Anda di halaman 1dari 9

Sejarah Pertempuran Surabaya

Kelompok 3:
-Marsha Sari Nurhasanah
-Salsa Nur Fatonah
-Shalma Nur Fitria
Sejarah Pertempuran Surabaya

Pertempuran Surabaya adalah peperangan yang terjadi pada tanggal 27 Oktober – 20


November 1945 (selama 3 minggu dan 3 hari) di Surabaya, Jawa Timur, Indonesia, antara
pihak tentara Indonesia melawan tentara Inggris (AFNEI) dan Belanda (NICA).
Pertempuran ini terjadi setelah bangsa Indonesia mendeklarasikan merdeka dari
penjajahan.

Pertempuran Surabaya menjadi ujian pertama yang berupa serangan dari bangsa asing
pasca Indonesia merdeka. Pertempuran tersebut pun dibagi menjadi tiga bagian yaitu
pertempuran pendahuluan, pertempuran puncak, dan pertempuran akhir

Ada banyak tokoh pertempuran Surabaya yang terlibat. Pertempuran ini menjadi ajang
untuk menunjukkan patriotisme dan kecintaan masyarakat Indonesia terhadap negaranya
yang saja berdiri.

Pertempuran Surabaya yang mempertemukan kekuatan Inggris dengan berbagai lapisan


masyarakat Indonesia itu merupakan momok yang cukup menakutkan bagi kedua pasukan.
Akibat dari pertempuran ini, baik tentara Inggris maupun Indonesia banyak sekali yang
kemudian menjadi korban.
Awal Mula Meletusnya Perang

Kedatangan Tentara Britania


Setelah kekalahan Jepang pada Perang Dunia II, pada 15 September 1945, pasukan Inggris
datang kembali ke Indonesia. Mereka tergabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherlands
East Indies) menjalankan sebuah misi untuk membebaskan para tawanan perang yang
ditahan oleh Jepang.

Selain itu, tentara Britania juga datang dengan misi lain yaitu mengembalikan Indonesia
kepada administrasi pemerintahan sipil Hindia Belanda sebagai negeri jajahan Kolonial
Belanda. Hal inilah yang menjadi masalah awal dan kemudian membuat pasukan
Indonesia melakukan perlawanan

Perobekan Bendera Belanda di Hotel Yamato


Pada 18 September 1945, terjadi sebuah peristiwa penting yang membuat geram warga
Indonesia. Belanda dibawah pimpinan Mr. W.V.Ch Ploegman mengibarkan bendera
Belanda pada malam hari. Padahal, Surabaya saat itu sudah mengeluarkan maklumat untuk
mengibarkan bendera merah putih di berbagai sudut kota.
Residen Soedirman yang dikawal oleh Sidik Hariyono melakukan perlawanan dengan
meminta Belanda untuk menurunkan benderanya. Permintaan itu ditolak sehingga pasukan
Indonesia dan Belanda beradu tembak.

Kericuhan di dalam hotel tersebut kemudian dimanfaatkan oleh Soedirman dan Hariyono
untuk naik ke atas hotel dan merobek bagian biru bendera Belanda dan mengembalikannya
menjadi bendera Indonesia.
Kejadian Pencetus dan Pertempuran Pertama

Inggris Meminta Indonesia untuk Menyerah


Pada tanggal 27 Oktober, melalui pesawat Dakota beredar sebuah selebaran yang ditulis
oleh Inggris. Selebaran itu disebarkan ke berbagai wilayah di seluruh Indonesia dari Jawa
Barat dan Jawa Tengah. Selebaran itu ditandatangani oleh Mayor Jenderal Hawton.

Isi dari selebaran tersebut ternyata adalah sebuah ultimatum yang ditujukan kepada
pasukan Indonesia untuk menyerah kepada pihak Sekutu dalam waktu 48 jam. Jika
permintaan itu tidak dituruti, maka konsekuensi yang akan diterima adalah ditembaki. Hal
itu membuat pasukan Indonesia di Surabaya semakin membenci pasukan Inggris dan
muncul seruan di radio untuk mengusir pihak Inggris dari wilayah tersebut.

Situasi memanas dan peperangan tidak bisa dihindari. Pada 27 Oktober pukul 2 siang,
terjadi kontak senjata pertama antara pasukan pemuda PRISAI dan pasukan Gurka yang
berasal dari pihak Sekutu. Mallaby pun mulai berani menguasai kendaraan berat pasukan
Indonesia dan pihak Inggris juga mulai mengevakuasi wanita dan anak-anak dari Kamp
Gubeng.

Pertempuran tidak bisa terelakkan. Gabungan antara TKR, Polisi, dan juga badan
perjuangan yang menyerang Inggris di Kota Surabaya bersatu padu melawan. Serangan ini
terjadi hingga 29 Oktober 1945 dan dikepalai oleh Komando Jenderal Mayor Yonosewoyo
Kematian Jenderal Mallaby
Pada 30 Oktober 1945, pukul 20.30, mobil Buick yang ditumpangi oleh Jenderal Mallaby
berpapasan dengan sekelompok milisi Indonesia ketika melewati jembatan merah. Mereka
kemudian beradu mulut dan mengakibatkan adu tembak di antara kedua pasukan tersebut.

Salah satu tembakan mengarah ke Jenderal Mallaby dan berhasil membunuhnya dengan
seketika. Mobil yang digunakannya pun kemudian terbakar sehingga jasad Jenderal
Mallaby mengalami luka bakar yang sangat parah dan sulit untuk dikenali. Kematian
Jenderal Inggris ini membuat pasukannya marah.

Mereka bahkan mengeluarkan ultimatum pada 10 November 1945 dan meminta pihak
Indonesia untuk menyerahkan persenjataan dan menghentikan perlawanan terhadap tentara
Inggris. Pasukan Indonesia menolak ultimatum tersebut dan kemudian membunyikan
semboyan ‘Merdeka Atau Mati’.
Komandan dan Pemimpin yang Terlibat dalam Pertempuran Surabaya

Tokoh pertempuran Surabaya yang terlibat langsung dan berpengaruh dalam peperangan
tersebut terdiri dari berbagai kalangan. Berikut ini adalah daftar komandan dan pemimpin
yang terlibat langsung dalam pertempuran Surabaya.

1. Bung Tomo
2. Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo
3. Mayjen sungkono
4. KH. Hasyim Asy’ari
5. Moestopo
6. Soegiarto
7. HR Mohammad Mangoendiprodjo
8. Muriel Stuart Walker
9. Abdul Wahab Saleh
10. KH. Wahab Hasbulla
Peristiwa Heroik Pertempuran Surabaya

Ultimatum yang dikeluarkan oleh pengganti Jenderal Mallaby, yaitu Mayor Jenderal
Robert Mansergh membuat pasukan Indonesia merasa direndahkan. Ultimatum itu ditolak
mentah-mentah dan dengan alasan bahwa Republik Indonesia sudah berdiri, dan TKR
(Tentara Keamanan Rakyat) juga telah dibentuk sebagai pasukan negara.

Pada 10 November pagi, tentara Inggris melakukan serangan. Sebaliknya, pasukan sekutu
juga mendapatkan serangan dari pasukan Indonesia.

Pertempuran Surabaya dipimpin oleh Bung Tomo yang mengomando pasukan Barisan
Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI). Ia menggerakkan pasukan dengan kalimat yang
sangat populer yaitu ‘merdeka atau mati’. Penolakan ini menjadi awal dari pertempuran
puncak yang sangat legendaris.

Fase Akhir: Tentara Indonesia dan Sukarelawan Terus Bergerak Melawan


'Arek-arek Suroboyo' dari berbagai pasukan dikerahkan untuk berperang, KH. Hasyim
Asy’ari dan kiai-kiai lain sebagai tokoh besar dari kalangan agama juga turut
menggerakkan santrinya untuk ikut terjun langsung dalam membela dan memperjuangkan
tanah air.

Serangan berjalan alot dan berlangsung selama berhari-hari dan bahkan dari minggu ke
minggu. Perlawanan rakyat Indonesia yang pada awalnya dilakukan dengan cara spontan
dan tidak terkoordinasi. Akan tetapi semakin lama semakin mendapatkan ritmenya.

Bahkan pertempuran ini menghabiskan waktu selama 3 minggu. Pada pertempuran


Surabaya, setidaknya terdapat 20.000 tentara dan 100.000 sukarelawan Indonesia yang
ikut berjuang.

Pertempuran Surabaya ini memakan banyak sekali korban yang berjatuhan. Baik dari
kalangan pasukan Indonesia maupun dari pasukan Sekutu.

Menurut catatan, pasukan Indonesia kehilangan 20.000 nyawa. Sedangkan pihak Sekutu
kehilangan 1.500 nyawa. Pertempuran Surabaya adalah pertempuran yang dilaksanakan
selama 3 minggu dan menelan puluhan ribu korban jiwa.

Menjadi Latar Belakang Diperingatinya Hari Pahlawan setiap 10 November


Setelah satu tahun terjadinya pertempuran tersebut, Presiden Soekarno kemudian
menetapkan 10 November sebagai Hari Pahlawan yang diperingati setiap tahun. Hal itu
dilakukan dalam rangka untuk menghargai perjuangan para pahlawan bangsa Indonesia
yang rela menumpahkan darahnya untuk tanah air.

Selain itu Pemerintah membangun Tugu Pahlawan dan Monumen 10 November di


Surabaya.Tempat ini menjadi wisata sejarah bagi siapa saja yang ingin mengenang jasa
para 'arek-arek Suroboyo' yang gugur di medan perang.

Anda mungkin juga menyukai