperoleh hasil belajar yang lebih baik dengan menggunakan waktu yang efektif dan efisien. Fungsi Terapeutik yaitu dapat membantu menyembuhkan atau memperbaiki kondisi kepribadian siswa yang diperkirakan menunjukakan adanya penyimpangan. 3. Metode dalam Pengajaran Remedial Metode yang dapat digunakan dalam pengajaran remedial adalah sebagai berikut: a. Tanya jawab b. Diskusi c. Tugas d. Kerja kelompok e. Tutor f. Pengajaran individual 4. Strategi dan Teknik dalam Pendekatan Pengajaran Remedial Strategi dan teknikpengajaran remedial / Remedial Teaching tesebut seeperti yang dirumuskan oleh Izhar Hasis yang disimpulkan dari Ross and Stanley dan dari Dinkmeyer and Caldweel dalam bukunya Developmental Counseling, adalah sebagai berikut: a. Strategi dan Teknik Pendekatan Remedial Teaching yang Bersifat Kuratif Strategi dan teknik ini dapat dilakukan dengan cara: 1) Pengulangan 2) Pengayaan 3) Percepatan b. Strategi dan Teknik pendekatan Remedial Teaching yang Bersifat Preventif. c. Strategi dan Teknik Pendekatan Remedial Teaching Bersifat Pengembangan. 5. Langkah-Langkah Melaksanakan Pengajaran Remedial a. Meneliti kasus dengan permasalahannya sebagai titik tolak kegiatan-kegiatan berikutnya. b. Menentukan tindakan yang harus dilakukan yang dapat dilakukan adalah: 1) Jika kasusnya ringan, tindakan yang ditentukan adalah memberikan pengajaran remedial kepada siswa tersebut. Jika kasusnya cukup dan berat, maka sebelum diberikan pengajaran remedial, siswa harus diberikan layanan konseling terlebih dahulu. c. Pemberian layanan khusus yaitu bimbingan dan konseling. d. Langkah pelaksanaan pengajaran remedial. e. Melakukan pengukuran kembali terhadap prestasi belajar siswa dengan alat tes sumatif. f. Melakukan re-evaluasi dan re-diagnostik. Terdapat tiga kemungkinan tafsiran hasil, yaitu sebagai berikut: 1) Kasus menunjukkan kenaikan prestasi yang dihasilkan sesuai dengan kriteria yang diharapkan. Maka selanjutnya diteruskan ke program yang berikutnya. 2) Kasus menunjukkan kenaikan prestasi, namun belum memenuhi kriteria yang diharapkan. Maka kasus diserahkan kepada pembimbing untuk diadakan pengayaan. 3) Kasus belum menunjukkan perubahan yang berarti dalam hal prestasi. Maka perlu didiagnostik lagi untuk mengetahui letak kelemahan pengajaran remedial untuk selanjutnya diadakan ulangan dengan alternatif yang sama. 6. Perbandingan Prosedur Pengajaran Biasa dan Remedial a. Kegiatan pengajaran biasa sebagai program belajar mengajar di kelas dan semua siswa ikut berpartisipasi. Pengajaran perbaikan diadakan setelah diketahui kesulitan belajar, kemudian diadakan pelayanan khusus. b. Tujuan pengajaran biasa dalam rangka mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan sama untuk semua siswa. Pengajaran perbaikan tujuannnya disesuaikan dengan kesulitan belajar siswa walaupun tujuan akhirnya sama. c. Metode dalam pengajaran biasa sama buat semua siswa, sedangkan metode dalam pengajaran perbaikan berdiferensial (sesuai dengan sifat, jenis, dan latar belakang kesulitan. d. Pengajaran biasa dilakukan oleh guru, sedangkan pengajaran perbaikan oleh team (kerjasama). e. Alat pengajaran perbaikan lebih bervariasi, yaitu dengan penggunaan tes diagnostik, sosiometri, dsb. f. Pengajaran perbaikan lebih diferensial dengan pendekayan individual. g. Pengajaran perbaikan evaluasinya disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. •7. Peran Aparat Sekolah, Orang Tua, dan Masyarakat dalam Program Pendidikan dan Pengajaran Remedial •a. Kepala Sekolah •1) Kepala sekolah harus menguasai sepenuhnya program pendidikan dan pengajaran remedial di sekolah, mencakup tujuan, bidang-bidang kajian, cara-cara menemukan latar belakang dan asal-usul serta sebab-sebab kesulitan belajar siswa, prediksi penyembuhan, serta praktik penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran remedial. •2) Kepala sekolah menyediakan sumber belajar yang lengkap dan dapat digunakan setiap waktu sesuai dengan kebutuhan. •3) Kepala sekolah memiliki jalinan kerja sama yang baik dengan orang tua siswa di rumah untuk mengembangkan pendidikan masa depan anak-anaknya. •4) Kepala sekolah mendirikan dan mengembangkan Lembaga Pusat Bimbingan dan Penyuluhan yang berfungsi menangani kesulitan-kesulitan siswa dalam mempelajari pengetahuan. •5) Kepala sekolah mampu mengangkat seorang ekspert yang bertugas sebagai guru pendidikan remedial. Ia berperan pula membantu guru bidang studi atau guru borongan lainnya dalam memecahkan kesulitannya menghadapi siswa lamban belajar dan berprestasi rendah. •b. Orang Tua Siswa • 1) Menerima dengan baik kunjungan sekolah di rumah (home visit). • 2) Bersikap tanggap terhadap pembicaraan kasus putra-putranya dan menunjukkan sikap tidak emosional. • 3) Senang menghadiri undangan sekolah untuk membicarakan kasus putra-putranya. • 4) Dapat memberikan data objektif selengkap mungkin tentang kelemahan-kelemahan putranya dalam pelajaran. • 5) Mampu membantu memprediksi dan memberi latihan sepenuhnya terhadap kasus yang dihadapinya. •c. Staf Tata Usaha Sekolah Mengaministrasi data-data kasus mulai dari latar belakang, asal-usul dan sebab-sebab kesulitan belajar siswa, cara-cara memprediksi penyembuhannya, sampai dengan cara-cara penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran remedial. •d. Penilik Sekolah •1. Melakukan kunjungan rutin ke sekolah sekurang-kurangnya dua minggu sekali, mamantau dan mengawasi jalannya penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran remedial yang telah dirancang sebelumnya. •2. Menyelenggarakan diskusi periodik dengan kepala sekolah dan guru-guru tentang upaya pemecahan kesulitan belajar siswa. •3. Menyelenggarakan upaya kerja sama yang baik dengan lembaga-lembaga terkait. •e. Para Pemerhati Pendidikan •Para pemerhati pendidikan adalah orang-orang yang menaruh perhatian penuh terhadap proses dan hasil pendidikan yang dicapai siswa di sekolah serta berinisiatif besar dalam memberikan pendapat, sikap, dan aspirasinya dalam upaya penanganan kasus atau dalam hal ini siswa lamban belajar. •f. Lembaga-Lembaga Kemasyarakatan Terkait •Keterlibatan lembaga-lembaga kemasyarakatan terkait dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran remedial, khususnya dalam penanganan kasus kenakalan remaja diperlukan sekali terutama membantu sekolah dalam mengumpulkan data objektif tentang latar belakang dan sebab-sebab terjadinya suatu peristiwa serta membantu dalam penyelesaiannya. • 8. Evaluasi Pengajaran Remedial • Pada akhir kegiatan siswa diadakan evaluasi. Tujuan paling utama adalah diharapkan 75% taraf pengusaan (level of mastery). Bila ternyata belum berhasil maka dilakukan diagnostik dan memperoleh pengajaran remedial kembali. Evaluasi perlu dilakukan secara kontinu untuk menentukan perkembangan dan prosedur yang hendak dilaksanakan dimasa mendatang. Evaluasi remidi memiliki arti penting bagi orang-orang terdekat siswa. Oleh karena itu, perlu diberikan informasi kepada siswa dan orangtua mengenai perkembangan belajarnya.