SEJARAH
R.R.I. TJIREBON
Panitia itu terdiri dari Ir. Setiadi sebagai Ketua, dibantu oleh Sdr.2 Anwar
Isnudikarta sebagai wakil ketua, Baharmuz sebagai penasehat umum, J. Leman sebagai
Bendahara. E. Tasja sebagai pemimpin persiapan tehnik, dan Sukartono, Atmoko,
Siswanto, Sukarto selaku pembantu.
Dengan bantuan segala pihak sebuah pemantjar telegrafi dapat dikuasai, akan
tetapi sendirinja ini harus diubah dahulu mendjadi pemantjar siaran.
Ini belum dapat terlaksana, sukur sudah tiba bantuan jang besar dari R.R.I.
Djakarta berupa sebuah pemantjar dengan kekuatan 25 Watt. Lalu memikirkan
gedungnja dan ini tidak mudah, sebuah gedung didalam kota sukar didapat. Dapat
dipakai sebuah gedung pabrik rokok Tjirebon, jang letaknja k.l. 8 km dari kota.
Menjusul bantuan lagi dari Djakarta, berupa tenaga dari R.R.I. Djakarta,
melengkapi tenaga daerah. Dan tepat pada tg. 17 April 1946 diresmikan berdirinja R.R.I.
Tjirebon dan dengan ini tugas Panitia selesai dengan hormat.
Tetapi oleh karena kedudukan belum tugas benar, terpaksa Ir. Setiadi masih ikut
tjampur sebagai Penasehat.
-2-
Gedung ini terletak di Djalan Kehuman. Pemindahan studio ini dikerdjakan malam
hari sehabis siaran, sehingga bagi pendengar tidak akan merasa dan mengerti bahwa
siarannja sudah pindah didalam kota.
Pada waktu sdr. Maladi, Kepala Djawatan Radio mengadakan penindjauan dinas
ke Djawa Barat dan singgah di Tjirebon, dapatlah ditentukan status Tjirebon menjadi
Tjabang R.R.I. dengan susunan sebagai berikut :
Pimpinan Umum sdr. R.M. Kindarsy, Kepala Tehnik sdr. Achmad Jusuf, Wakil
Kepala Tehnik sdr. E. Tasja, Redaksi sdr. Siswo, A. Tjokrohardjo, Programa sdr.
Abdulrachman, Tata Usaha sdr. Abdul Fatah Mardai, dibantu dua orang penjiar dan
beberapa operator.
Pada tahun 1946 kekuatan pemantjar ditambah mendjadi 40 Watt. Tiga bulan
sebelum clach jang pertama, datang sebuah pemantjar tjadangan dari Jogja jang semula
ditempatkan di Kabupaten Kuningan. Kemudian atas petunjuk Bupati Kuningan,
pemantjar tersebut dipindahkan ke Linggadjati, tidak djauh dari tempat perundingan
Indonesia-Belanda, jang mentjiptakan “ Naskah Linggadjati “.
Pada tahun 1947 sebelum Belanda memulai aksi militernya, instruksi sudah ada
dari Pusat untuk memindahkan alat2 jang penting. Tepat pada djam 16.00 sore hari Rabu
tgl. 23 Djuli 1947 Belanda masuk kota Tjirebon. Belum banjak jang dapat dikelaurkan,
R.R.I. Tjirebon keburu disergap. Pegawai ditangkap. Arsip-arsip dirampas. Alat-alat
dikuasai. Hanja djalan jang menudju Kuningan masih belum dikuasai Belanda, dan
pegawai jang dapat meloloskan diri bisa menudju ke Linggajati Kuningan (sekitar 25
kilometer dari kota Tjirebon ) untuk menyelamatkan alat-alat pemancar . Karena diduga
tidak akan sempat lagi mengangkut alat-alat tjadangan tadi, maka alat-alat serta
pemantjarnja ditanam didalam tanah agar tidak dapat dikuasai Belanda.
Kemudian Belanda mendirikan pemantjar sendiri dan mengadjak kru RRI Tjirebon
untuk bergabung, namun ditolak. Sedjak saat itu praktis RRI Tjirebon tidak mengudara
dan keadaan ini berlangsung sampai akhir tahun 1949.
Waktu ada kesempatan baik, untuk mengbongkar jang telah ditanam itu, ternjata
barang-barang dan peralatan pemantjar itu sudah rusak sama sekali.
Pada tahun 1950 setelah penjerahan kedaulatan Republik Indonesia oleh Belanda
Kru RRI Tjirebon dan Djawatan Radio, berusaha untuk membuka kembali sebuah
stasion radio di Tjirebon, pada gelombang 125.52 meter dengan mengusahakan
memperbaiki dan menggunakan pemantjar yang telah tertanam di Linggajati.
Pada tahun 1952 atas kehendak masyarakat Tjirebon yang didukung oleh
segenap instansi Pemerintah / swasta dibuatlah resolusi ke RRI Pusat Jakarta agar RRI
Tjirebon dapat segera mengudara kembali. Niat itu baru terlaksana dan diresmikan
pembukaannja R.R.I. Tjirebon pada th. 1952 tersebut, dibawah pimpinan sdr. Suparto,
jang dipindahkan dari Solo.
-3-
Meskipun pada statusnja R.R.I. Tjirebon ini masih sebagai pemantjar-relay, akan
tetapi ini membuktikan bahwa siaran-siarannja sendiri semakin madju,
Saat itu Studio R.R.I. Tjirebon terletak didepan Kabupaten. ( Depan Alun-Alun
Kejaksan Sekarang) sampai dengan tahun 1959 achir dan pegawainja hanja beberapa
orang, antara lain jang paling senior Fadjar Madradji dan Rasdju, sedangkan sebagai
Kapstonja sdr. Suparto.
Pada tahun 1960 siaran RRI Cirebon menjadi salah satu sarana hiburan dan
informasi dari beberapa djenis atjara jang disuguhkan, dengan pemancar 300 wath dan
colombo plan 1 Kw serta modulasi lane yang terletak di Penggung, dan operasionalnya
ditangani oleh beberapa teknisi antara lain Sunenda, Iljas Tahir, Kawi Danudji, kepala
pemancar Rochwasono.
Pada tahun 1965 siaran RRI sangat ketat untuk menyiarkan suatu acara maupun
berita-berita, semasa G.30 S PKI semua naskah siaran termasuk naskah siaran agama
harus diperiksa dulu oleh Seksi V Kodim, dan naskah yang akan disiarkan harus direkam
terlebih dahulu.
Pada tahun 1974 mendapat Pemancar baru dari Jerman dengan kekuatan 10 Kw
yang gedung pemancarnya terletak di Kecamatan Weru, diatas tanah seluah 5 Ha,
tanah 5 Ha di Weru tersebut dananya dari Pemda Propinsi Jawa Barat bersama RRI
Bandung yang dibayarkan kepada Pemda Kabupaten Cirebon, saat itu Kepstanya adalah
Fadjar Madradji.
Pada tahun 1981 – 1982 RRI Cirebon membeli tanah di jalan Brigjen Dharsono By
Pass.
Pada tahun 1982 mulai dilakukan pengurugan tanah sampai ketinggian 1 meter,
kemudian dilanjutkan dengan pembangunan gedung kantor RRI Cirebon . Rencana
semula akan dibangun gedung kantor bertingkat dengan beberapa tahap pembangunan,
tetapi setelah selesai tingkat 1 (dasar) ternyata untuk kelnjutan bangunan tingkat 2 tiang-
tiang penyangganya tidak kuat, sehingga bangunan hanya sampai pada tingkat dasar.
Pada tanggal 1 April 1984 studio siaran pidah ke Jl. Brigjen Dharsono By Pass,
tetapi Tata Usahanya masih di jalan Siliwangi (depan Balai Kota Cirebon) karena
perlengkapan / sarana perkantoran belum memadai. Di gedung kantor yang baru ini RRI
juga mulai mengembangkan acara siaran-siaran lansung seperti wayang golek, wayang
kulit, jaipongan dan lain-lain.
Pada tahun 1983 – 1988 Kantor RRI Cirebon di jalan Brigjen Dharsono By Pass
secara keseluruhan difungsikan , semua karyawan berikut peralatan perkantoran serta
aktifitas kegiatan kantor berjalan dengan lancar, yang dipimpin oleh Kepala RRI Cirebon
Drs. BANI KOESBANI.
Pada tahun 1988 - 1992 terjadi mutasi pimpinan dari Bp. Drs. BANI KOESBANI
kepada Bp.BAGUS GIARTO,B.Sc sampai dengan tahun 1992. Dalam meneruskan
estafet kepemimpinan RRI , beliau membenahi kinerja SDM, terutama melaksanakan
Surat Edaran Bersama menteri Penerangan RI dan Kepala BAKN nomor : 01,02,
03/SEB/MENPEN/1989 tentang jabatan fungsional, maka diusulkan pengangkatan
karyawan RRI Cirebon sebanyak 68 orang yang akan menduduki jabatan fungsional
Tehnisi Siaran, Andalan Siaran dan Adikara Siaran. Beliau juga mendirikan Mushola RRI
disamping kanan Kantor RRI pada tahun 1991.
-4-
Pada tahun 1992 – 1995 Kepala RRI Cirebon dipimpin oleh Drs.Moh.Santoso,
Kegiatan operasional siaran berjalan biasa-biasa saja dengan kekuatan SDM 116 orang.
Pada tahun 1995 – 1999 Kepala RRI Drs. ABU ALIM MASYKURI, beliau
menhidupkan seni budaya Cirebon, dengan mengadakan Sepekan Pagelaran Budaya
pada Hari Bakti RRI ke 51 tahun 1996, dengan menampilkan Masres, Wayang Kulit,
Wayang Golek, Jaipong dan Tarling di Panggung Budaya RRI Jl. Brigjen Dharsono By
Pass Cirebon.
Pada tahun 1999 – 2000 Kepala RRI Dr. MUCHLIS AMIN, beliau juga membenahi
SDM nya , dengan menerapkan PP.30 tahun 1980.
Pada tahun 2004 - 2005 Kepala RRI Cirebon Dra. R NIKEN WIDIASTUTI,M.Si
beliau telah menyelesaikan permasalahan pemutusan hubungan kerjasama pengelolaan
operasional Pro 2 RRI Cirebon pada tahun 2004. Dalam waktu yang singkat beberapa
hal yang belun terselesaikan seperti pengkaplingan tanah di Weru, dilanjutkan sampai
dengan terbitnya surat usulan DIRUT RRI kepada Dep. Keuangan RI. Cq. Direktur
Jenderal Perbendaharaan dengan surat no : 82/DIRRUT/SEK/2005, tanggal 26 Januari
2005. Disamping itu beliau juga menggalang hubungan kerjasama dengan Pemda se
Wilayah III Cirebon serta pihak Swasta sampai dengan sekarang dengan mengacu pada
PP RI no : 37 tahun 2000 , tentang Pendirian Perusahaan Radio Republik Indonesia dan
PP.RI no : 12 tahun 2005 tentang Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia.
Pada tahun 2005 – 2006 Kepala RRI Cirebon Dra. SARASWATI SA. beliau
meningkatkan di bidang sumberdaya manusia dan kesejahtraan pegawai RRI Cirebon.
Pada tahun 2006 – 2009 Kepala RRI Cirebon Dra. ERSNA PRAHESTI beliau
meningkatkan kesejahtraan pegawai dan sumberdaya manusia, RRI Cirebon membuat
sejarah memecahkan 3 (tiga) Rekor Muri di bidang penyiaran yaitu, Parade Band
Peserta Terbanyak,(150) group band) Menyiarkan siaran terlama parade band,
Pemrakarsa Penyelenggaraan Parade Band.
Pada periode 2009-2011 Kepala RRI Cirebon Drs. MULIARDI, MM. beliau adalah
prestasainya meningkatkan kesejahtraan pegawai dan meningkatkan jangkauan siaran
RRI Cirebon, dan membuat acara
Pada periode 2011 -2013 Kepala RRI Cirebon Dra.SOPHIA ENDANG WIDOWATI
beliau Salah Satu Srikandi RRI yang telah mempelopori terwujudnya Gedung baru RRI
lebih megah dari sebelumnya sehingga karyawan merasa nyaman dan lebih semangat
lagi dalam melaksanakan tugas sehari-hari
Periode 2013 sampai dengan sekarang Kepala RRI Cirebon adalah
BUDININGRUM.S.Sos
Catatan :
DAFTAR NAMA–NAMA
KEPALA RRI CIREBON
Pada tahun 1981 – 1982 RRI Cirebon membeli tanah di jalan Brigjen Dharsono By
Pass.
Pada tahun 1982 mulai dilakukan pengurugan tanah sampai ketinggian 1 meter,
kemudian dilanjutkan dengan pembangunan gedung kantor RRI Cirebon . Rencana
semula akan dibangun gedung kantor bertingkat dengan beberapa tahap pembangunan,
tetapi setelah selesai tingkat 1 (dasar) ternyata untuk kelanjutan bangunan tingkat 2
tiang-tiang penyangganya tidak kuat, sehingga bangunan hanya sampai pada tingkat
dasar.
Pada tanggal 1 April 1984 studio siaran pidah ke Jl. Brigjen Dharsono By Pass,
tetapi Tata Usahanya masih di jalan Siliwangi (depan Balai Kota Cirebon) karena
perlengkapan / sarana perkantoran belum memadai. Di gedung kantor yang baru ini RRI
juga mulai mengembangkan acara siaran-siaran lansung seperti wayang golek, wayang
kulit, jaipongan dan lain-lain.
Pada tahun 1983 – 1988 Kantor RRI Cirebon di jalan Brigjen Dharsono By Pass
secara keseluruhan difungsikan , semua karyawan berikut peralatan perkantoran serta
aktifitas kegiatan kantor berjalan dengan lancar, yang dipimpin oleh Kepala RRI Cirebon
Drs. BENI KOESBANI.
Pada periode tahun 2004 - 2005 Kepala RRI Cirebon pada saat itu adalah Dra. R
NIKEN WIDIASTUTI,M.Si. RRI Cirebon mengalami kebanjiran sampai-sampai siaran
terhenti beroperasi karena peralatan siaran terendam air.
Pada periode 2012 RRI Cirebon yang dipimpin oleh Dra. Sophia Endang
Widowati, RRI Cirebon terjadi lagi kebanjiran 2 (dua) hari berturut-turu, banjir kali ini lebih
parah dari tahun 2005, ketinggian air di ruang kantor / studio mencapai + 20 CM, yang
mengakibatkan Programa 2 sampai sekaran belum beroperasi/ mengudara, sedangkan
untuk Programa 1 baru mengudara baru seminggu yang lalu.
Menjadikan LPP RRI Sebagai radio berjaringan terluas, pembangun karakter bangsa,
berkelas dunia.