Anda di halaman 1dari 22

KELOMPOK 7

KONSEP DASAR DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR DAN


PENGAJARAN REMEDIAL
Latar Belakang
Diagnosis kesulitan belajar sebagai segala usaha yang dilakukan untuk memahami dan
menetapkan jenis dan sifat kesulitan belajar.
Selain itu, diagnosis kesulitan belajar juga mempelajari:
 Faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar serta
 Cara menetapkan dan kemungkinan mengatasinya, baik secara kuratif (penyembuhan) maupun
secara preventif (pencegahan) berdasarkan data dan informasi yang seobjektif mungkin.
Semua kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menemukan kesulitan belajar termasuk
kedalam kegiatan diagnosis dalam belajar. Perlunya diadakan kegiatan diagnosis dalam belajar
disebabkan oleh adanya berbagai hal.
1. Siswa hendaknya mendapat kesempatan dan pelayanan untuk berkembang secara maksimal.
2. Adanya perbedaan kemampuan,kecerdasan, bakat, minat dan latar belakang lingkungan
masing-masing siswa.
3. Sistem pengajaran di sekolah seharusnya memberi kesempatan pada siswa untuk maju sesuai
dengan kemampuannya.
4. Menghadapi permasalahan yang dihadapi oleh siswa,hendaknya guru beserta BP lebih
intensif dalam menangani siswa dengan menambah pengetahuan, sikap yang terbuka, serta
mengasah keterampilan dalam mengidentifikasi kesulitan belajar siswa.
Makna dan Tujuan Bimbingan Belajar di
Bimbingan Tes dan Bimbingan Konseling
Konsep Dasar Diagnostik Kesulitan
Belajar
1. Definisi Diagnostik Kesulitan Belajar
 Diagnostik menurut KBBI adalah penentuan jenis penyakit dengan cara meneliti
(memeriksa) gejala-gejalanya, sedangkan kesulitan belajar didefinisikan sebagai
rendahnya kepandaian yang dimiliki seseorang dibandingkan dengan kemampuan
yang seharusnya dicapai orang itu pada umur tersebut.
 Kesulitan belajar ini mempengaruhi banyak aspek kehidupan seseorang baik di
sekolah, di keluarga, atau bahkan dalam lingkungan sekitar. Jadi diagnostik
kesulitan belajar adalah proses menemukan masalah atau kendala peserta didik
dalam belajar dengan meneliti apa peneyebabnya atau gejala-gejala baik
hambatan atau kesulitan dalam belajar yang nampak.
2. Jenis-Jenis Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar dibagi menjadi tiga kategori besar, yaitu:
 Kesulitan dalam berbicara dan berbahasa
Kesulitan ini menjadi indikasi awal bagi kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Siswa
yang mengalami kesulitan jenis akan sulit dalam menghasilkan bunyi-bunyi bahasa yang tepat,
sulit berkomunikasi dengan orang lain melalui penggunaan bahasa yang benar atau sulit
memahami apa yang orang lain katakan.
 Permasalah dalam hal kemampuan akademik
 Kesulitan dalam mengkoordinasi gerakan anggota tubuh serta permasalahan belajar yang
belum dicakup oleh kedua kategori di atas.
3. Faktor-Faktor Munculnya Kesulitan Belajar
Faktor penyebab munculnya kesulitan belajar menurut Sukardi yaitu sebagai
berikut
 Faktor internal yang meliputi kesehatan baik fisik maupun psikis serta problem
menyesuaikan diri.
 Faktor eksternal yang meliputi lingkungan, cara guru mengajar yang tidak baik,
orang tua siswa, serta masyarakat sekitar.
4. Ciri-Ciri Peserta Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar
Ciri-ciri umum siswa lamban dalam belajar dapat dipahami melalui pengamatan
fisik siswa, perkembangan mental, intelektual, sosial, ekonomi, kepribadian, dan
proses-proses belajar yang dilakukan di sekolah dan di rumah. Ciri-ciri itu dianalisis
agar diperoleh kejelasan yang konkret tentang gejala dan sebab-sebab kesulitan
belajar siswa di sekolah dan di rumah. Menurut Wijaya (2010), kerusakan-kerusakan
itu dikategorikan dalam empat hal, yaitu:
 a. Dyslexia, adalah kelemahan-kelemahan belajar di bidang menulis dan
berbicara. Ciri-cirinya adalah sulit mengingat huruf, kata, tulisan, dan suara.
 b. Dyscalculia, adalah kesulitan mengenal angka dan pemahaman terhadap
konsep dasar matematika. Kelemahan umum di bidang dyslexia kadang-kadang
muncul di bidang pelajaran matematika. Karena itu kerusakan-kerusakan di
bidang dyslexia berpengaruh terhadap kerusakan-kerusakan di bidang dyscalculia,
demikian pula sebaliknya.
 c. Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD), adalah pemusatan
perhatian terhadap masalah-masalah yang sedang dihadapinya. Siswa lamban
belajar dapat memusatkan perhatiannya hanya berkisar pada satu pokok bahasan
saja, ia kurang mampu menyelesaikan tugas-tugas yang beraneka ragam yang
5. Prosedur Diagnostik Kesulitan Belajar
Dalam melakukan diagnostik kesulitan belajar yang dialami oleh siswa, setidaknya ada
tiga langkah umum yamg harus ditempuh oleh seorang guru, yaitu:
a. Mendiagnostik kesulitan belajar yang dialami oleh siswa, yaitu dengan cara
mengidentifikasi kasus dan melokalisasikan jenis dan sifat kesulitan belajar terebut.
b. Mengadakan estimasi (prognosis) tentang faktor-faktor penyebab kesulitan belajar yang
dialami siswa.
c. Mengadakan terapi, yaitu menemukan berbagai kemungkinan yang dapat dipergunakan
dalam rangka penyembuhan atau mengalami kesulitan belajar yang dialamu oleh siswa
tersebut.
6. Mendiagnostik Kesulitan Belajar Secara Formal
Diagnostik terhadap kesulitan belajar dilakukan dengan metode uji standar yang
membandingkan tingkatan kemampuan seorang anak terhadap anak lainnya yang
dianggap normal. Hasil uji tidak hanya tergantung pada kemampuan aktual anak,
tetapi juga reliabilitas pengujian itu serta kemampuan sang anak untuk
memperhatikan dan memahami pertanyaannya.
Masing-masing tipe LD (Learning Disorder/Gangguan belajar) didiagnostik
dengan cara yang sedikit berbeda. Untuk mendiagnostik kesulitan berbicara dan
berbahasa, ahli terapi wicara menguji cara pelafalan bunyi bahasa anak-anak,
kosakata, dan pengetahuan tata bahasa serta membandingkannya dengan kemampuan
anak sebaya mereka yang normal.
7. Evaluasi Diagnostik Kesulitan Belajar
Evaluasi diagnostik kesulitan belajar merupakan salah satu fungsi evaluasi yang
memerlukan prosedur dan kompetensi yang lebih tinggi dari para guru sebagai evaluator.
Evaluasi diagnostik kesulitan belajar merupakan evaluasi yang memiliki penekanan kepada
penyembuhan kesulitan belajar siswa yang tidak terpecahkan oleh formula perbaikan yang
biasanya ditawarkan dalam bentuk tes formatif.
Evaluasi diagnostik kesulitan belajar pada umumnya dilakukan pada awal pengajaran, awal
tahun ajaran atau semester. Tujuan evaluasi ini salah satunya adalah untuk menentukan tingkat
pengetahuan awal siswa. Ada dua hal yang penting dalam melakukan evaluasi diagnostik
kesulitan belajar yaitu (1) penilaian diagnostik pada umumnya jarang digunakan oleh guru
untuk menentukan grade dan (2) semakin baik evaluasi diagnostik yang dilakukan, semakin
jelas tujuan belajar yang dapat ditetapkan.
B. Konsep Dasar Pengajaran
Remedial
1. Definisi Pengajaran Remedial
Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan bahwa “Remedial” dan
“Teaching”. Bila dipisahkan kata remedial berarti (1) Remedial yang berhubungan
dengan perbaikan, pengajaran ulang bagi murid yang hasil belajarnya jelek, (2)
Remedial berarti bersifat menyembuhkan (yang disembuhkan adalah beberapa
hambatan/gangguan kepribadian yang berkaitan dengan kesulitan belajar sehingga
dapat timbal balik dalam arti perbaikan belajar atau perbaikan pribadi). Pengajaran
remedial merupakan suatu bentuk pengajaran yaang bersifat mengobati,
menyembuhkan atau membetulkan pengajaran dan membuatnya menjadi lebih baik
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal.
 2. Tujuan dan Fungsi Pengajaran Remedial
a. Tujuan Pengajaran Remedial
Supaya siswa dapat memahami dirinya, khususnya prestasi
belajarnya, dapat mengenal kelemahannya dalam mempelajari
suatu bidang studi dan juga kekuatannya.
Supaya siswa dapat memperbaiki atau mengubah cara
belajarnya ke arah yang lebih baik.
Supaya siswa dapat memilih materi dan fasilitas belajar secara
tepat.
Supaya siswa dapat mengembangkan sifat dan kebiasaan
yang dapat mendorong tercapainya hasil yang lebih baik.
Supaya siswa dapat melaksanakan tugas-tugas belajar yang
diberikan kepadanya, setelah ia mampu mengatasi hambatan
•b. Fungsi Pengajaran Remedial
Fungsi Korektif yaitu memungkinkan perbaikan terhadap hal-hal yang
dipandang belum memenuhi apa yang diharapkan dalam keseluruhan proses
pembelajaran, antara lain mencakup perumusan tujuan, penggunaan
metode, cara-cara belajar, materi dan alat pelajaran, evaluasi dan lain-lain.
Fungsi Pemahaman yaitu memungkinkan guru, siswa atau pihak-pihak
lainnya akan dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik dan
komprehensif mengenai pribadi siswa.
Fungsi Penyesuaian yaitu dapat membentuk siswa untuk dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan proses belajarnya.
Fungsi Pengayaan yaitu siswa akan dapat memperkaya proses
pembelajaran.
Fungsi Akselerasi yaitu diperoleh hasil belajar yang lebih baik dengan
menggunakan waktu yang efektif dan efisien.
Fungsi Terapeutik yaitu dapat membantu menyembuhkan atau memperbaiki
kondisi kepribadian siswa yang diperkirakan menunjukakan adanya penyimpangan.
 3. Metode dalam Pengajaran Remedial
Metode yang dapat digunakan dalam pengajaran remedial adalah
sebagai berikut:
a. Tanya jawab
b. Diskusi
c. Tugas
d. Kerja kelompok
e. Tutor
f. Pengajaran individual
4. Strategi dan Teknik dalam Pendekatan Pengajaran Remedial
Strategi dan teknikpengajaran remedial / Remedial Teaching tesebut seeperti yang
dirumuskan oleh Izhar Hasis yang disimpulkan dari Ross and Stanley dan dari Dinkmeyer
and Caldweel dalam bukunya Developmental Counseling, adalah sebagai berikut:
a. Strategi dan Teknik Pendekatan Remedial Teaching yang Bersifat Kuratif
Strategi dan teknik ini dapat dilakukan dengan cara:
1) Pengulangan
2) Pengayaan
3) Percepatan
b. Strategi dan Teknik pendekatan Remedial Teaching yang Bersifat Preventif.
c. Strategi dan Teknik Pendekatan Remedial Teaching Bersifat Pengembangan.
5. Langkah-Langkah Melaksanakan Pengajaran Remedial
a. Meneliti kasus dengan permasalahannya sebagai titik tolak kegiatan-kegiatan berikutnya.
b. Menentukan tindakan yang harus dilakukan yang dapat dilakukan adalah:
1) Jika kasusnya ringan, tindakan yang ditentukan adalah memberikan pengajaran
remedial kepada siswa tersebut.
Jika kasusnya cukup dan berat, maka sebelum diberikan pengajaran remedial, siswa harus
diberikan layanan konseling terlebih dahulu.
c. Pemberian layanan khusus yaitu bimbingan dan konseling.
d. Langkah pelaksanaan pengajaran remedial.
e. Melakukan pengukuran kembali terhadap prestasi belajar siswa dengan alat tes sumatif.
f. Melakukan re-evaluasi dan re-diagnostik.
Terdapat tiga kemungkinan tafsiran hasil, yaitu sebagai berikut:
1) Kasus menunjukkan kenaikan prestasi yang dihasilkan sesuai dengan kriteria yang
diharapkan. Maka selanjutnya diteruskan ke program yang berikutnya.
2) Kasus menunjukkan kenaikan prestasi, namun belum memenuhi kriteria yang diharapkan.
Maka kasus diserahkan kepada pembimbing untuk diadakan pengayaan.
3) Kasus belum menunjukkan perubahan yang berarti dalam hal prestasi. Maka perlu
didiagnostik lagi untuk mengetahui letak kelemahan pengajaran remedial untuk selanjutnya
diadakan ulangan dengan alternatif yang sama.
6. Perbandingan Prosedur Pengajaran Biasa dan Remedial
a. Kegiatan pengajaran biasa sebagai program belajar mengajar di kelas dan semua siswa
ikut berpartisipasi. Pengajaran perbaikan diadakan setelah diketahui kesulitan belajar,
kemudian diadakan pelayanan khusus.
b. Tujuan pengajaran biasa dalam rangka mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan
sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan sama untuk semua siswa. Pengajaran
perbaikan tujuannnya disesuaikan dengan kesulitan belajar siswa walaupun tujuan
akhirnya sama.
c. Metode dalam pengajaran biasa sama buat semua siswa, sedangkan metode dalam
pengajaran perbaikan berdiferensial (sesuai dengan sifat, jenis, dan latar belakang
kesulitan.
d. Pengajaran biasa dilakukan oleh guru, sedangkan pengajaran perbaikan oleh team
(kerjasama).
e. Alat pengajaran perbaikan lebih bervariasi, yaitu dengan penggunaan tes diagnostik,
sosiometri, dsb.
f. Pengajaran perbaikan lebih diferensial dengan pendekayan individual.
g. Pengajaran perbaikan evaluasinya disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dialami oleh
siswa.
•7. Peran Aparat Sekolah, Orang Tua, dan Masyarakat dalam Program
Pendidikan dan Pengajaran Remedial
•a. Kepala Sekolah
•1) Kepala sekolah harus menguasai sepenuhnya program pendidikan dan pengajaran remedial
di sekolah, mencakup tujuan, bidang-bidang kajian, cara-cara menemukan latar belakang dan
asal-usul serta sebab-sebab kesulitan belajar siswa, prediksi penyembuhan, serta praktik
penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran remedial.
•2) Kepala sekolah menyediakan sumber belajar yang lengkap dan dapat digunakan setiap
waktu sesuai dengan kebutuhan.
•3) Kepala sekolah memiliki jalinan kerja sama yang baik dengan orang tua siswa di rumah
untuk mengembangkan pendidikan masa depan anak-anaknya.
•4) Kepala sekolah mendirikan dan mengembangkan Lembaga Pusat Bimbingan dan
Penyuluhan yang berfungsi menangani kesulitan-kesulitan siswa dalam mempelajari
pengetahuan.
•5) Kepala sekolah mampu mengangkat seorang ekspert yang bertugas sebagai guru
pendidikan remedial. Ia berperan pula membantu guru bidang studi atau guru borongan lainnya
dalam memecahkan kesulitannya menghadapi siswa lamban belajar dan berprestasi rendah.
•b. Orang Tua Siswa
• 1) Menerima dengan baik kunjungan
sekolah di rumah (home visit).
• 2) Bersikap tanggap terhadap pembicaraan
kasus putra-putranya dan menunjukkan sikap tidak emosional.
• 3) Senang menghadiri undangan sekolah
untuk membicarakan kasus putra-putranya.
• 4) Dapat memberikan data objektif selengkap
mungkin tentang kelemahan-kelemahan putranya dalam pelajaran.
• 5) Mampu membantu memprediksi dan
memberi latihan sepenuhnya terhadap kasus yang dihadapinya.
•c. Staf Tata Usaha Sekolah
Mengaministrasi data-data kasus mulai dari latar belakang, asal-usul dan sebab-sebab
kesulitan belajar siswa, cara-cara memprediksi penyembuhannya, sampai dengan
cara-cara penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran remedial.
•d. Penilik Sekolah
•1. Melakukan kunjungan rutin ke sekolah sekurang-kurangnya dua minggu sekali,
mamantau dan mengawasi jalannya penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran
remedial yang telah dirancang sebelumnya.
•2. Menyelenggarakan diskusi periodik dengan kepala sekolah dan guru-guru tentang
upaya pemecahan kesulitan belajar siswa.
•3. Menyelenggarakan upaya kerja sama yang baik dengan lembaga-lembaga terkait.
•e. Para Pemerhati Pendidikan
•Para pemerhati pendidikan adalah orang-orang yang menaruh perhatian penuh
terhadap proses dan hasil pendidikan yang dicapai siswa di sekolah serta berinisiatif
besar dalam memberikan pendapat, sikap, dan aspirasinya dalam upaya penanganan
kasus atau dalam hal ini siswa lamban belajar.
•f. Lembaga-Lembaga Kemasyarakatan Terkait
•Keterlibatan lembaga-lembaga kemasyarakatan terkait dalam penyelenggaraan
pendidikan dan pengajaran remedial, khususnya dalam penanganan kasus kenakalan
remaja diperlukan sekali terutama membantu sekolah dalam mengumpulkan data
objektif tentang latar belakang dan sebab-sebab terjadinya suatu peristiwa serta
membantu dalam penyelesaiannya.
• 8. Evaluasi Pengajaran Remedial
• Pada akhir kegiatan siswa diadakan evaluasi. Tujuan paling utama adalah
diharapkan 75% taraf pengusaan (level of mastery). Bila ternyata belum berhasil
maka dilakukan diagnostik dan memperoleh pengajaran remedial kembali.
Evaluasi perlu dilakukan secara kontinu untuk menentukan perkembangan dan
prosedur yang hendak dilaksanakan dimasa mendatang. Evaluasi remidi memiliki arti
penting bagi orang-orang terdekat siswa. Oleh karena itu, perlu diberikan informasi
kepada siswa dan orangtua mengenai perkembangan belajarnya.

Anda mungkin juga menyukai