Anda di halaman 1dari 20

CASE REPORT

DEMAM TYPHOID
PEMBAHASAN
KASUS
DEFINISI

Dengan gejala demam


Infeksi akut saluran > 7 hari, gangguan
Disebabkan bakteri
pencernaan  usus pencernaan, dengan
Salmonella thypi
halus atau tanpa penurunan
kesadaran
ETIOLOGI
S. typhi, S. paratyphi A, S. paratyphi B
(S.Schotmuelleri) dan S. paratyphi C (S.Hirschfeldii).

Bakteri Gram-negatif, mempunyai flagela, tidak


berkapsul, tidak membentuk spora. fakultatif
anaerob.

Antigen somatik (O) yang terdiri dari oligosakarida,


flagelar antigen (H) yang terdiri dari protein dan
envelope antigen (K) yang terdiri polisakarida.
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS

 Masa inkubasi rata-rata bervariasi antara 7 – 20


hari
 Minggu pertama  demam, nyeri kepala,
anoreksia, mual, muntah, konstipasi.
 Minggu kedua  berupa demam remiten, diare,
lidah tifoid, pembesaran hati dan limpa, perut
kembung dapat disertai ganguan kesadaran dari
yang ringan sampai berat.
 Lidah tifoid  lidah tampak kering,
dilapisi selaput tebal, di bagian belakang
tampak lebih pucat, di bagian ujung dan
tepi lebih kemerahan.
 Roseola  nodul kecil sedikit menonjol
diameter 2 – 4 mm, berwarna merah
pucat hilang pada penekanan, pada
daerah perut, dada, kadang-kadang
di bokong, fleksor lengan atas.
 Hepatosplenomegali
 Rose spot  ruam makulopapular
berwarna merah ukuran 1 – 5 mm, pada
abdomen, toraks, ekstremitas dan
punggung pada orang kulit putih.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah tepi
 Anemia ringan – berat
 Leukositosis
 Limfositosis
 Trombositopenia
2. Pemeriksaan Serologi

Uji Widal

Metode Enzyme
Tes Tubex
Immunoassay

ELISA
- Reaksi aglutinasi antara - Antigen O9 yang benar-
Uji Widal

Tes Tubex
antigen kuman S.typhi benar spesifik hanya
dengan antibodi  ditemukan pada Salmonella
aglutinin. serogrup D.
- Positif palsu  Jenis - Mendeteksi adanya antibodi
IgM dan tidak mendeteksi
serotipe Salmonella lain antibodi IgG dalam waktu
( S.Parathypi A, B, C) beberapa menit.
memiliki antigen O dan H
 2-3 negatif borderline
 4-5 positif
 >6 positif kuat
3. Pemeriksaan bakteriologis dengan isolasi
dan biakan kuman
 Diagnosis pasti demam tifoid dapat ditegakkan
bila ditemukan bakteri S. typhi dalam biakan
dari darah, urine, feses, sumsum tulang, cairan
duodenum atau dari rose spots
 Spesifisitasnya tinggi, sensitivitas rendah,
lamanya waktu yang dibutuhkan (5-7 hari) serta
peralatan yang lebih canggih untuk identifikasi
bakteri.
Invasif sehingga tidak dipakai dalam praktek
sehari-hari.
DIAGNOSIS

Klinis:
Penunjang:
(1) Demam
Pemeriksaan darah tepi,
(2) gangguan saluran
serologis, dan
pencernaan
bakteriologis
(3) gangguan kesadaran.
DIAGNOSIS BANDING

tuberkulosis, Pada demam


gastroenteritis infeksi jamur tifoid yang berat,
sistemik, sepsis.
TATALAKSANA
NON MEDIKAMENTOSA

Nutrisi:
TKTP rendah serat
Tirah Baring
Diet cair, bubur lunak,
tim, dan nasi biasa

Cairan Kompres Hangat


TATALAKSANA
MEDIKAMENTOSA

Simptomatik
• Antipiretik: Paracetamol
(10 mg/kg/kali peroral)
Antibiotik
Sefalosporin gen.III
Ceftriaxone
Cotrimoxazole
Chloramphenicol Dosis 100 mg/kg/hari
(Trimetoprim : IVdibagi dalam 1-2
50-100 mg/kg/hari Ampicillin dan
Sulfametoxazole = dosis (5-7hari)
dibagi menjadi 4 Amoxicillin
1:5)
dosis Cefotaxim
Dosis Trimetoprim Dosis 100-200
IV cukup 50 mg/kg/hari dibagi Dosis150-200
10 mg/kg/hari dan
mg/kg/hari menjadi 4 dosis mg/kg/hari IV dibagi
Sulfametoxzazole 50
Selama 10-14 hari mg/kg/hari dibagi dalam 3-4 dosis.
(2 minggu)
atau sampai 7 hari dalam 2 dosis. Cefixime
setelah demam↓
(2 minggu) Dosis10-15
mg/kg/hari peroral
(10 hari)
KOMPLIKASI
Pada Usus Halus Diluar Usus Halus

• Perdarahan usus • Bronkitis dan


• Perforasi usus bronkopneumonia
• Peritonitis • Kolesistitis
• Typhoid ensefalopati
• Meningitis
• Miokarditis
• ISK
• Karier kronik
PENCEGAHAN

Hindari minum
Cuci tangan. air yang tidak
dimasak.

Tidak perlu
Pilih makanan
menghindari
yang masih
buah dan
panas.
sayuran mentah.
PROGNOSIS

 Tergantung ketepatan terapi, usia, keadaan kesehatan


sebelumnya, dan ada tidaknya komplikasi.
 Di negara maju, dengan terapi antibiotik yang adekuat,
angka mortalitas <1%.
 Di negara berkembang, angka mortalitasnya >10%,
biasanya karena keterlambatan diagnosis, perawatan,
dan pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai