Anda di halaman 1dari 38

ASKEP LANSIA DENGAN

MASALAH PSIKOSOSIAL

Oleh: Ahmad Hasan Basri, Ners, M.Kep.


Aging process
• suatu proses menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri/
mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi
dan memperbaiki kerusakan yang
diderita (Darmojo, 2004)
Menua bukan penyakit

terjadi terus menerus proses

fisiologis berkurangnya fungsi

tubuh berdampak patologis

masalah kesehatan

fisik, psikososial, spiritual


TEORI PSIKOSOSIAL LANSIA

• Teori psikososial terdiri dari:


1. Disengagement Theory
(teori pembebasan)
2. The Continuity Theory
(teori kepribadian berlanjut)
3. The Activity Theory
(teori aktivitas)
1. Teori Pembebasan
(Disengagement Theory)

• Dengan bertambahnya usia, maka secara pelan


tapi pasti seseorang (lansia) akan melepaskan
diri dari masyarakat (menarik diri), sehingga
interaksi sosial menjadi berkurang.

• Hal tersebut mengakibatkan lansia mengalami


kehilangan (triple loss), antara lain:
1. Kehilangan peran (loss of role)
2. Hambatan kontak sosial
3. Berkurangnya komitmen
2. Kepribadian Berlanjut
(Continuity Theory)

• Perubahan yg terjadi pada lansia


dipengaruhi oleh tipe kepribadian yang
dimilikinya.

• Jika dasar kepribadian/ tingkah laku tidak


berubah pada lansia, maka lansia memiliki
identitas yang mantap, sehingga
memudahkan lansia dalam memelihara
hubungan dengan masyarakat.
3. Teori Aktivitas (Activity Theory)

• Jika masa muda aktif dan terus terjaga sampai


tua, maka sense of integrity terjaga, sehingga
lansia sukses.

• Lansia aktif dalam kegiatan sosial stabil.

• Dorongan yang posistif dari masyarakat, akan


mempengaruhi akitifitas lansia, yang akan
berimbas pada kepribadian, kesehatan (fisik dan
mental), dan kepuasan hidup lansia dalam
berhubungan dengan masyarakat.
Teori Tugas Perkembangan
(Havigurst, 1972)

Teori ini menyatakan bahwa tugas perkembangan pada


masa tua adalah:
• Menyesuaikan diri dengan penurunan kekuatan fisik
dan kesehatan
• Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan
berkurangnya penghasilan
• Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup
• Membentuk hubungan dengan orang-orang yang
sebaya
• Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang
memuaskan
• Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Kesehatan Psikososial Lansia

• Penurunan kondisi fisik


• Penurunan fungsi kognitif dan
psikomotor perubahan kepribadian
• Faktor kehilangan yang dialami lansia
(kemandirian, pekerjaan, pasangan,
ekonomi, dll)
• Perubahan emosional dan stress
• Perubahan peran sosial di masyarakat
• Kurangnya aktivitas hiburan lansia
Tipe Kepribadian Lansia

• Constructive personality, tipe ini tidak banyak


mengalami gejolak, tenang, dan mantap.
• Independent personality, pada tipe ini ada
kecenderungan mengalami post power syndrome, apalagi
jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang
dapat memberikan otonomi pada dirinya
• Dependent personality, pada tipe ini sangat dipengaruhi
keharmonisan kehidupan keluarga, jika pasangan hidup
meninggal maka lansia akan menjadi merana, apalagi jika
tidak segera bangkit dari kedukaannya.
• Hostility personality, pada tipe ini lansia tetap merasa
tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang
tidak diperhitungkan secara seksama sehingga
menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit.
• Self Hate personality, pada lansia tipe ini umumnya
terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu
orang lain atau cenderung membuat susah dirinya sendiri.
Masalah Psikososial Pada Lansia

• Kehilangan (duka cita)


• Kesepian
• Menarik diri isolasi sosial
• Depresi
• Demensia
KEHILANGAN
• Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah
dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi
tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan.

• Periode duka cita merupakan suatu periode yang sangat rawan


bagi seorang penderita lanjut usia. Meninggalnya pasangan
hidup, seorang teman dekat atau bahkan seekor hewan yang
sangat disanyangi bisa mendadak memutuskan ketahanan
kejiwaan yang sudah rapuh dari seorang lansia, yang
selanjutnya akan memicu terjadinya gangguan fisik dan
kesehatannya.

• Periode 2 tahun pertama setelah ditinggal mati pasangan


hidup atau teman dekat tersebut merupakan periode yang
sangat rawan. Pada periode ini orang tersebut justru harus
dibiarkan untuk dapat mengekspresikan dukacita tersebut.
Sering diawali dengan perasaan kosong, kemudian diikuti
dengan menangis dan kemudian suatu periode depresi.
• Depresi akibat duka-cita pada usia lanjut biasanya
bersifat self limiting (berlangsung singkat/tidak
menahun).

• Dokter atau petugas kesehatan harus memberi


kesempatan pada episode tersebut berlalu.

• Diperlukan pendamping yang dengan penuh empati


mendengarkan keluhan, memberikan hiburan
dimana perlu dan tidak membiarkan tiap episode
berkepanjangan dan berjalan terlalu berat.

• Apabila upaya diatas tidak berhasil, bahkan timbul


depresi berat, konsultasi psikiatrik mungkin
diperlukan, dengan kemungkinan diberikan obat
anti depresan.
KESEPIAN
• Kesepian atau loneliness, biasanya dialami oleh seseorang
lanjut usia pada saat meninggalnya pasangan hidup atau
teman dekat, terutama bila dirinya sendiri saat itu juga
mengalami berbagai penurunan status kesehatan, misalnya
menderita berbagai penyakit fisik berat, gangguan mobilitas
atau gangguan sensorik, terutama gangguan pendengaran.

• Harus dibedakan antara kesepian dengan hidup sendiri.


Banyak di antara lansia hidup sendiri tidak mengalami
kesepian, karena aktivitas sosial yang masih tinggi, tetapi
dilain pihak terdapat lansia yang walaupun hidup di lingkungan
yang beranggotakan cukup banyak, tohh mengalami kesepian.

• Pada penderita kesepian ini peran dari organisasi sosial sangat


berarti, karena bisa bertindak menghibur, memberikan
motivasi untuk lebih meningkatkan peran sosial penderita, di
samping memberikan bantuan pengerjaan pekerjaan di rumah
bila memang terdapat disabilitas penderita dalam hal-hal
tersebut.
DEMENSIA
• Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan
memori yang dapat mempengaruhi aktifitas sehari-hari.

• Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia bukanlah


sekedar penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang
disebabkan beberapa penyakit atau kondisi tertentu
sehingga terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku.

• Demensia adalah keadaan dimana seseorang mengalami


penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir, dan
penurunan kemampuan tersebut menimbulkan gangguan
terhadap fungsi kehidupan sehari-hari.

• Demensia merupakan kumpulan gejala yang ditandai


dengan penurunan kognitif, perubahan mood dan tingkah
laku sehingga mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-
hari penderita.
• Penyebab demensia yang reversible sangat penting
diketahui karena pengobatan yang baik pada penderita dapat
kembali menjalankan kehidupan sehari-hari yang normal.

• Penyebeb demensia antara lain:


1. Drugs (obat), seperti: obat sedative, anti konvulsan, anti
hipertensi, anti aritmia
2. Emotional (gangguan emosi)
3. Metabolic dan endokrin, seperti: DM, hipoglikemia,
gangguan ginjal, gangguan hepar, gangguan tiroid,
gangguan elektrolit.
4. Nutritional disorders, seperti: kekurangan vitamin B6,
B1, dan B12, asam folat.
5. Tumor dan trauma
6. Infeksi, seperti: ensefalitis, bakteri, TBC, abses otak
7. Arterosklerosis
Penyebab dari Demensia Non Reversible:
• Penyakit Degenerative
Penyakit Alzhemeir, Kelumpuhan supranuklear
progresif, Penyakit Parkinson
• Penyakit Vaskuler
Penyakit serebrovaskuler oklusif (demensia multi-
infark), Embolisme serebral, Arteritis, Anoksia
sekunder akibat henti jantung, gagal jantung
akibat intoksikasi karbon monoksida
• Demensia Traumatic
Perlukaan kranio-serebral
• Infeksi
AIDS, Infeksi opportunistic (sistem imun),
Demensia pasca ensefalitis
Tanda dan Gejala Demensia
A. Gejala Awal
· Kinerja mental menurun
· Fatique
· Mudah lupa
· Gagal dalam tugas
B. Gejala Lanjut
· Gangguan kognitif
· Gangguan afektif
· Gangguan perilaku
C. Gejala Umum
· Mudah lupa
· Aktivitas sehari-hari terganggu
· Disorientasi
· Cepat marah
· Kurang konsentrasi
· Resti jatuh
Pemeriksaan Dementia

• SPMSQ (Short Portable Mental


Status Questionary).

• MMSE (Mini Mental State Exam).


Penanganan Pasien Demensia

• Terapi obat dengan pengawasan dokter

• Intervensi non obat :


1. Intervensi Lingkungan
· Penyesuaian fisik (bentuk ruangan, warna,
alat yang tersedia).
· Penyesuaian waktu (membuat jadual rutin).
· Penyesuaian lingkungan malam hari (mandi
air hangat, tidur teratur).
· Penyesuaian nutrisi (makan makanan
dengan gizi seimbang).
Penanganan Pasien Demensia
2. Intervensi Perilaku
Wandering
· Yakinkan dimana keberadaan pasien.
· Berikan keleluasaan bergerak di dalam dan di luar rumah.
Agitasi dan Agresifitas
· Hindari situasi yang memprovokasi
· Hindari argumentasi
· Sikap kita tenang dan mantap
· Alihkan perhatian ke yang lain
Sikap dan pertanyaan yang berulang
· Tenang, dengarkan dengan baik, jawab dengan penuh pengertian.
Bila masih berulang, acuhkan dan usahankan alihkan ke hal yang
menarik
· Tenang dan bimbing pasien ke ruang pribadinya
· Alihkan ke hal yang menarik perhatiannya
· Bila didapatkan dalam keadaan telanjang, berilah pakaian atau
selimut untuk menutupi badannya. Bantu mengenakan baju
kembali
• Penanganan Pasien Demensia
3. Intervensi Psikologis
· Psiko terapi individual
· Psiko terapi kelompok
· Psiko terapi keluarga
4. Intervensi untuk “care giver” (pengasuh) diperlukan
· Dukungan mental
· Pengembangan kemampuan adaptasi dan peningkatan
kemandirian
· Kemampuan menerima kenyataan
5. Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi mudah lupa
· Lakukan latihan terus-menerus, berulang-ulang
· Tingkatkan perhatian
· Asosiasikan hal yang diingat dengan hal yang sudah ada
dalam otak
6. Aktivitas Keagamaan
7. Mengembangkan hobi yang ada seperti melukis, memasak,
main musik, berkebun, fotografi.
DEPRESI
• Depresi merupakan gangguan fungsi manusia yang
berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala
penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan
nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa
putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri
(Kaplan dan Sadock, 1998).

• Depresi adalah gangguan alam perasaan yang ditandai


oleh kesedihan, harga diri rendah, rasa bersalah, putus
asa, perasaan kosong (Keliat, 1996).

• Hawari (1996) depresi adalah bentuk gangguan kejiwaan


pada alam perasaan (mood), yang ditandai dengan
kemurungan, kelesuan, ketidakgairahan hidup, perasaan
tidak berguna, dan putus asa.

• Depresi adalah suatu kesedihan atau perasaan duka yang


berkepanjangan (Stuart dan Sundeen, 1998).
Tanda Dan Gejala Depresi (Keliat, 1996):
1. Afektif
Kemarahan, ansietas, apatis, kekesalan, penyangkalan perasaan,
kemurungan, rasa bersalah, ketidakberdayaan, keputusasaan,
kesepian, harga diri rendah, kesedihan.
2. Fisiologik
Nyeri abdomen, anoreksia, sakit punggung, konstipasi, pusing,
keletihan, gangguan pencernaan, insomnia, perubahan haid,
makan berlebihan/ kurang, gangguan tidur, dan perubahan berat
badan.
3. Kognitif
Ambivalensi, kebingungan, ketidakmampuan berkonsentrasi,
kehilangan minat dan motivasi, menyalahkan diri sendiri,
mencela diri sendiri, pikiran yang destruktif tentang diri sendiri,
pesimis, ketidakpastian.
4. Perilaku
Agresif, agitasi, alkoholisme, perubahan tingkat aktivitas,
kecanduan obat, intoleransi, mudah tersinggung, kurang
spontanitas, sangat tergantung, kebersihan diri yang kurang,
isolasi sosial, mudah menangis, dan menarik diri.
Tingkatan depresi ada 3:
• Depresi Ringan
Gejalanya: kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya
energi sehingga mudah lelah dan menurunnya aktivitas,
konsentrasi dan perhatian yang kurang, harga diri dan
kepercayaan diri yang kurang.
• Depresi Sedang
Gejalanya: kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya
energi sehingga mudah lelah dan menurunnya aktivitas,
konsentrasi dan perhatian yang kurang, harga diri dan
kepercayaan diri yang kurang, dan pandangan masa depan yang
suram dan pesimis.
• Depresi Berat
Gejalanya: mood depresif, kehilangan minat dan kegembiraan,
berkurangnya energi sehingga mudah lelah dan menurunnya
aktivitas, konsentrasi dan perhatian yang kurang, gagasan
tentang rasa bersalah dan tidak berguna, pandangan masa depan
yang suram dan pesimis, perbuatan yang membahayakan dirinya
sendiri atau bunuh diri tidur terganggu, disertai waham dan
halusinasi, dan lamanya gejala tersebut berlangsung selama 2
minggu.
• Skala Pengukuran Depresi Lansia
(Geriatric Depression Scale)

• Skor total 0-10 menunjukkan tidak ada


depresi
• Skor total 11-20 menunjukkan depresi
ringan
• Skor total 21-30 termasuk depresi sedang/
berat yang membutuhkan rujukan guna
mendapatkan evaluasi psikiatrik terhadap
depresi secara lebih rinci, karena GDS
hanya merupakan alat penapisan.
No. Pernyataan Ya Tidak
1. Apakah bapak/ibu sekarang ini merasa puas
dengan kehidupannya?
2. Apakah bapak/ibu telah meninggalkan banyak
kegiatan atau kesenangan akhir-akhir ini?
3. Apakah bapak/ibu sering merasa hampa/kosong di
dalam hidup ini?
4. Apakah bapak/ibu sering merasa bosan?
5. Apakah bapak/ibu merasa mempunyai harapan
yang baik di masa depan?
6. Apakah bapak/ibu merasa mempunyai pikiran jelek
yang menganggu terus menerus?
7. Apakah bapak/ibu memiliki semangat yang baik
setiap saat?
8. Apakah bapak/ibu takut bahwa sesuatu yang buruk
akan terjadi pada anda?
9. Apakah bapak/ibu merasa bahagia sebagian besar
waktu?
10 Apakah bapak/ibu sering merasa tidak mampu
berbuat apa-apa?
No. Pernyataan Ya Tidak
11. Apakah bapak/ibu sering merasa resah dan
gelisah?
12. Apakah bapak/ibu lebih senang tinggal dirumah
daripada keluar dan mengerjakan sesuatu?
13. Apakah bapak/ibu sering merasa khawatir tentang
masa depan?
14. Apakah bapak/ibu akhir0akhir ini sering pelupa?
15. Apakah bapak/ibu piker bahwa hidup bapak/ibu
sekarang ini menyenangkan?
16. Apakah bapak/ibu sering merasa sedih dan putus
asa?
17. Apakah bapak/ibu merasa tidak berharga akhir-
akhir ini?
18. Apakah bapak/ibu sering merasa khawatir tentang
masa lalu?
19. Apakah bapak/ibu merasa hidup ini
menggembirakan?
20 Apakah sulit bagi bapak/ibu untuk memulai
kegiatan yang baru?
No. Pernyataan Ya Tidak
21. Apakah bapak/ ibu merasa penuh semangat?
22. Apakah bapak/ ibu merasa situasi sekarang ini
tidak ada harapan?
23. Apakah bapak/ ibu berpikir bahwa orang lain lebih
baik keadaannya daripada bapak/ibu?
24. Apakah bapak/ ibu sering marah karena hal-hal
yang sepele?
25. Apakah bapak/ ibu sering merasa ingin
menangis?
26. Apakah bapak/ ibu sulit berkonsentrasi?
27. Apakah bapak/ ibu merasa senang waktu bangun
tidur dipagi hari?
28. Apakah bapak/ ibu tidak suka berkumpul di
pertemuan sosial?
29. Apakah mudah bagi bapak/ ibu membuat sesuatu
keputusan?
30. Apakah pikiran bapak/ ibu masih tetap mudah
dalam memikirkan sesuatu seperti dulu?
UPAYA PENANGGULANGAN

• Pendekatan Psikodinamik
Fokus pendekatan psikodinamik adalah penanganan
terhadap konflik-konflik yang berhubungan dengan
kehilangan dan stress. Upaya penanganan depresi dengan
mengidentifikasi kehilangan dan stress yang menyebabkan
depresi, mengatasi, dan mengembangkan cara-cara
menghadapi kehilangan dan stressor dengan psikoterapi
yang bertujuan untuk memulihkan kepercayaan diri (self
confidence) dan memperkuat ego.

• Pendekatan keagamaan (spiritual) dan budaya sangat


dianjurkan pada lansia. Pemikiran-pemikiran dari ajaran
agama apapun mengandung tuntunan bagaimana dalam
kehidupan di dunia ini manusia tidak terbebas dari rasa
cemas, tegang, depresi, dan sebagainya.
UPAYA PENANGGULANGAN

• Pendekatan Perilaku Belajar


Penghargaan diri yang kurang akibat kurangnya hadiah dan
berlebihannya hukuman pada diri dapat diatasi dengan
pendekatan perilaku belajar. Caranya dg identifikasi aspek-
aspek lingkungan yang merupakan sumber hadiah dan
hukuman.

Usaha berkutnya adalah peningkatan hadiah dalam hidup


dengan self-reinforcement, yang diberikan segera setelah
tugas dapat diselesaikan.
UPAYA PENANGGULANGAN

• Pendekatan Kognitif
Pendekatan ini bertujuan untuk mengubah pandangan dan
pola pikir tentang keberhasilan masa lalu dan sekarang
dengan cara mengidentifikasi pikiran negatif yang
mempengaruhi suasana hati dan tingkah laku, menguji
individu untuk menentukan apakah pikirannya benar dan
menggantikan pikiran yang tidak tepat dengan yang lebih
baik (Beck, et al, 1979; Samiun, 2006).

Dasar dari pendekatan ini adalah kepercayaaan (belief)


individu yang terbentuk dari rangkaian verbalisasi diri (self-
talk) terhadap peristiwa/ pengalaman yang dialami yang
menentukan emosi dan tingkah laku diri.
UPAYA PENANGGULANGAN

• Pendekatan Humanistik Eksistensial


Pendekatan ini membantu individu menyadari keberadaannya
di dunia ini dengan memperluas kesadaran diri, menemukan
dirinya kembali dan bertanggung jawab terhadap arah
hidupnya. Individu harus berusaha membuka pintu menuju
dirinya sendiri, melonggarkan belenggu deterministic yang
menyebabkan terpenjara secara psikologis.
Dengan mengeksplorasi alternatif ini membuat pandangan
menjadi riil, individu menjadi sadar siapa dia sebelumnya,
sekarang dan lebih mempu menetapkan masa depan.

• Pendekatan Farmakologis
Dari berbagai jenis upaya untuk gangguan depresi ini, maka
terapi psikofarmaka (farmakoterapi) dengan obat anti depresan
merupakan pilihan alternatif. Hasil terapi dengan obat anti
depresan adalah baik dengan dikombinasikan dengan upaya
psikoterapi.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai