Anda di halaman 1dari 20

LITERATUR REVIEW :

Pengaruh Diabetes Self-Management Education (DSME) Terhadap Self Efficacy,


Perilaku Managemen Diri Dan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Penulisan Ilmiah dan Literatur Review
Dosen : Suryani SKp., MHSc., PhD.

Oleh :
Rosliana Dewi
220120160002

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


PEMINATAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJAJARAN
BANDUNG
2016
1. TOPIK
Pengaruh Diabetes Self-Management Education (DSME) Terhadap Self Efficacy,
Perilaku Managemen Diri Dan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2.

2. KATA KUNCI
Kata kunci yang digunakan adalah Diabetes Self Management Education, Self
Efficacy, Quality of Life, and Self Management.

3. SUMBER YANG DIGUNAKAN


Penelaahan artikel dilakukan melalui media elektronik yaitu database ProQuest,
CINAHL Ebscohost dan ScienceDirect. Artikel yang dipilih berupa hasil penelitian
pada rentang tahun 2006 – 2016. Diperoleh artikel sebanyak 890, 435 dan 228 dari
masing-masing database namun hanya 17 artikel yang sesuai dengan kriteria.

4. ALASAN PEMILIHAN SUMBER


a. Sumbernya jelas.
b. Isi jurnal relevan dengan topik.
c. Merupakan sumber primer.
d. Sumber yang dipakai jelas kredibilitasnya.
e. Sesuai dengan yang dibutuhkan untuk penulisan literature review.
5. SUMMARY JURNAL

Populasi &
No Topik Peneliti Tahun Metode Hasil Kesimpulan
Sampel
1. Pengaruh edukasi Nazli Atak, 2010 Desain Pasien DM Ada perbedaan setelah edukasi Ada pengaruh edukasi
terhadap Tanju Gurkan, percobaan Tipe 2, Usia pada pendidikan, diet, retinopati pada pengetahuan,
pengetahuan, Kenan Kose terkontrol rata-rata 40 diabetes, olahraga, perawatan kaki, perilaku manajemen diri
perilaku manajemen acak, lama tahun dan self efficacy. Tidak ada dan self efficacy
diri dan self-efficacy intervensi perbedaan pada kontrol gula darah,
pada pasien DM selama 2 kontrol berat badan, dan tekanan
tipe 2 minggu darah
2 Edukasi manajemen Marie Clark 2008 Review 11 Studies DSME adalah proses yang DSME merupakan
diri diabetes melibatkan banyak pihak untuk bagian yang
(DSME) : Ulasan membantu pasien memantau terkoordinasi dan
terhadap penelitian glukosa darah, memerlukan waktu, komprehensif dalam
yang diterbitkan dan proses yang berkelanjutan. upaya mengelola
Seluruh penelitian tentang DSME penyakit DM
membuktikan keefektifan DSME
dalam manajemen diri pasien DM
tipe 2
3 Self-efficacy dan Roberta Braun 2008 Cross 174 pasien Rata-rata skor self-efficacy dan Ada hubungan self-
perilaku manajemen Curtin, Brian Sectional anak dengan perilaku manajemen diri tinggi, efficacy dengan perilaku
diri pada pasien A. J. Walters penyakit ada hubungan self-efficacy dan manajemen diri
anak dengan kronis perilaku manajemen diri dengan
penyakit kronis demografi pasien, hasil klinis, dan
self-efficacy dengan perilaku
manajemen diri
4 Kualitas hidup Heloisa 2012 Studi 51 pasien Setelah intervensi edukasi, pada Program edukasi DM
pasien DM setelah Turcatto prospektif DM komponen fisik terdapat kenaikan memberikan kontribusi
mengikuti program Gimenes dan quasi skor pada status kesehatan umum, untuk meningkatkan
edukasi Faria, Vívian eksperimen fungsi tubuh dan nyeri tubuh. Pada status kesehatan umum
Saraiva Veras komponen mental ada kenaikan dan kualitas hidup
skor pada vitalitas, kesehatan pasien DM.
mental dan fungsi sosial
5 Standar nasional Martha M. 2012 Review Standar DSME merupakan proses Edukasi pada pasien DM
untuk edukasi Funnell nasional berkelanjutan yang memuat dilakukan untuk
manajemen diri untuk pengetahuan, keterampilan dan meningkatkan
diabetes (DSME) edukasi kemampuan perawatan diri pasien pengetahuan, strategi
manajemen DM. Terdapat 5 prinsip dan 10 perlakuan, stategi
diri diabetes standar pendidikan, intervensi
(DSME) psikososial dan
2007 perawatan kesehatan
6 Manajemen diri : Patricia A. 2014 Review - Fokus area dan pendekatan Manajemen diri terus
sebuah pendekatan Grady, Lisa manajemen diri adalah kejelasan tumbuh sebagai
komprehensif untuk Lucio Gough, konsep, bidang utama penelitian, pendekatan penting
managemen pada metodologi studi yang maju, untuk mengelola
kondisi kronis diseminasi dan komunikasi kondisi, mencegah
penelitian, penerapan kepada penyakit,
praktik klinis dan mempromosikan
kesehatan
7 Pengaruh perbedaan Maria de 2013 Review - Efek perbedaan tipe akan terjadi Proses edukasi
tipe edukasi Fátima article pada peran edukasi, jumlah merupakan bagian
manajemen diri Ferreira Grillo kelompok pasien, waktu kontak, penting dari perawatan
pada pasien DM adat dan budaya, teknologi, pasien DM, karena
professional kesehatan, efektivitas memungkinkan pasien
biaya, pemberdayaan teknik untuk mengelola
edukasi. penyakit mereka.
8 Efektivitas promosi Farzad 2014 Quasi 120 pasien Hasil menunjukkan perbaikan Program eduakasi
edukasi manajemen Jalilian, Fazel eksperimen DM yang signifikan dalam rata-rata berdasarkan HBM dapat
diri pada pasien DM Zinat Motlagh dengan waktu kerentanan, tingkat keparahan, meningkatkan
didasarkan pada intervensi manfaat dan manajemen diri pada manajemen diri dan
model keyakinan selama kelompok intervensi dan kontrol. efektif dalam
pada kesehatan 6 minggu Setelah intervensi, rata-rata dari pencegahan komplikasi
penghambat manajemen diri DM
menurun pada kelompok
intervensi.
9 Efektivitas relatif Patrick 2015 Desain 405 pasien Program manajemen diri telah Program manajemen diri
program manajemen McGowan percobaan DM tipe 2 mempengaruhi 5 indikator yaitu berpengaruh terhadap
diri pada pasien DM terkontrol kelelahan, manajemen gejala perilaku manajemen diri
Tipe 2 acak kognitif, self-efficacy, komunikasi pasien DM tipe 2
dengan dokter, skor pada skala
pemberdayaan pasien DM dan 2
variabel sosial yaitu keterbatasan
peran, dan tingkat hasil analisis
menunjukkan 4 dari 5 indikator
secara statistik signifikan yaitu
kelelahan, manajemen gejala
kognitif, komunikasi dengan
dokter dan skala pemberdayaan
pasien DM tipe 2
10 Dampak manajemen Marzieh 2012 Desain 70 pasien Analisis data menunjukkan Manajemen diri efektif
diri pada indikator Moattari percobaan yang penurunan yang signifikan rata- dalam mengurangi
kontrol metabolik terkontrol terrgantung rata gula darah puasa (69 unit) dan indikator kontrol
pasien DM acak pada insulin HbA1c (1,16 unit) pada kelompok metabolik yaitu gula
eksperimen. Perubahan HbA1c, darah puasa, HbA1c
gula darah puasa, dan kepadatan pada pasien DM yang
tinggi lipoprotein yang signifikan tergantung insulin
antara kedua kelompok penelitian.
Namun, tidak ada perbedaan yang
signifikan dalam indeks massa
kolesterol, trigliserida, low-density
lipoprotein, dan tubuh antara
kedua kelompok.
11 Review peran kunci Siamak 2013 Narrative Penelitian Situasi perawatan diri pasien DM Perawatan diri memiliki
self-efficacy dalam Mohebi, Leila review study publikasi dari tidak memuaskan karena tingkat peran penting dalam
perawatan diabetes Azadbakht 2009-2011 self-efficacy pasien rendah. Studi mengendalikan penyakit
membuktikan bahwa ada DM. Self-efficacy
hubungan langsung antara self- sangat penting dalam
efficacy dan perawatan diri. mengubah proses
Meningkatkan self-efficacy akan perilaku perawatan diri
memiliki kekuatan untuk
memprediksi perilaku perawatan
diri

12 Manajemen dan Wissam 2014 Metode 200 pasien Dari komponen QOL, lebih dari Diabetes mempengaruhi
dampak diabetes Mustapha, kuantitatif DM 1/3 pasien merasa mobilitas baik kesehatan fisik dan
pada kualitas hidup Zakia S terhambat, kurang dari setengah emosional. Untuk
komunitas Lebanon Hossain (48,5%) berusaha untuk meningkatkan kualitas
di Sydney: ebuah kebersihan dan perawatan, dan hidup pasien harus
studi kuantitatif 74% kesulitan di tempat kerja. mengefektifkan
Selain itu, pasien DM yang parah manajemen diabetes.
80% dari mereka mencoba untuk
melakukan pekerjaan rumah
tangga; lebih dari 75% merasa
sakit, 73,5% mengalami
kecemasan dan depresi akibat
diabetes. Hasil uji t menunjukkan
bahwa laki-laki lebih mungkin
mengikuti rencana pengobatan
dibandingkan perempuan,
sementara ANOVA menunjukkan
bahwa pasien setengah baya secara
signifikan lebih percaya diri.
Hasilnya cukup signifikan pada p
<0,05

13 Membuat dan Marit B. Rise 2013 Studi 23 pasien Pengetahuan dan pendidikan Pengetahuan digunakan
mempertahankan Kualitatif DM tipe 2 penting untuk membuat perubahan untuk membuat dan
perubahan gaya gaya hidup. Tiga faktor yang mempertahankan
hidup setelah mempengaruhi perubahan gaya perubahan dalam diet,
berpartisipasi dalam hidup yaitu memperoleh pengobatan dan aktivitas
edukasi manajemen pengetahuan baru, mengambil fisik. Mereka yang
diri pasien DM Tipe tanggung jawab, dan menerima terkena penyakit DM
2 : konfirmasi dari yang sudah perlu edukasi untuk
Studi Kualitatif bergaya hidup sehat. Empat faktor merubah perilaku
termotivasi untuk manajemen diri
mempertahankan perubahan:
dukungan dari orang lain,
mengalami efek, takut komplikasi,
dan pembentukan kebiasaan baru.
14 Program Persiapan Elham 2015 Desain 350 pasien Kelompok PDSME menunjukkan Program PDSME efektif
Diabetes Self- Shakibazadeh, percobaan DM tipe 2 perbaikan yang signifikan pada dalam meningkatkan
Management Leona Kay terkontrol HbA1c. Perbaikan signifikan hasil kognitif
Education Bartholomew acak dengan secara statistik terlihat pada pasien manajemen diri dan
(PDSME) : Evaluasi studi PDSME untuk perilaku perawatan klinis
keefektifan di Iran prospektif diri, keyakinan kesehatan, sikap
terhadap diabetes, stigma, self-
efficacy dan kepuasan pasien.
15 Dampak pedoman Nadia 2016 Quasi 50 pasien Ada perbaikan yang signifikan Studi ini menunjukkan
pendidikan Mohamed eksperimen DM tipe 2 secara statistik pada pengetahuan efektivitas pedoman
kesehatan pada Taha dengan desin pasien (p <0,001), self-efficacy (p intervensi pendidikan
pengetahuan, tidak <0,001), dan manajemen diri kesehatan dan self-
praktik managemen dikontrol (P <0,001). Analisis multivariat efficacy dalam
diri dan menunjukkan bahwa pengetahuan meningkatkan
self-efficacy pasien dan self-efficacy mempengaruhi perilaku manajemen diri
DM tipe 2 manajemen diri. dan praktik perawatan
diri.

15 Analisis faktor- Azar Tol, 2015 Studi cross 140 pasien Hasil penelitian menunjukkan Promosi kesehatan pada
faktor yang Gholamreza sectional DM tipe 2 bahwa kualitas hidup pasien DM diabetes harus
mempengaruhi Sharifirad, tipe 2 memiliki korelasi yang memperhatikan self-
kualitas hidup Ahmadali signifikan secara statistik dengan efficacy dan variabel
pasien DM tipe 2 Eslami, variabel distress diabetes (P distress diabetes dalam
<0,001) dan variabel self-efficacy meningkatkan efisiensi
(P <0,001). Regresi multivariat dan efektivitas
menunjukkan distress diabetes (b =
-0,277, P = 0,01) dan self-efficacy
(b = -0,161, P <0,001) sebagai
variabel yang mempengaruhi
manajemen diri
16 Terapi edukasi pada David 2013 Desain 99 pasien Pada kelompok TPE HbA1c secara Penelitian ini
remaja dengan DM Trouilloud and percobaan DM tipe 2 signifikan menurun (p <0,001), menegaskan bahwa
tipe 2 : Pengaruh Jennifer terkontrol aktivitas fisik meningkat (p < intervensi TPE
intervensi 3 hari Regnier acak 0.001), kepatuhan meningkat (p < meningkatkan gaya
terhadap 0.001), kompetensi meningkat hidup dan status
kompetensi, (p<0.001) kesehatan pasien DM
perilaku manajemen tipe 2 secara signifikan.
diri dan kontrol gula
darah

17 Pengaruh DSME Chuang Yuan, 2014 Desain 76 pasien Ada penurunan yang signifikan DSME dapat
terhadap berat Christopher percobaan DM tipe 2 dalam HbA1c (HbA1c, -0,2 ± meningkatkan HbA1c
badan, kontrol gula W. K. Lai, kontrol blok 0,56% dibandingkan 0,08 ± dan berat badan pada
darah dan tanda Lawrence W. acak 0,741%; 𝑃 <0,05) dan berat badan pasien DM tipe 2.
metabolik lain pada C. Chan (-1,19 ± 1,39 kg dibandingkan -
pasien DM tipe 2 0,61 ± 2,04 kg; 𝑃 <0,05) pada
kelompok intervensi dibandingkan
dengan kelompok kontrol. Namun,
tidak ada perbaikan signifikan
yang ditemukan di tanda metabolik
lainnya, CIMT dan CAS (𝑃> 0,05)
6. LITERATUR REVIEW

A. Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) menurut American Diabetes Asociation (ADA) merupakan


suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Perkeni, 2011). Menurut ADA, DM
dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tipe yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM gestasional dan
DM tipe lain. Dibandingkan dengan tipe yang lain DM tipe 2 merupakan salah satu jenis
yang paling banyak di temukan yaitu lebih dari 90-95% (ADA, 2011). Jika tidak dikelola
dengan baik maka DM tipe 2 akan mengakibatkan terjadinya berbagai komplikasi secara
fisik yaitu akut dan kronis yang meliputi komplikasi akut seperti hipoglikemi, hiperglikemi,
hiperglikemi non-ketotik. Komplikasi kronis yaitu mikrovaskuler dan makrovaskuler
(Baradero, 2009).
DM tipe 2 dan komplikasinya mengancam kesehatan bagi pasiennya. Meskipun
perkembangan kedokteran dan farmakologi secara signifikan maju melalui pengobatan dan
manajemen DM dalam beberapa tahun terakhir, dalam praktiknya penanganan penyakit DM
yang optimal tetap sulit dicapai. Banyak penelitian menunjukkan bahwa peran sentral pasien
DM sendiri sangat menentukan status kesehatan mereka. Hal ini menjadi tantangan bagi
pasien untuk mengelola sendiri atau memanajemen diri atas kondisi kesehatan mereka (Clark,
2008).

B. Manajemen Diri
Manajemen diri adalah keterlibatan pasien terhadap seluruh aspek dalam penyakit
kroniknya dan implikasinya, termasuk manajemen medis, perubahan dalam peran sosial dan
pekerjaan, serta koping (Taylor, 2006). Manajemen diri yang dilakukan oleh pasien dengan
penyakit kronis merupakan kunci dalam penatalaksanaan penyakit secara komprehensif.
Manajemen DM secara mandiri dapat diperoleh secara efektif jika pasien memiliki
pengetahuan, keterampilan dan self-efficacy untuk melakukan perilaku pengelolaan DM
(Atak,2010).
Menurut Curtin (2008), Terdapat 5 dimensi yang menjadi indikator manajemen diri
yaitu (1) komunikasi, pasien berkomunikasi dengan dokter berkaitan dengan informasi
tentang penyakit atau gejala yang dirasakannya dan dokter menerima informasi serta
memberikan perhatian dalam melakukan pengobatan, (2) kemitraan dalam perawatan,
kemitraan diwujudkan dalam komunikasi yang efektif dan kerjasama yang terjalin baik antara
pasien dengan tim perawatan, (3) aktivitas perawatan diri, pasien terlibat langsung dan aktif
dalam melakukan perawatan, (4) self-advokasi, kesediaan pasien untuk bertindak positif demi
kepentingan mereka, pasien membuat keputusan, konsultasi dan melakukan kontrol dan
pengobatan atas kesadaran sendiri dan (5) kepatuhan, pasien patuh terhadap segala anjuran
yang diharuskan selama perawatan. Dalam berbagai penelitian menunjukkan betapa
pentingnya manajemen diri bagi pasien DM karena manajemen diri banyak mempengaruhi
proses pengobatan, perawatan dan penyembuhan pasien DM.
Penelitian Moattari (2012) yang dilakukan terhadap 70 sampel pada pasien DM antara
1-23 tahun dengan metode RCT (Randomized Control Trial) dimana kelompok intervensi
menunjukkan keefektifan manajemen diri dalam memperbaiki dua indikator penting gula
darah yaitu gula darah puasa dan HbA1c. Penelitian lain yang mendukung adalah penelitian
McGowan (2015). Penelitian ini menggunakan 6 indikator dengan 30 pengukuran yang
meliputi status kesehatan, perilaku manajemen diri, self-efficacy, pemanfaatan pelayanan
kesehatan, manajemen DM dan tes laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
program manajemen diri memiliki pengaruh yang kuat terhadap 5 dari 30 pengukuran pada
pasien DM yaitu kelelahan, gejala kognitif, self-efficacy, komunikasi dengan dokter dan skor
Diabetes Empowerment Scale.
Selain itu berdasarkan penelitian Grady (2014) terhadap penyakit kronis menunjukkan
bahwa pada kondisi yang kronis manajemen diri akan terus tumbuh sebagai pendekatan
penting untuk mengelola kondisi tersebut. Karena kondisi penyakit kronis umumnya lambat
dalam perkembangan dan panjang dalam durasinya. Manajemen diri dapat menawarkan
mereka yang hidup dengan kondisi penyakit kronis untuk mempertahankan atau bahkan
meningkatkan kualitas hidup sepanjang hidupnya. Manajemen diri melibatkan pasien,
keluarga, masyarakat, dan dokter dimana mereka terlibat dalam kemitraan untuk mengelola
dan mengendalikan penyakit serta melakukan perawatan komprehensif.
Manajemen diri pasien DM mengharuskan individu dengan penyakit tersebut sering
memonitor kadar glukosa darah dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk menjaga
gula darah dalam tingkat normal. Hal ini bisa dicapai dengan edukasi manajemen diri, self-
monitoring dan dukungan sosial.

C. Edukasi Manajemen Diri

Pada Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia tahun 2011,


penatalaksanaan dan pengelolaan DM dititik beratkan pada 4 pilar penatalaksanaan DM,
yaitu: edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani dan intervensi farmakologis. Berdasarkan 4
pilar tersebut, edukasi merupakan bagian penting dalam pengelolaan DM dan prosesnya
melibatkan tim kesehatan. Mereka mendampingi pasien dalam perubahan perilaku sehat yang
memerlukan partisipasi aktif dari pasien dan keluarganya. Upaya edukasi dilakukan secara
komprehensif dan berupaya meningkatkan motivasi pasien untuk memiliki perilaku sehat
(Perkeni, 2010).
Tujuan dari edukasi managemen diri pasien DM adalah mendukung usaha pasien DM
untuk mengerti perjalanan alami penyakitnya dan pengelolaannya, mengenali masalah
kesehatan/komplikasi yang mungkin timbul secara dini/saat masih reversible, kepatuhan
perilaku pemantauan dan pengelolaan penyakit secara mandiri, dan perubahan
perilaku/kebiasaan kesehatan yang diperlukan. Edukasi pada pasien DM meliputi pemantauan
glukosa mandiri, perawatan kaki, kepatuhan pengunaan obat-obatan, berhenti merokok,
meningkatkan aktifitas fisik, dan mengurangi asupan tinggi kalori dan tinggi lemak. Pasien
DM yang diberikan edukasi dan pedoman dalam manajemen diri akan mengubah pola
hidupnya, sehingga dapat mengontrol kadar glukosa darah dengan baik.
Penelitian Taha (2016) yang dilakukan di klinik rawat jalan endokrinologi dan
metabolisme dengan menggunakan quasi eksperimen terhadap 50 orang sampel dengan
pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah pemberian pedoman dan edukasi diabetes
menunjukkan bahwa pedoman dan edukasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
pengetahuan, perilaku manajemen diri dan self-efficacy pasien DM Tipe 2. Dalam penelitian
ini juga pengetahuan, perilaku manajemen diri dan self-efficacy banyak dipengaruhi oleh
lama menderita, jenis perawatan, tempat tinggal dan tingkat pendidikan.
Penelitian lain yang memperkuat adanya pengaruh edukasi adalah penelitian Trouilloud
(2013). Dalam penelitian ini mengukur pengaruh program edukasi terhadap tiga variabel
yaitu kontrol gula darah (HbA1c), manajemen diri diabetes dan kompetensi yang dirasakan.
Penelitian menggunakan RCT yang dilakukan pada 99 responden menunjukkan bahwa secara
umum edukasi yang digunakan dalam penelitian ini memberikan dampak positif terhadap
perubahan hasil klinis yaitu kontrol gula darah dan kepatuhan pada dua komponen utama
manajemen diri diabetes yaitu aktivitas fisik dan diet. Penelitian ini menunjukkan bahwa
program edukasi memiliki pengaruh yang kuat untuk memperbaiki gaya hidup dan status
kesehatan pasien DM tipe 2 secara signifikan.
Salah satu bentuk edukasi yang dapat diberikan pada pasien DM tipe 2 adalah Diabetes
Self-management Education (DSME). Dalam artikelnya Funnell (2012) mengemukakan
bahwa DSME merupakan suatu proses yang berkelanjutan yang dilakukan untuk
memfasilitasi pengetahuan, keterampilan dan kemampuan perawatan mandiri (self care) yang
sangat dibutuhkan oleh pasien DM. Funnell juga menyatakan bahwa DSME bertujuan untuk
mendukung pengambilan keputusan, perilaku perawatan diri, pemecahan masalah dan
kolaborasi aktif dengan tim kesehatan untuk memperbaiki hasil klinis, status kesehatan, dan
kualitas hidup pasien DM.
Prinsip utama DSME menurut Funnell (2012) adalah edukasi pasien DM efektif dalam
memperbaiki hasil klinis dan kualitas hidup meskipun dalam jangka pendek. DSME telah
berkembang menjadi lebih teoritis yang berdasarkan pada model pemberdayaan pasien,
program edukasi yang menggabungkan strategi perilaku dan psikososial terbukti dapat
memperbaiki hasil klinis, dukungan yang berkelanjutan dan merupakan aspek yang sangat
penting untuk mempertahankan kemajuan yang diperoleh pasien selama program DSME.
Selain itu Jack (2004) menyatakan DSME menggunakan metode pedoman, konseling,
dan intervensi perilaku untuk meningkatkan pengetahuan mengenai penyakit DM dan
meningkatkan keterampilan pasien dan keluarga dalam mengelola penyakit DM. Komponen-
komponen DSME menurut Schumacher dan Jancksonville (Rodhianto, 2012) adalah 1)
Pengetahuan dasar tentang DM, meliputi definisi, patofisiologi dasar, alasan pengobatan, dan
komplikasi diabetes; 2) Pengobatan, meliputi definisi, tipe, dosis, dan cara menyimpan.
Penggunaan insulin meliputi dosis, jenis insulin, cara penyuntikan, dan lainnya. Penggunaan
Obat Hipoglikemik Oral (OHO) meliputi dosis, waktu minum dan lainnya; 3) Monitoring,
meliputi penjelasan monitoring yang perlu dilakukan, pengertian tujuan, dan hasil dari
monitoring, dampak dari hasil dan strategi lanjutan, peralatan yang digunakan dalam
monitoring, frekuensi, dan waktu pemeriksaan; 4) Nutrisi, meliputi fungsi nutrisi bagi tubuh,
pengaturan diet, kebutuhan kalori jadwal makan, manajemen nutrisi saat sakit, kontrol berat
badan, gangguan makan dan lainnya; 5) Olahraga dan aktivitas, meliputi kebutuhan evaluasi
kondisi medis sebelum melakukan olahraga, penggunaan alas kaki dan alat pelindung dalam
berolahraga, pemeriksaan kaki dan alas kaki yang digunakan, dan pengaturan kegiatan saat
kondisi metabolisme tubuh sedang buruk; 6) Stres dan psikososial, meliputi identifikasi
faktor yang menyebabkan terjadinya disstres, dukungan keluarga dan lingkungan dalam
kepatuhan pengobatan; 7) Perawatan kaki, meliputi insidensi gangguan pada kaki, penyebab,
tanda dan gejala, cara mencegah, komplikasi, pengobatan, rekomendasi pada pasien dan
jadwal pemeriksaan berkala; 8) Sistem pelayanan kesehatan dan sumber daya, meliputi
pemberian informasi tentang tenaga kesehatan dan sistem pelayanan kesehatan yang ada di
lingkungan pasien yang dapat membantunya.
DSME memainkan peran penting dalam manajemen klinis diabetes. Banyak penelitian
sebelumnya telah menunjukkan bahwa DSME memperbaiki metabolisme pasien,
gaya hidup sehat dan mencegah perkembangan aterosklerosis pada pasien DM tipe 2.
Penelitian Yuan (2014) menguji keefektifan DSME. Indikator DSME yang digunakan
meliputi makanan sehat, aktivitas, pemantauan, pengobatan, pemecahan masalah,
pengurangan resiko dan mekanisme koping. DSME diberikan 2 jam perminggu selama
8 minggu dengan membagi pasien menjadi kelompok kontrol 44 pasien dan kelompok
intervensi 44 pasien. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh yang sangat signifikan DSME
terhadap berat badan, kontrol gula darah dan penanda metabolik lainnya. DSME berperan
menurunkan berat badan, HbA1c, Body Massa Index (BMI) dan total kolesterol.
Penelitian Clark (2008) juga menunjukkan bahwa DSME merupakan proses multiphase
yang membantu pasien untuk memantau glukosa darah mereka atau melakukan pengobatan
yang dianjurkan. Dalam artikelnya, Clark menyatakan bahwa untuk meningkatkan status
kesehatan pasien DM memerlukan dukungan dan waktu, DSME bisa mengatasi hal ini karena
DSME merupakan proses yang berkelanjutan dan tidak hanya satu kali. Secara umum, artikel
ini menjelaskan bahwa DSME merupakan pendekatan yang komprehensif dan terkoordinasi
dalam perawatan pasien DM. DSME juga secara jangka panjang akan secara efektif
memperbaiki kontrol gula darah, mengurangi resiko penyakit mikrovaskuler dan
kardiovaskular serta akhirnya bisa meningkatkan kualitas hidup pasien DM.
Penelitian Rise (2013) juga menguji keefektifan DSME terhadap perubahan gaya hidup
pasien DM tipe 2. Penelitian ini menggunakan studi kualitatif melalui wawancara semi
terstruktur terhadap 23 pasien DM tipe 2 yang terdiri dari 14 perempuan dan 9 laki-laki.
Perubahan gaya hidup yang diukurnya meliputi penerimaan pengetahuan yang baru, rasa
tanggung jawab, mendapatkan konfirmasi gaya hidup sehat, mendapatkan dukungan,
merasakan perubahan, ketakutan adanya komplikasi dan perubahan perilaku. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dengan melakukan DSME, pasien mendapatkan pengetahuan baru
sehingga bisa digunakan untuk memperbaiki gaya hidupnya. Ada empat faktor yang
memotivasi mereka melakukan perubahan gaya hidup yaitu adanya dukungan, merasakan
perubahan, ketakutan adanya komplikasi dan perubahan perilaku. Keempat faktor ini
memotivasi pasien untuk memanajemen penyakit DM yang mereka alami.
Berdasarkan beberapa penelitian diatas menunjukkan bahwa DSME merupakan bagian
yang tak terpisahkan dalam upaya mengelola penyakit DM Tipe 2. Dalam pelaksanaannya,
ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum program ini dilaksanakan. Berdasarkan
artikel Grillo (2013), ada berbagai macam intervensi edukasi yang diuji akan tetapi sampai
sekarang tidak ada model yang menjadi standar dan diakui paling efektif. Meskipun ada
berbagai macam model dan belum ada yang dijadikan model standard, hasil penelaahan
menununjukkan bahwa DSME bisa mengurangi HbA1c sekitar 0,5%, dan pengaruh terbesar
diamati pada pasien dengan HbA1c > 8%, pemberian edukasi secara individu maupun
kelompok sama-sama mengurangi HbA1c tetapi edukasi secara kelompok lebih cocok
digunakan pada kelompok masyarakat di daerah dengan jumlah pasien yang banyak,
pengaruh edukasi akan menurun dari waktu ke waktu oleh karena itu intensifikasi dan waktu
yang lebih lama untuk kontak dengan edukator harus dipertimbangkan ketika merencanakan
program edukasi. Dalam membuat program edukasi, hal yang harus dipertimbangkan adalah
budaya yang berlaku di lingkungan pasien tersebut dan teknologi yang harus digunakan,
tenaga educator yang bertanggungjawab hanya berperan sebagai fasilitator dan bertugas
memandirikan pasien sehingga pasien bisa mampu melakukan perawatannya secara mandiri.

D. Self Efficacy

Self-efficacy merupakan suatu keyakinan individu akan kemampuan dirinya untuk


melakukan tugas–tugas perawatan diri dan berusaha untuk mencapai tujuannya dengan baik.
Secara khusus, self efficacy pasien DM tipe 2 dalam pendekatan intervensi keperawatan
difokuskan pada keyakinan pasien akan kemampuannya untuk mengelola, merencanakan,
memodifikasi perilaku sehingga memiliki kualitas hidup yang baik (Ariani, 2011). Menurut
Bandura (2007), self-efficacy mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir, merasa,
memotivasi diri sendiri, dan bertindak. Self-efficacy sangat berpengaruh pada bagaimana
seseorang membuat keputusan dan bertindak sesuai dengan yang diharapkan (Atak, 2010).
Dalam artikelnya Mohebi (2013) menyatakan bahwa self-efficacy merupakan salah satu
faktor yang efektif dalam mempengaruhi perawatan diri pada penyakit kronis termasuk DM
tipe 2. Self-efficacy didefinisikan sebagai penilaian orang terhadap kemampuan pasien untuk
mengatur dan melaksanakan program tindakan yang diperlukan agar mencapai hasil yang
diinginkan atau diharapkan. Self-efficacy adalah konsep penting yang berasal dari teori
kognitif sosial yang mengacu pada keyakinan dan penilaian terhadap tugas dan tanggung
jawabnya. Dalam artikel ini juga dinyatakan bahwa manusia memiliki sistem manajemen diri
dengan jalan mengendalikan pikiran mereka sendiri, emosi dan perilaku sehingga secara
signifikan menentukan nasib mereka sendiri. Self-efficacy mengacu pada penilaian orang
dalam kaitannya dengan kemampuan untuk melakukan pekerjaan dan terinspirasi dari sumber
yang berbeda seperti prestasi, kegagalan, dan kesuksesan orang lain. Orang-orang, yang
memiliki self-efficacy yang tinggi akan memiliki lebih banyak ketekunan, kesabaran dan
selalu berusaha untuk melawan rasa takut. Untuk mencapai hal tersebut, mereka khususnya
pasien DM harus menerima pelatihan dan penyuluhan dalam rangka untuk merencanakan
pengelolaan DM sehingga dengan self-efficacy yang tinggi bisa mengendalikan penyakit
mereka dan mencegah efek samping yang dideritanya. Kesimpulannya dalam artikel ini
dinyatakan bahwa self-efficacy mempengaruhi kinerja dan perilaku dan bisa menjadi penentu
dalam keberhasilan pasien DM atau masyarakat dalam perawatan diri. Oleh karena itu, dalam
proses proses perawatan diri pada pasien DM, self-efficacy menjadi sangat penting.
Banyak faktor yang mempengaruhi self-efficacy pada pasien DM salah satunya adalah
edukasi manajemen diri. Penelitian Jalilian (2014) tentang keefektifan edukasi manajemen
diri dilakukan terhadap 120 sampel yang terbagi ke dalam dua kelompok yaitu 60 orang
sampel kelompok kontrol dan 60 orang sampel kelompok intervensi. Penelitian ini
menggunakan pendekatan longitudinal pre dan post test dengan teknik pengumpulan data
melalui kuisioner sebanyak 58 pertanyaan yang meliputi demografi, Health Belief Model
(HBM) yang didalamnya memuat self-efficacy dan perilaku manajemen diri. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan rata-rata self-efficacy pada pasien DM setelah
diberikan edukasi manajemen diri. Hasil ini membuktikan bahwa program edukasi
manajemen diri mempengaruhi peningkatan self-efficacy pasien DM.
Penelitian Atak (2010) semakin menegaskan pengaruh edukasi manajemen diri
terhadap self-efficacy. Penelitian ini menggunakan teknik RCT dengan membagi 40 orang
sampel kelompok intervensi dan 40 orang sampel kelompok kontrol. Edukasi manajemen diri
diberikan hanya kepada kelompok intervensi selama 2 minggu. Edukasi dilaksanakan selama
90 menit kepada 7-12 pasien, dalam satu kelompok dibagi ke dalam 2 sesi selama satu
minggu dengan masing-masing sesi 45 menit. Instrument self-efficacy menggunakan
Diabetes Self Efficacy Scale yang terdiri dari 6 item. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan skor self-efficacy sebelum dan sesudah intervensi dilakukan, disamping
itu terdapat perbedaan skor self efficacy antara kelompok kontrol dengan kelompok
intervensi. Hasil skor memperlihatkan adanya peningkatan skor self-efficacy yang signifikan
pada kelompok intervensi sekaligus menunjukkan bahwa edukasi manajemen diri secara
signifikan mempengaruhi self efficacy pasien DM tipe 2.
E. Perilaku Managemen Diri

Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap rangsangan dari luar.
Perilaku manajemen diri termasuk ke dalam perilaku sakit, yang diartikan sebagai segala
bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit agar memperoleh kondisi
yang lebih baik (Notoatmodjo, 2014). Maka perilaku manajemen diri pasien DM adalah suatu
aktivitas atau tindakan yang dilakukan oleh pasien DM dalam menghadapi dan mengelola
penyakitnya agar kondisinya menjadi lebih baik. Perilaku manajemen diri pasien DM tipe 2
sangat bergantung kepada beberapa faktor yang mempengaruhinya salah satunya adalah
edukasi manajemen diri.
Penelitian Atak (2010) menunjukkan bahwa edukasi manajemen diri pasien DM sangat
mempengaruhi perilaku manajemen dirinya. Dalam penelitian ini perilaku manajemen diri
dicerminkan dalam olahraga, pencegahan hipoglikemi, monitoring glukosa darah, kontrol
berat badan, retinopati diabetes, perawatan kaki dan pengukuran tekanan darah. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa edukasi manajemen diri mempengaruhi perilaku
manajemen diri. Indikator perilaku manajemen diri yang paling dipengaruhi adalah perbaikan
retinopati diabetes dan olahraga atau jalan kaki secara regular. Hasil penelitian ini
memperlihatkan bahwa edukasi manajemen diri dalam jangka pendek memiliki pengaruh
terhadap perilaku manajemen diri. Tetapi pada prosesnya manajemen diri pasien diabetes
memerlukan waktu yang panjang sehingga diperlukan edukasi manajemen diri yang
berkelanjutan.
Penelitian Shakibazadeh (2015) dilakukan di Iran untuk menguji keefektifan DSME
terhadap perilaku manajemen diri. Penelitian mengambil 280 orang pasien yang dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok intervensi. DSME diberikan
kepada kelompok intervensi selama 2,5 jam selama 8 minggu dengan pengukuran dilakukan
setiap 2 minggu. Indikator perilaku manajemen diri meliputi diet, olahraga, pengukuran
glukosa darah, perawatan kaki dan kebiasaan merokok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
DSME memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku manajemen diri terutama pada
indikator diet, olahraga, pengukura glukosa darah dan perawatan kaki. Secara umum
penelitian ini menunjukkan keefektifan program DSME dalam memperbaiki perilaku
manajemen diri, hasil klinis dan pengetahuan pasien DM tipe 2.
F. Kualitas Hidup Pasien DM Tipe 2
Kreitler & Ben (2004) mengungkapkan kualitas hidup diartikan sebagai persepsi
individu mengenai keberfungsian mereka di dalam bidang kehidupan. Lebih spesifiknya
adalah penilaian individu terhadap posisi mereka di dalam kehidupan, dalam konteks budaya
dan sistem nilai dimana mereka hidup dalam kaitannya dengan tujuan individu, harapan,
standar serta apa yang menjadi perhatian individu (Nofitri, 2009).
Kualitas hidup yang berkaitan dengan kesehatan Health-related Quality of Life (HQL)
mencakup keterbatasan fungsional yang bersifat fisik maupun mental, dan ekspresi positif
kesejahteraan fisik, mental, serta spiritual. HQL dapat digunakan sebagai sebuah ukuran
integratif yang menyatukan mortalitas dan morbiditas, serta merupakan indeks berbagai unsur
yang meliputi kematian, morbiditas, keterbatasan fungsional, serta keadaan sehat sejahtera
(well-being) (Micheal J.Gibney, 2009).
Komplikasi kronis dan permasalahan penyakit DM memiliki dampak yang besar pada
kualitas hidup pasien, keluarga dan masyarakat. Peningkatan kualitas hidup pada pasien DM
tipe 2 sangat ditekankan dalam manajemen diri dabetes dan juga merupakan tujuan paling
dasar dari manajemen diri diabetes. Oleh karena itu kualitas hidup dianggap sebagai hasil
penting dari semua tindakan atau intervensi kesehatan. Fakta ini menunjukkan bahwa kualitas
hidup dianggap sebagai konsekuensi jangka panjang dari pasien DM (Tol, 2015).
Penyakit DM dapat mempengaruhi kehidupan pasien dalam banyak cara yaitu
emosional, fisik, finansial dan sosial. Penelitian terbaru menunjukkan penyakit DM yang
sering dikaitkan dengan berbagai masalah psikologis dan gangguan mental, yang tidak hanya
menyebabkan rasa sakit tetapi juga mempengaruhi pengobatan dan perjalanan penyakit.
Dampak psikososial akibat penyakit DM dan pengobatannya dapat menyebabkan masalah
psikologis dan mental seperti rasa terancam, kehilangan aktivitas, kurangnya peran dalam
sosial kemasyarakatan. Kondisi ini dapat menyebabkan sifat agresif, defensif, kemarahan
berlebihan, iritabilitas, kecurigaan dan lain sebagainya (Mustapha. 2014).
Penelitian Mustapha (2014) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara
edukasi diabetes dengan kualitas hidup. Penelitian ini menggunakan 200 orang sampel
berusia 40-55 tahun. Skala kualitas hidup menggunakan CED-Scale yang meliputi mobilitas,
perawatan diri, aktivitas kebiasaan, kenyamanan dan kecemasan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pasien yang mendapatkan edukasi diabetes lebih baik dalam mobilitas,
kreatifitas dan kegiatannya dibandingkan dengan pasien yang tidak atau sedikit mendapatkan
eduaksi diabetes. Selain itu pasien yang tidak mendapatkan eduaksi kurang percaya diri
dalam menjalani pengelolaan dan perawatannya mendapatkan edukasi diabetes.
Penelitian Faria (2013) semakin memperkuat pengaruh edukasi manajemen diri
diabetes terhadap kualitas hidup pasien DM. Penelitian menggunakan quasi eksperimen
dengan ukuran sampel sebanyak 51 orang pasien yang dibagi ke dalam 4 kelompok. Edukasi
diabetes berisi tentang konsep, patofisiologi dan terapi DM, aktivitas fisik, nutrisi, asuhan dan
latihan perawatan kaki, monitoring sendiri, hipoglikemi, komplikasi kronik, kondisi khusus
dan dukungan keluarga. Sedangkan kuisioner kualitas hidup merujuk pada SF-36 Generic
Quality of Life Evaluation Questionnaire yang terdiri dari 36 item. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa program edukasi diabetes berkontribusi terhadap perbaikan kualitas
hidup. Penelitian ini juga memperlihatkan bahwa dari 46 orang pasien DM tercatat ada 39
(84,8%) yang mengalami perubahan kualitas hidup yang lebih baik. Selain itu, setelah 5
bulan mendapatkan edukasi diabetes terjadi perbaikan kualitas hidup pada fungsi fisik,
kesehatan umum, vitalitas dan luka fisik. Domain kesehatan umum merupakan indikator
kualitas hidup yang paling signifikan dipengaruhi oleh edukasi diabetes.
DAFTAR PUSTAKA

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI). (2011). Konsensus Pengelolaan dan


Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. hlm.4-10, 15-29

Baradero, M. (2009). Seri Asuhan Keperawatan : Klien Gangguan Endokrin. Jakarta : EGC.

American Diabetes Association (ADA). (2011). Diagnosis And Classification Of Diabetes


Mellitus. Diabetes Care 2011;34:s62-9.

Atak, N. Gurkan, T. (2010). The Effect of Education on Knowledge, Self-Management


Behaviours and Self-Efficacy of Patients With Type 2 Diabetes. Australian Journal of
Advanced Nursing. 26 : 2

Clark, M. (2008). Diabetes Self-Management Education: A Review of Published Studies.


Primary Care Diabetes 2. 113–120

Curtin, R,B. Walters, B,A,J. Schatell, D. (2008). Self-Efficacy and Self-Management


Behaviors in Patients With Chronic Kidney Disease. Journal of Advances in Chronic
Kidney Disease, Vol 15, No 2: pp 191-205

Faria, et. al. (2012). Quality of Life in Patients With Diabetes Mellitus Before and After
Their Participation in an Educational Program. Rev Esc Enferm USP ; 47(2):344-9

Funnel, M.M., et al., (2010). National Standards for Diabetes Self-management Education.
Journal of Diabetes Care, Vol 33, Supp. 1, 89-96

Grady, P,A and Gough, L,L. (2014). Self-Management: A Comprehensive Approach


to Management of Chronic Conditions. American Journal of Public Health : 104:8 ;
e25-e31

Grillo, M,F,F. Neumann, C,R. Scain SF. (2013). Effect of Different Types of Self-
Management Education in Patients With Diabetes. Review Article. Journal of
Associacao Medica Brasileira. 54:4 ; 400-405

Jack, L. et. al (2004). Understanding The Environmental Issues in Diabetes Self-


Management Education Research: Are Examination of 8 Studies in Community-Based
Settings. Annal of Internal Medicine, Volume 9, No.3,172

Jalilian F. et. Al. (2014). Effectiveness of Self-Management Promotion Educational Program


Among Diabetic Patients Based on Health Belief Model. J Edu Health Promot ; 3:14

McGowan, P. (2015). The Relative Effectiveness of Self-Management Programs for Type 2


Diabetes. Canadian Journal of Diabetes. 39 (5):411-9

Moattari et al. (2012). Impact of Self-management on Metabolic Control Indicators of


Diabetes Patients. Journal of Diabetes & Metabolic Disorders, 11:6
Mohebi S, Azadbakht L, Feizi A, Sharifirad G, Kargar M. (2013). Review The Key Role of
Self-Efficacy in Diabetes Care. J Edu Health Promot. 2:36.

Mustapha W, Hossain Z,S, Loughlin K,O. (2014). Management and Impact of Diabetes on
Quality of Life among the Lebanese Community of Sydney: A Quantitative Study.
J Diabetes Metab. 5: 329

Rise MB, Pellerud A, Rygg L, Steinsbekk A. (2013). Making and Maintaining Lifestyle
Changes after Participating in Group Based Type 2 Diabetes Self-Management
Educations: A Qualitative Study. PLoS ONE 8(5): e64009.

Shakibazadeh, E. Bartholomew, L,K, Rashidian, A. (2015). Persian Diabetes Self-


Management Education (PDSME) program: Evaluation of Effectiveness in Iran. Health
Promotion International, 1–12

Taylor, S. E. (2006). Health psychology. Boston: McGraw-Hill.

Taha,NM. Zaton, HK. Impact of a Health Educational Guidelines on The Knowledge,


Self-Management Practice and Self-Efficacy of Patients With Type-2 Diabetes. Journal
of Nursing Education and Practice, Vol. 6, No. 9

Tol A, Sharifirad G, Eslami A, Shojaeizadeh D, Alhani F, Tehrani MM.(2015). Analysis of


Some Predictive Factors of Quality of Life Among Type 2 Diabetic Patients.
J Edu Health Promot ; 4:9.

Trouilloud, D and , J. Regnier. (2013). Therapeutic Education Among Adults With Type 2
Diabetes: Effects of a Three-day Intervention on Perceived Competence,
Self-Management Behaviours and Glycaemic Control. Global Health Promotion 1757-
9759; Vol 20 Supp. 2: 94–98

Yuan, C et. al. (2014). The Effect of Diabetes Self-Management Education on Body Weight,
Glycemic Control, and Other Metabolic Markers in Patients with Type 2 Diabetes
Mellitus. Journal of Diabetes Research

Anda mungkin juga menyukai