Anda di halaman 1dari 13

Tabel II- Tempat Obstruksi Jalan Napas Atas yang

Terdeteksi dengan DISE dan Cine MRI


Pasien Usia (tahun) Jenis kelamin Kategori berat badan Penyakit yang Indeks hipopnea
(BB) komorbid apnea (AHI)
1 11 Laki-laki Obesitas Sindrom Down dan 98.6
asma
2 7 Laki-laki Obesitas Sindrom Down 32.2
3 17 Laki-laki Obesitas Kelainan kejang 13.4
4 18 Perempuan Obesitas Sindrom Down 33.2
5 14 Laki-laki Obesitas Sindrom Down dan 26.5
asma
6 10 Perempuan Obesitas Sindrom Down 15.6
7 18 Laki-laki BB berlebih Sindrom Down 35.1
8 16 Laki-laki BB berlebih Gangguan hiperaktif 11.9
9 10 Perempuan Obesitas Gangguan hiperaktif 6.2
10 8 Perempuan BB berlebih Asma 6.8
11 10 Laki-laki BB kurang Cerebral palsy, 9.8
gangguan kejang
12 8 Laki-laki Normal Sindrom Down 9.5
13 12 Laki-laki Normal Sindrom Down 32
14 12 Laki-laki BB berlebih Sindrom Down 7.8
15 13 Laki-laki Obesitas Tidak ada 60.9
Kriteriainklusi penelitian pasien dengan
apnea tidur obstruktif (OSA) persisten
pasca-adenotonsilektomi:
a) pasien berusia di bawah 18 tahun
b) apnea obstruktif terekam dalam
polisomnogram.
c) pasien dengan anomali kongenital kraniofasial
d) perkembangan yang terlambat
e) gangguan neuromuskular
f) kondisi pasien dengan penyakit kronis
Indeks hipopnea-apnea (AHI) dihitung sebagai
akumulasi kondisi apnea obstruktif dan hipopnea
setiap jam.
Beratnya gangguan tidur apnea obstruktif
dikategorikan menurut skor AHI:
a) ringan (AHI antara 1-5)
b) sedang (AHI antara 5-10)
c) berat (AHI > 10)
Stimulasi semua pasien yang menjalani pemeriksaan DISE
dan cine MRI menggunakan obat deksmedetomidin.
Deksmedetomidin dan glikopirolat (4 µg/kg BB) diberikan
ketika SaO2 pasien 100%.
Selama pemeriksaan DISE, dosis deksmedetomidin (1
µg/kg BB) yang dilarutkan dalam bolus intravena,
diberikan pada semua pasien.
Sedangkan selama pemeriksaan MRI,
pemberian deksmedetomidin IV dilakukan
secara berbeda-beda
Kategori pemberiannya adalah sebagai
berikut:
a) Dosis rendah (1 µg/kg BB) sebanyak 3 pasien
b) Dosis sedang (1-2 µg/kg BB) sebanyak 10
pasien.
c) Dosis tinggi (> 2 µg/kg BB), sebanyak 2 pasien.
Laju infus deksmedetomidin berkisar
antara 1-1.5 µg/kg BB/hari) untuk 9
pasien, 1.5-3 µg/kg BB/hari untuk 4
pasien, dan 3-4.7 µg/kg BB/hari untuk 2
pasien.
Prosedur DISE
Endoskop fleksibel dengan diameter luar
3.4 mm dimasukkan ke dalam kavum nasi
dekstra.
leher pasien tetap terjaga pada posisi
seimbang dengan dagu tidak ditopang.
Kavum intranasal, nasofaring, palatum
mole, dasar lidah, dinding faring, dan
laring diperiksa ketika pasien mulai
bernapas spontan.
Hasil DISE kemudian direkam pada
format digital MPEG-1 dan ditinjau
menggunakan piranti lunak (seperti Nero
Platinum, Nero Inc, Glendale, Kanada)
Prosedur MRI
Alat yang digunakan berupa sebuah
sistem MRI 1.5 Tesla pada seorang pasien
dan sistem MRI 3 Tesla pada 14 pasien
lainnya menggunakan kabel gulungan
vaskuler pada kepala dan leher.
Gambar pencitraan diperoleh saat pasien
terbaring telentang.
Pencitraan jalan napas mulai dari
nasofaring-bagian bawah trakea
Rangkaian pencitraan meliputi pencitraan
aksial dan sagital
Cine MRI dibutuhkan dengan menggunakan
rangkaian gema gradien cepat.
Parameter teknik dari cine MRI adalah
sebagai berikut:
a) waktu pengulangan/waktu gema 9 ms/3.5 ms
(potongan sagital)
b) waktu pengulangan/waktu gema 6.3 ms/1.6 ms
(potongan aksial)
c) sudut balik 158°
d) ketebalan irisan 8 mm (potongan sagital) dan 6
mm (potongan aksial)
Data yang diperoleh dari grafik berupa:
a) Usia
b) Jenis kelamin
c) Riwayat penyakit dahulu
d) Kondisi yang komorbid
e) Indeks massa tubuh
f) Temuan polisomnografi
Menurut, Center for Disease Control and
Prevention, standar pertumbuhan digunakan
untuk menentukan persentil BMI.
Kategorisasi berat badan anak menurut persentil BMI:
a) Obesitas (persentil > 95%)

b) Overweight (persentil 85% < BMI < 95%).

c) Berat badan normal (persentil 5% < BMI < 95%).

d) Underweight (persentil < 5%).

• Rekaman hasil DISE dan cine MRI bertujuan untuk

menentukan lokasi dari velum, dinding

orofaring/lateral faring, dasar lidah, dan epiglotis dan

pola obstruksi jalan napas (baik anterior-posterior,

konsentris, maupun latero-lateral).


Hasil
 Lima belas anak dengan OSA persisten pasca-
adenotonsilektomi (11 laki-laki, 4 perempuan), berusia
antara 7-18 tahun (rata-rata 12 ± 4 tahun), yang
menjalani pemeriksaan DISE dan cine MRI tanpa
komplikasi (tabel 1).

Anda mungkin juga menyukai