Anda di halaman 1dari 12

Inseminasi Buatan dan

Bayi Tabung
Kelompok 10
• Atanniya Ramadhanty
• Dwimela Refsi
• Hendriansyah
• Lisnawati
• Nisa kholilah
Inseminasi Buatan
Inseminasi buatan adalah penghamilan
buatan yang dilakukan terhadap wanita
dengan cara memasukan sperma laki-laki ke
dalam rahim wanita tersebut dengan
pertolongan dokter, istilah lain yang semakna
adalah kawin suntik, penghamilan buatan dan
permainan buatan (PB).

Bayi Tabung
Bayi tabung adalah metode untuk
membantu pasangan subur yang mengalami
kesulitan di bidang pembuahan sel telur
wanita oleh sel sperma pria. Secara teknis,
dokter mengambil sel telur dari indung telur
Pandangan Agama Islam Terhadap
Inseminasi Buatan dan Bayi Tabung
Masalah inseminasi buatan ini menurut
pandangan Islam termasuk masalah kontemporer
ijtihadiah, karena tidak terdapat hukumnya secara
spesifik di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah bahkan
dalam kajian fiqih klasik sekalipun. Oleh karena itu,
kalau masalah ini hendak dikaji menurut Hukum
Islam, maka harus dikaji dengan memakai metode
ijtihad yang lazimnya dipakai oleh para ahli ijtihad
(mujtahidin), agar dapat ditemukan hukumnya yang
sesuai dengan prinsip dan jiwa Al-Qur’an dan As-
Sunnah yang merupakan sumber pokok hukum
Islam. Namun, kajian masalah inseminasi buatan ini
Dalil-dalil syar’i yang dapat menjadi landasan
hukum untuk mengharamkan inseminasi
butan dengan donor

• Al-Qur’an surat Al-Isra ayat 70 :

”Dan sesungguhnya telah kami muliakan


anak-anak adam, kami angkat mereka
didaratan dan dilautan, kami beri mereka
rezeki dari yang baik-baik dan kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang sempurna
• Surat At-Tin ayat 4:

”seseungguhnya kami telah menciptakan


mnusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”

Kedua ayat tersebut menunjukan bahwa


manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai
makhluk yang mempunyai keistimewaan
sehingga melebihi makhluk-makhluk Tuhan
lainnya. Inseminasi buatan dengan donor itu
pada hakikatnya merendahkan harkat
manusia sejajar dengan hewan yang
diinseminasi.
• Majelis Ulama Indonesia (MUI)
1. Bayi tabung dengan sperma dan ovum dari
pasangan suami- istri yang sah hukumnya
mubah (boleh).
2. Sedangkan para ulama melarang penggunaan
teknologi bayi tabung dari pasangan suami-istri
yang dititipkan di rahim perempuan lain. “Itu
hukumnya haram”, karena di kemudian hari hal itu
akan menimbulkan masalah yang rumit dalam
kaitannya dengan warisan.
3. Bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari
suami yang telah meninggal dunia hukumnya
haram. “Sebab, hal ini akan menimbulkan masalah
yang pelik, baik dalam kaitannya dengan
penentuan nasab maupun dalam hal kewarisan.
4. Bayi tabung yang sperma dan ovumnya tak
• Nahdlatul Ulama (NU)
1. Apabila mani yang ditabung dan
dimasukan ke dalam rahim wanita tersebut
ternyata bukan mani suami-istri yang sah,
maka bayi tabung hukumnya haram.
2. Apabila mani yang ditabung itu mani
suami-istri dan cara mengeluarkannya
termasuk muhtaram, serta dimasukan ke
dalam rahim istri sendiri, maka hukum bayi
tabung menjadi mubah (boleh).
3. Apabila sperma yang ditabung tersebut
milik suami-istri, tetapi cara
mengeluarkannya tidak muhtaram, maka
Sebagaimana kita ketahui bahwa
inseminasi buatan pada manusia dengan
donor sperma dan ovum lebih banyak
mendatangkan mudharat dari pada
mashlahat.

Mashlahat yang dibawa inseminasi buatan


ialah membantu suami istri yang mandul,
baik keduanya atau salah satunya untuk
mendapatkan keturunan atau yang
mengalami gangguan pembuahan normal.
Mudharat
1. Pencampuran nasab, padahal islam sangat
menjaga kesucian / kehormatan
kelamin dan kemurnian nasab.
2. Bertentangan dengan sunatullah atau
hukum alam.
3. Inseminasi pada hakikatnya sama dengan
prostitusi, karena terjadi pencampuran
sperma pria dengan ovum wanita tanpa
perkawinan yang sah.
4. Bayi tabung lahir tanpa melalui proses
kasih sayang yang alami, terutama bayi
tabung lewat ibu titipan yang menyerahkan
bayinya kepada pasangan suami istri yang
Kesimpulan
Dengan demikian, mengenai hukum inseminasi
buatan dan bayi tabung pada manusia harus
diklasifikasikan persoalannya secara jelas. Bila
dilakukan dengan sperma atau ovum suami isteri
sendiri, baik dengan cara mengambil sperma suami
kemudian disuntikkan ke dalam vagina, tuba valopi
atau uterus isteri, maupun dengan cara
pembuahannya di luar rahim, kemudian buahnya
(vertilized ovum) ditanam di dalam rahim istri;
maka hal ini dibolehkan, asal keadaan suami isteri
tersebut benar-benar memerlukan inseminasi
buatan untuk membantu pasangan suami isteri
tersebut memperoleh keturunan. Hal ini sesuai

Anda mungkin juga menyukai