Anda di halaman 1dari 9

Kelompok 4

-Abi Zaidan Chairy


-Fairuz Fattah
-Muhammad Nur alam
-Rachmat Dion P
Vocabulary builder
 Remembrance (noun) : peringatan
 Surrender (verb) : menyerahkan
 Weaponry (noun) : persenjataan
 Defiant (adjective) : menantang
 Drop (verb) : menjatuhkan
 Leaflet (noun) : selebaran
 Anger (verb) : membuat marah
 Be betrayed (verb) : ter/dikhianati
 Siege (verb) : mengepung
 Reinforcement (noun) : kelompok pejuang
 Casualties (noun) : korban
 Hamper (verb) : memperlambat
 Militia (noun) : kekuatan militer
 Advance (verb) : bergerak maju
 Rally (verb) : berkumpul untuk mendukung
The battle of surabaya
On 10 November, Indonesia celebrates Hari Pahlawan or Heroes Day
in remembrance of the Battle of Surabaya which started on that very date
in the year 1945. The bloody battle took place as Indonesians refused to
surrender their weaponry to British army which was part of the Allied forces
then. The defiant Bung Tomo is the well-known revolutionary leader who
played a pivotal role in this battle.
ARTI:
Pada 10 November, Indonesia merayakan Hari Pahlawan atau
Hari Pahlawan sebagai peringatan dari Pertempuran Surabaya yang
dimulai pada tanggal itu juga di tahun 1945. Pertempuran berdarah
terjadi ketika orang Indonesia menolak menyerahkan persenjataan
mereka kepada tentara Inggris yang merupakan bagian dari Sekutu
kekuatan itu. Bung Tomo yang menantang adalah pemimpin
revolusioner terkenal yang memainkan peran penting dalam
pertempuran ini.
It all started due to a misunderstanding between British troops in
Jakarta and those in Surabaya, under the command of Brigadier A. W.
S. Mallaby. While Brigadier Mallaby already had an agreement with
Governor of East Java Mr. Surya that British would not ask Indonesian
troops and militia to surrender their weapons, a British plane from
Jakarta dropped leaflets all over Surabaya requesting Indonesians to
do otherwise on 27 October 1945. This action angered the Indonesian
troops and militia leaders because they felt betrayed.

ARTI:
Semuanya berawal karena kesalahpahaman antara pasukan
Inggris di Jakarta dan yang di Surabaya, di bawah komando Brigadir
A. W. S. Mallaby. Sementara Brigadir Mallaby telah memiliki perjanjian
dengan Gubernur Jawa Timur, Bpk. Surya bahwa Inggris tidak akan
meminta pasukan dan milisi Indonesia untuk menyerahkan senjata
mereka, sebuah pesawat Inggris dari Jakarta menjatuhkan selebaran
di seluruh Surabaya meminta orang Indonesia untuk melakukan
sebaliknya pada tanggal 27 Oktober 1945 aksi membuat marah
pasukan Indonesia dan para pemimpin milisi karena mereka merasa
dikhianati.
On 30 October 1945, Brigadier Mallaby was killed as he was
approaching the British troops’ post near Jembatan Merah or Red
Bridge, Surabaya. There were many reports surrounding the death but
it was widely believed that the Brigadier was murdered by Indonesian
militia. Looking at this situation, Lieutenant General Sir Philip Christison
brought in reinforcements in preparation of sieging the city.

ARTI:
Pada 30 Oktober 1945, Brigadir Mallaby terbunuh ketika dia
mendekati pos pasukan Inggris di dekat Jembatan Merah atau
Jembatan Merah, Surabaya. Ada banyak laporan seputar kematian
tersebut tetapi secara luas diyakini bahwa Brigadir dibunuh oleh milisi
Indonesia. Melihat situasi ini, Letnan Jenderal Sir Philip Christison
membawa bala bantuan dalam persiapan pengepungan kota.
In the early morning of 10 November 1945, British troops began to
advance into Surabaya with cover from both naval and air
bombardment. Despite the heroic resistance from the Indonesians,
half of the city was conquered within 3 days while the whole battle
lasted for 3 weeks. In total, between 6,300 and 15,000 Indonesians died
while casualties on the British side are only numbered at about 600.

ARTI:
Pada pagi hari tanggal 10 November 1945, pasukan Inggris mulai
maju ke Surabaya dengan perlindungan dari pemboman laut dan
udara. Terlepas dari perlawanan heroik dari Indonesia, setengah dari
kota itu ditaklukkan dalam 3 hari sementara seluruh pertempuran
berlangsung selama 3 minggu. Secara total, antara 6.300 dan 15.000
orang Indonesia meninggal sementara korban di pihak Inggris hanya
berjumlah sekitar 600.
Battle of Surabaya caused Indonesia to lose weaponry which
hampered the country’s independence struggle. However, the same
battle provoked Indonesian and international mass to rally for the
country’s independence which made this battle especially important
for Indonesian national revolution.

ARTI:
Pertempuran Surabaya menyebabkan Indonesia kehilangan
persenjataan yang menghambat perjuangan kemerdekaan negara.
Namun, pertempuran yang sama memicu massa Indonesia dan
internasional untuk bersatu demi kemerdekaan negara yang
menjadikan pertempuran ini sangat penting bagi revolusi nasional
Indonesia.
TEXT STRUCTURE
 Orientation (who, what, The bloody battle took place in 1945 in Surabaya
when, where)
 Series of events
1. The government of Java and Brigadier Mallaby
made an agreement.
2. Indonesians troops and militia surrender their
weapons.
3. There was misunderstanding between British
troops in Jakarta and those in Surabaya.
4. Leaflets told Indonesians to do otherwise on
October 1945.
5. The Indonesians troops and militia felt
betrayed.
6. Brigadier Mallaby was killed.
7. British army began to advance into Surabaya.
8. Many indonesians died in the battle.

 Reorientation (stating 9. The Battle of Surabaya awakened Indonesian


personal comments) and International people to support the
Indonesian national revolution.
To Be
Simple Past tense

Anda mungkin juga menyukai