Anda di halaman 1dari 32

Pembimbing

Dr. Sidarto, Sp.PD


Vincentius
Amanda Gabriela
Nama : Tn B
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 52 tahun
Status : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Montir
Agama : Islam
Alamat : Sleman
Tanggal masuk : 4 Maret 2019
 Keluhan Utama : Sesak
 Keluhan Tambahan : -
 Pasien datang dengan keluhan sesak sejak 1
hari SMRS dan dirasakan makin memberat.
Sesak dirasakan terus menerus dan tidak
dipengaruhi perubahan posisi. Pasien
memiliki riwayat sakit ginjal 2 tahun lalu dan
cuci darah 2 kali seminggu. Pasien juga
memiliki riwayat batu ginjal dan sudah
dioperasi, pasien juga memiliki riwayat
hipetensi dan rutin mengkonsumsi
furosemide dan irbesartan
Pasien Memiliki Kebiasaan minum
minuman krating daeng dan merokok sejak 40
tahun lalu dan sehari merokok 12 batang
 Pasien memiliki riwayat penyakit ginjal sejak
2 tahun yang lalu dan cuci darah seminggu 2
kali
 Pasien memiliki riwayat batu ginjal 2 tahun
lalu, sudah dioperasi
 Pasien menderita hipertensi terkontrol
 Riwayat DM dan dyslipidemia disangkal
 Keadaan umum : tampak sakit sedang
 Kesadaran : CM E3M6V5
 Tekanan darah : 160/90 mmHg
 Laju nadi : 88x/menit
 Laju pernapasan : 22x/menit
 Suhu : 36,4oC
 Saturasi : 98%
 Berat badan : 62kg
 Tinggi badan : 172cm
 BMI : 20,95 (normal)
 Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-,
pupil bulat isokor 3mm/3mm, refleks
cahaya langsung dan tidak langsung +/+
 Hidung : septum nasi di tengah, sekret -/-
 Telinga : serumen -/-, membran timpani intak +/+
 Mulut : mukosa oral kering
 Leher : tidak ada pembesaran KGB, peningkatan
JVP (-), penggunaan otot napas tambahan
(-)
 Thoraks
 Paru-paru
▪ Inspeks : gerakan napas simetris
▪ Palpasi : fremitus taktil ka=ki
▪ Perkusi : sonor +/+
▪ Auskultasi : bunyi napas vesikuler +/+ , ronki basah kasar +/+,
wheezing -/-
 Jantung
▪ Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
▪ Palpasi : iktus kordis tidak teraba
▪ Perkusi : batas atas ICS II midklavikula sinistra, batas kanan
ICS V parasternalis dekstra, batas kiri ICS V aksilaris anterior
sinistra, kesan kardiomegali
▪ Auskultasi : bunyi jantung I dan II reguler, murmur -, gallop -
 Abdomen
 Inspeksi : tampak datar
 Palpasi : supel, nyeri tekan -, hepatomegali -
 Perkusi : timpani
 Auskultasi : bising usus +, 5x/ menit
 Punggung : gerakan napas simetris, nyeri
ketok CVA -/-, ronkhi basah kasar +/+
 Ekstremitas : CRT <2 detik, edema -/-/-/-
Hematologi Hitung Jenis Leukosit:

Hb : 11.0 g/dL Eosinofil :0.0%


Leukosit : 4.6 ribu Basofil :0.2%
Eritrosit : 3.7 juta Neutrofil :74.9%
Trombosit : 161 ribu Limfosit :12.1%
Hematokrit: 32.7% Monosit :12.8%
MCV :88.4 fl
MCH :29.7 pg
MCHC :33.6 g/dL
RDW-CV : 15.2 %
Fungsi Ginjal
Ureum : 180 mg/dL (H)
Kreatinin : 12.79 mg/dL (H)

Elektrolit
Natrium : 133 mmol/L (L)
Kalium : 5.9 mmol/L (H)
Laki-laki, 52 tahun dating dengan keluhan sesak 1 hari
SMRS, sesak dirasakan terus menerus dan tidak
dipengaruhi oleh posisi, pasien memiliki riwayat gagal
ginjal, batu ginjal dan hipetensi 2 tahun yang lalu.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesan hipertensi,
ronkhi basah kasar pada kedua lapang paru, dan kesan
kardiomegali. Pada pemeriksaan penunjang
didapatkan peningkatan ureum kreatinin, kesan
hyponatremia dan hipokalemia
 CKD
 CHF
 CKD stage V
 Hiperkalemia
 Hiponatremia
 O2 3 Lpm via nasal canul
 Furosemide 3 x 40 mg
 Irbesartan 1x 150 mg
 HD lanjut
Chronic Kidney Disease (CKD) didefinisikan
sebagai abnormalitas dari fungsi dan struktur
ginjal yang berlangsung selama >3 bulan, dan
berdampak pada kesehatan.
 Bergantung pada penyakit yang
mendasarinya
 Pengurangan massa ginjal mengakibatkan
hipertrofi struktural dan fungsional nefron
yang masih tersisa (surviving nefron) sebagai
upaya kompensasi, yang diperantarai oleh
molekul vasoaktif seperti sitokin dan growth
factors-> hiperfiltrasi->peningkatan tekanan
kapiler dan aliran darah glomerolus.
 Dilanjutkan sclerosis nefron
 Peningkatan aktivitas aksis renin-
angiotensin-aldosteron intrarenal
(diperantarai growth factor seperti TGF-β)
 Akibat : hiperfiltrasi, sklerosis.
 Pada stadium paling dini CKD, terjadi kehilangan
daya cadang ginjal (renal reserve), pada keadaan
ini GFR masih normal, kemudian secara perlahan
tapi pasti akan terjadi penurunan fungsi nefron
yang progresif yang ditandaidengan
peningkatan kadar urea dan kreatinin serum.
 GFR 60% asimtomatik,urea kreatinin meningkat
 GFR 30% nocturia, badan lemah, mual, nafsu
makan kurang dan penurunan berat badan.
 GFR<30% :anemia, ganngguan metab0lisme
fosfor dan kalsium, mual muntah, pruritus dan
yang lainnya
 Diabetes Melitus
 Hipertensi
 Glomerulonefritis
 Nefritis Interstitialis
 Obstruksi dan infeksi
 Nefritis interstisialis
 Neoplasm
Indonesian Renal Registry. 7th report of Indonesian renal registry. IRR: 2014.
Glomerular Filtration Rate (GFR)
 Glomerular filtration rate (GFR) merupakan indikator
terbaik untuk menilai fungsi ginjal.
 GFR normal 120-125 mL/min/1.73 m2
 Adanya penurunan GFR hingga <60 mL/min/1.73 m2
selama> 3 bulan merupakan tanda dari penyakit ginjal
kronis.
 Jika GFR <15 mL/min/1.73 m2 maka seseorang dapat
dikatakan mengalami gagal ginjal,
Untuk mengetahui adanya penurunan fungsi
ginjal digunakan rumus estimasi GFR:

GFR (mL/min/1.73 m2) =


(140 - usia) x berat badan (kg)
72 x SCr (mg/dL)

*dikalikan 0,85 pada wanita


 Sesuai dengan penyakit yang mendasarinya
seperti DM, ISK, batu traktus urinarius,
hipertensi, hiperurikemi, SLE dan sebagainya
 Sindrom uremia terdiri dari lemah, letargi
anoreksia, mual muntah, nocturia,
volumeoverload, neuropati perifer, pruritus,
kejang sampai koma
 Gejala komplikasinya antara lain sesak,
hipertensi, anemia, osteodistrofi renal, payah
jantung, asidosis metabolic, gangguan
keseimbangan elektrolit
 Peningkatan ureum dan kreatinin serum,
 Penurunan GFR,
 Kelainan biokimiawi darah meliputi anemia,
hiperurisemia, hiper atau hypokalemia,
hyponatremia, hiper atau hipokloremia,
hiperfosfatemia, hipokalsemia, asidosis
metabolic.
 Pada urinalisis dapat ditemukan proteinuria,
hematuria, leukosuria, cast, isostenuria
 foto polos abdomen: dapat terlihat batu radio
opak
 Pielografi antergrad atau retrograde dilakukan
sesuai indikasi
 ultrasonografi ginjal dapat memperlihatkan
ukuran ginjal yang mengecil, korteks yang
menipis, adanya hidronefrosis atau batu ginjal,
kista, massa, klasifikasi
 pemeriksaan pemindaan ginjal atau renografi
dikerjakan bila ada indikasi.
Derajat LFG Rencana tatalaksana
(mL/mnt/1,73
m 2)
1 ≥90 Terapi penyakit dasar, kondisi komorbid, evaluasi
perburukan fungsi ginjal, perkecil risiko
kardiovaskular
2 60-89 Hambat perburukan fungsi ginjal
3 30-59 Evaluasi dan terapi komplikasi
4 15-29 Persiapan untuk terapi pengganti ginjal
5 <15 Terapi pengganti ginjal
 Konservatif
 Simtomatik
 Pengganti Ginjal
 Ketut Suwitra. Penyakit Ginjal Kronik. Aru WS,
Bambang S, Idrus A, Marcellus SK, Siti S, editor.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed. 4 Jilid I.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2007. hlm 570-3.
 Kidney Disease: Improving Global Outcomes
(KDIGO) CKD Work Group. KDIGO 2012 clinical
practice guideline for the evaluation and
management of chronic kidney disease. Kidney
Int Suppl. 2013;3:1–150.
 Indonesian Renal Registry. 7th report of
Indonesian renal registry. IRR: 2014.

Anda mungkin juga menyukai