Anda di halaman 1dari 108

Kelas MR

di Lingkungan DJBC
Jakarta, 19-20 Juli 2017

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai


1 Kementerian Keuangan RI Subdirektorat Manajemen Risiko
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Perkembangan Penerapan MR di Kemenkeu

Penerapan MR di
Depkeu
“Road-map terkait
Penerapan MR di
MR” PMK Nomor Kemenkeu
191/PMK.09/2008
Pedoman Strategi Dan PMK Nomor Kick Off Pembahasan
Kebijakan Depkeu 12/PMK.09/2016
Perubahan PMK 12
KEP No.464/ KMK.01/2005
Apr ‘16
2008 2016 Des ‘16
2005 Jan ‘16
Mar ’16
“Penerapan MR tahun
Sosialisasi PMK 12 2017”
“Adanya unsur penilaian
risiko dalam SPIP” PMK Nomor
171/PMK.01/2016
Sistem Pengendalian Intern &
Pemerintah (SPIP) KMK Nomor
PP Nomor 60/2008
845/KMK.01/2016

2 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Outline Asistensi Kelas MR

refreshment

practice

review

3 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Kelas MR
di Lingkungan DJBC
Pengenalan Risiko

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai


4 Kementerian Keuangan RI Subdirektorat Manajemen Risiko
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Apakah risiko itu?

 Setiap hari setiap orang menghadapi risiko

5 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Apakah risiko itu?

 Mengelola risiko secara “intuitif”

Lampu masih hijau

Pokoknya sampai ke seberang Sampai ke seberang dan AMAN

6 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Case in contrast:
- Operational failure, leak & explosion

Lapindo Brantas BP
• NO risk management, NO emergency response, • On 20 April 2010, a huge fire engulfed a
and NO preparedness. Deepwater Horizon petroleum-drilling rig that
• The impact is beyond comprehension
had exploded in the Gulf of Mexico, killing 11
platform workers and injuring 7 others. After
burning for hours, the rig sank on 22 April,
resulting in the spread of a large oil slick from
the location of the former rig. Over a period of
100 days, attempts were made to stop the oil’s
gushing and to control its spread. In early
June, the U.S. government imposed fishing
restrictions covering 37 per cent of U.S. federal
waters in the Gulf. Finally, on 15 July, British
Petroleum (BP) succeeded in fitting a tight
sealing containment cap, which stemmed the
leak (TRF 2010). U.S. government data show
that 4.9 million barrels of oil leaked before the
well was capped.

7 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Case in contrast:
- Natural disaster, tsunami

Indonesia: Aceh & Padang Japan: Fukushima

• NO early warning • Residents of Tokyo received a


minute of warning before the
• NO emergency response strong shaking hit the city,
thanks to Japan's earthquake
or risk reduction system early warning system.
• The country's stringent seismic
• Death toll and level of building codes and early
damage were frightening warning system prevented
many deaths from the
earthquake, by stopping high-
speed trains and factory
assembly lines.
• People in Japan also received
texted alerts of the earthquake
warning on their cellphones.

8 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Definisi Risiko

risk
Sasaran
risk risk

risk
risk
risk
risk

risk risk

“Kemungkinan terjadinya suatu peristiwa yang berdampak


Organisasi
/
negatif terhadap pencapaian sasaran organisasi.”
Individu

9 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Apakah risiko itu?

 Beberapa istilah terkait risiko

Risiko (risk) Dampak ketidakpastian pada sasaran


Sumber risiko (source of Suatu element yang ia sendiri atau dengan kombinasi
risk) sesuatu, secara intrinsic, mempunyai potensi untuk
menimbulkan risiko
Peristiwa (event) Suatu kejadian atau suatu perubahan dari suatu kondisi
tertentu
Kemungkinan Kemungkinan terjadinya sesuatu
(likelihood)
Dampak (consequence) Hasil dari suatu peristiwa yang mempengaruhi sasaran

Sumber: Terjemahan bebas dari IEC/ISO Guide 73:2009

10 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Apakah risiko itu?

 Beberapa istilah terkait risiko

Tingkat risiko (level of Ukuran besar suatu risiko atau beberapa risiko yang
risk / risk rating) dinyatakan dalam kombinasi dari dampak dan
kemungkinannya
Perlakuan risiko (risk Proses untuk merubah risiko
treatment)
Pengendalian (control) Upaya untuk merubah risiko
Penerimaan risiko (risk Keputusan yang matang untuk menerima suatu risiko
acceptance) tertentu.

Sumber: Terjemahan bebas dari IEC/ISO Guide 73:2009

11 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Pengertian Risiko

Contoh untuk memahami definisi dari risiko


Developed & Presentes by Manoj Kulwal,
Chief Architect & Co-Founder at Riskspotlight

12 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Pengertian Risiko

• Kesimpulan Video
SEBAB KEJADIAN DAMPAK SASARAN
Alarm rusak Bangun terlambat • Taksi datang, John belum siap;
• Terlambat berangkat ke stasiun KA;
• Terlambat datang ke rapat

Ada pemogokan supir Taksi tidak datang • Tidak dapat pergi ke stasiun
taksi • Terlambat datang ke rapat
Datang ke rapat tepat
waktu (09.00)
Ada gangguan cuaca KA terlambat datang • KA terlambat sampai stasiun tujuan
• Terlambat datang ke rapat

Ada demo yang ricuh Jalan ke tempat rapat • Terpaksa mengambil jalan memutar
ditutup • Terlambat datang ke rapat

13 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Pengertian Risiko

Kesimpulan awal
Risiko timbul karena adanya sasaran , kalau tidak ada sasaran maka
tidak ada risiko;
Sumber risiko adalah “ketidakpastian” yang berdampak pada
sasaran;
Uraian risiko yang baik harus menggambarkan:
o Adanya suatu sebab (cause of risk);
o Kejadian yang timbul dari sebab tersebut (risk event) dan;
o Dampak dari kejadian tersebut pada sasaran (consequence)
Risiko hanya dapat ditangani dengan baik, apabila ada KEJELASAN
SASARAN
Sasaran yang jelas harus memenuhi kriteria SMART yaitu S-spesific,
M-measureable, A-achieavable, R-relevant and realistic, dan T-time
bound

14 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Proses Identifikasi Risiko

Identifikasi risiko
Risiko perlu diuraikan secara jelas sehingga tidak menimbulkan kerancuan
pengertian, sehingga diperoleh pemahaman yang sama dan dapat ditangani
secara lebih benar dan akurat.
• “karena terjadi sesuatu <sebab>, maka akan terjadi peristiwa <risiko> ,
sehingga mengakibatkan <dampak pada sasaran>.”

Sasaran: Penerimaan di bidang Kepabeanan dan Cukai yang optimal


SEBAB KEJADIAN DAMPAK
(fakta yang nyata) (suatu peristiwa yang mungkin terjadi) (dampak langsung pada sasaran) KET
Kurangnya kompetensi Kesalahan penetapan Penerimaan Kepabeanan dan
pejabat peneliti dokumen klasifikasi Cukai tidak tercapai -

“ Karena kurangnya kompetensi pejabat peneliti dokumen maka akan terjadi kesalahan klasifikasi
sehingga mengakibatkan penerimaan Kepabeanan dan Cukai tidak tercapai ”

15 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Latihan 1. Memahami Risiko

Setiap peserta berlatih mendeskripsikan/ menetapkan sasaran masing-masing (boleh dalam konteks
pribadi maupun pekerjaan), dan membuat identifikasi risikonya.

Sasaran:

SEBAB KEJADIAN DAMPAK


(fakta yang nyata) (suatu peristiwa yang mungkin terjadi) (dampak langsung pada sasaran)

• “karena … , maka … , sehingga ...”

16 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Risk management basics- What exactly is it?

17 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Pertanyaan . . .

Enam pertanyaan mendasar yang harus dijawab:


1. Apa yang mau saya capai?
2. Apa saja yang mempengaruhi hal tersebut?
3. Manakah yang paling penting?
4. Apa yang harus saya lakukan?
5. Apakah itu berhasil?
6. Perubahan apa yang terjadi?

18 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Next: Pokok-pokok Pengaturan Baru (PMK171+KMK845)

19 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Kelas MR
di Lingkungan DJBC
Pokok-pokok Pengaturan Baru (PMK171+KMK845)

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai


20 Kementerian Keuangan RI Subdirektorat Manajemen Risiko
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Pokok-pokok Perubahan PMK 12/2016

Sistematika Mekanisme
Identifikasi Risiko Kriteria Dampak

Kategori Risiko Struktur Manajemen


Penetapan IRU
Risiko

Matriks Analisis Risiko Jadwal Pelaksanaan


Kriteria Kemungkinan Kegiatan

21 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Sistematika

PMK 12 PMK 171 dan KMK 845 Keterangan


Jumlah halaman = 158 Jumlah halaman = 49 Sistematika
Belum terdapat Petunjuk Teknis Sudah terdapat Petunjuk penyajian proses
Lampiran I – Pedoman Umum Pelaksanaan pengelolaan risiko
Bab I Pendahuluan disederhakan tanpa
Bab II Kebijakan Umum Penerapan Manajemen Risiko membedakan antar
Bab III Kebijakan Pelaporan level.
Bab IV Hubungan manajemen Risiko, Pengendalian Intern dan
Manajemen Kinerja
Bab V Penutup PMK (16 hal)
KMK (4 hal)
Lampiran II – Pedoman Pelaksanaan
Bab I Pendahuluan Lampiran KMK (29 hal):
Bab II Pelaksanaan Manajemen Risiko Tingkat Kementerian Proses Manajemen Risiko
Bab III Pelaksanaan Manajemen Risiko Tingkat Eselon I
Bab IV Pelaksanaan Manajemen Risiko Tingkat Eselon II
Bab V Model Kematangan Manajemen Risiko

22 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Kategori Risiko

PMK 12 PMK 171 dan KMK 845 Keterangan

Minimal memuat: 1. Fiskal  Penentuan Kategori Risiko


didasarkan pada penyebab risiko
1. Penerimaan 2. Kebijakan  Penambahan kategori legal
2. Belanja 3. Kepatuhan dengan mempertimbangkan
karateristik bisnis proses
3. Pembiayaan 4. Legal Kemenkeu
4. Strategis 5. Fraud
5. Fraud 6. Reputasi
6. Kepatuhan 7. Operasional
7. Operasional
8. Reputasi

23 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Matriks Analisis Risiko

PMK 12 (contoh) PMK 171 dan KMK 845 (Penetapan)


Level Dampak
Matriks Analisis 1 2 3 4 5
Risiko Tidak Sangat
Modera Signifika
5x5 Signifik Minor Signifika
t n
an n
Hampir
5 17 10 6 3 1
Pasti terjadi
Sering
Level Kemungkinan

4 20 13 8 4 2
Terjadi
Kadang
3 22 15 11 7 5
Terjadi
Jarang
2 24 19 14 12 9
Terjadi
Hampir
1 Tidak 25 23 21 18 16
terjadi
Tingkatan Level Risiko Besaran Risiko Warna
Tingkatan Level Risiko Besaran Risiko Warna
5 Sangat Tinggi 1-3
5 Sangat Tinggi 20 – 25 Merah
4 Tinggi 4–8
4 Tinggi 16 – 19 Oranye
3 Sedang 9 – 17
3 Sedang 12 – 15 Kuning
2 Rendah 18 – 22
2 Rendah 6 – 11 Hijau
1 Sangat Rendah 23 – 25
1 Sangat Rendah 1-5 Biru

24 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Mekanisme Identifikasi Risiko

PMK 12 PMK 171 dan KMK 845 Keterangan


Belum mengatur mekanisme  Proses identifikasi risiko Untuk penyelarasan risiko
top-down dan bottom-up dilakukan dengan antar level UPR
dalam identifikasi risiko kombinasi metode top-
down dan bottom-up.
 Dalam proses top-down,
unit organisasi harus
melihat sasaran dan risiko
yang relevan dari unit di
atasnya.
 Metode bottom-up
dilakukan oleh unit
organisasi dengan melihat
risiko yang relevan dari unit
di bawahnya.

25 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Struktur MR

PMK 12 PMK 171 dan KMK 845 Keterangan


1. Komite 1. Komite Manajemen Risiko Kementerian Keuangan  Memisahkan fungsi
Manajemen Risiko 2. Komite Manajemen Risiko Unit Eselon I Komite sebagai
Kementerian: 3. UPR (pemilik peta strategi) penyusun kebijakan dan
Komite Eksekutif,  Tingkat Kementerian UPR sebagai pelaksana
Komite Pelaksana,  Tingkat Unit Eselon I kebijakan.
dan Sekretariat  Tingkat Unit Eselon II  Menambahkan level
2. Komite  Tingkat Unit Eselon III Eselon III sebagai UPR
Manajemen Risiko Dengan struktur pada tiap level:  Menetapkan struktur
Unit Eselon I:  Pemilik Risiko pada UPR agar
Komite dan  Koordinator Risiko pengelolaan risiko
Sekretariat  Pelaksana Harian Koordinator Risiko melibatkan seluruh
3. Unit Eselon II  Pengelola Risiko pegawai.
4. Unit Kepatuhan Manajemen Risiko  Menegaskan fungsi UKI
5. Inspektorat Jenderal dalam struktur

26 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Struktur MR - DJBC

UPR Struktur MR
Eselon I a. Pemilik Risiko : Direktur Jenderal
b. Koordinator Risiko : Seluruh Pejabat Eselon II
c. Pelaksana Harian KR : Direktur PPS
d. Pengelola Risiko (MRU) : Kasubdit MR

Eselon II a. Pemilik Risiko : Ses/Dir/KaKWBC/KaKPUBC


b. Koordinator Risiko : Seluruh Pejabat Eselon III
c. Pelaksana Harian KR : Salah satu Kasubdit atau Kabid (KBU)
d. Pengelola Risiko (SMR) : Pejabat Eselon III

Eselon III a. Pemilik Risiko : Kepala Kantor


(Pemilik Peta b. Koordinator Risko : Seluruh Pejabat Eselon IV
Strategi) c. Pelaksana Harian KR : Salah satu pejabat es IV (KSBU)
d. Pengelola Risiko (MMR) : Pejabat Eselon IV

27 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Penanganan Kepatuhan MR
 Pokok Masalah:  Belum ada juklak pengaturan reviu proses MR
Pengelolaan  Usulan Solusi:  Penerbitan SE DJBC sebagai juklak
• Unit KI  Mereviu proses MR (hukum formal)
reviu MR • Pengelola Risiko  Mereviu substansi MR (hukum material)
(reviu proses dan substansi oleh UKI KWBC/KPPBC)
 Pokok masalah:  Ada dispute penanganan Kepatuhan MR (UKI ataukah Pengelola Risiko)
Penanganan  Usulan Solusi:  Penegasan UKI sbg Unit Kepatuhan MR (sesuai PMK 171/2016)
• Subdit PKII Dit. KI  KP DJBC dan seluruh UPR
kepatuhan MR • Bidang KI  KWBC/KPUBC dan KPPBC di bawahnya
• Seksi KI  KPPBC

Penerapan  Pokok masalah:  Sebagian besar UPR tidak memiliki rencana kontijensi
 Usulan Solusi:  Penegasan agar setiap UPR memiliki rencana kontijensi
rencana • Untuk tetap menjamin pelayanan Kepabeanan dan Cukai
Kontijensi • Diperlukan saat kondisi kahar, contoh : jika terjadi sistem otomasi down.

 Pokok masalah:  Belum dibangun otomasi pengelolaan MR


Penerapan  Usulan Solusi:  Pembangunan otomasi pengelolaan MR sesuai RPTIK
otomasi MR • Diusulkan satu paket dengan otomasi pengelolaan MK dan MR
• Untuk mengurangi beban administrasi  sesuai arahan Menkeu

 Pokok masalah:  Pemahaman dan pengelolaan MR masih rendah


Kesadaran  Usulan Solusi:  Peningkatan pemahaman dan pengelolaan melalui:
budaya MR • Pelatihan dan Internalisasi budaya sadar risiko
• Memasukkan mata diklat MR dalam kurikulum diklat DJBC

28 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Unit Pemilik Risiko - DJBC

UPR PMK 12 PMK 171 dan KMK 845


206.3/2014 188/2016
Eselon I - DJBC DJBC
Eselon II 30 30 34
a. 11 Kantor Pusat a. 11 Kantor Pusat a. 11 Kantor Pusat
b. 16 Kantor Wilayah b. 16 Kantor Wilayah b. 20 Kantor Wilayah
c. 3 KPU c. 3 KPU c. 3 KPU
Eselon III - 75 112
a. 7 Madya Pabean a. 7 Madya Pabean
b. 10 Madya Pabean A b. 10 Madya Pabean A
c. 21 Madya Pabean B c. 21 Madya Pabean B
d. 26 Madya Pabean C d. 63 Madya Pabean C
e. 3 Madya Cukai e. 3 Madya Cukai
f. 5 PSO f. 5 PSO
g. 3 BPIB g. 3 BPIB
Total 30 106 147

29 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Kriteria Kemungkinan

PMK 12 PMK 171 dan KMK 845 Keterangan


Contoh kriteria Penetapan kriteria  Kriteria kemungkinan
kemungkinan dibagi kemungkinan dibagi untuk tiap jenis ukuran
berdasarkan: berdasarkan: disesuaikan agar lebih
 Persentase kemungkinan  Persentase kemungkinan sesuai dengan kondisi
dari volume transaksi terjadinya dibandingkan jumlah yang ada.
 Jumlah frekuensi dalam kegiatan/ transaksi/ unit yang  Kriteria kemungkinan
periode 5 tahun dilayani dalam 1 periode
disesuaikan periode
 Jumlah frekuensi dalam periode
1 tahun penerapan MR yaitu 1
tahun

Penggunaan kriteria kemungkinan ditentukan oleh pemilik risiko dengan pertimbangan


sebagai berikut:
a. Persentase digunakan apabila terdapat populasi yang jelas atas kegiatan tersebut.
b. Jumlah digunakan apabila populasi tidak dapat ditentukan.

30 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Kriteria Dampak

PMK 12 PMK 171 dan KMK 845 Keterangan


Contoh area dampak dibagi Penetapan area dampak dibagi  Penambahan
menjadi: menjadi: kecelakan kerja
 Kerugian Negara  Beban Keuangan Negara  Perubahan kriteria
 Penurunan Reputasi  Penurunan Reputasi dalam penentuan tiap
 Penurunan Kinerja  Sanksi Pidana, Perdata, level dampak per area
 Gangguan Terhadap Layanan dan/atau Administratif dampak
Organisasi  Kecelakaan Kerja
 Tuntutan Hukum  Gangguan Terhadap Layanan
Organisasi
 Penurunan Kinerja

31 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Indikator Risiko Utama

PMK 12 PMK 171 dan KMK 845 Keterangan


Tidak ada  Indikator Risiko Utama (IRU) adalah ukuran • Terdapat mekanisme early
Indikator yang dapat memberikan informasi bagi warning system, sehingga
Risiko Utama organisasi sebagai sinyal awal bahwa terdapat terbangun kesadaran adanya
peningkatan besaran risiko. perubahan pada level risiko
 Memiliki batas aman, batas atas dan/atau yang perlu segera diatasi.
batas bawah. • Pengaturan tentang IRU
 Dibuat aturan penetapan status IRU (hijau, mengikuti ketentuan COSO.
kuning dan merah)

32 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Manajemen Risiko

PMK 12 PMK 171 dan KMK 845 Keterangan


 Penetapan konteks,  Penetapan konteks, • Jadwal penetapan
penyusunan profil, dan penyusunan profil, dan konteks, penyusunan
rencana mitigasi tiap level rencana penanganan risiko profil, dan rencana
ditetapkan jadwal dibatasi tanggal 31 Januari penanganan risiko tidak
mingguan pada tiap level: berlaku bagi seluruh level. dibatasi agar tidak
• Kementerian (minggu  Periode penyusunan terlalu mengikat antar
II) laporan MR antar level UPR level.
• Eselon I (minggu III) dilakukan secara
• Eselon III (minggu IV) bersamaan (simultan)
 Penyusunan laporan MR
dan monitoring MR
dimulai dari level atas lalu
ke level di bawahnya

33 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Next: Perumusan Konteks

34 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Kelas MR
di Lingkungan DJBC
Perumusan Konteks

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai


35 Kementerian Keuangan RI Subdirektorat Manajemen Risiko
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Arsitektur Manajemen Risiko

1. Nilai tambah
2. Bagian terpadu dari proses Mandat &
organisasi Komitmen
3. Bagian dari pengambilan Penetapan Konteks
keputusan
4. Secara khusus menangani

Komunikasi dan Konsultasi


ketidakpastian

Pemantauan dan Reviu


Identifikasi Risiko
5. Sistematis, terstruktur dan tepat

Penilaian Risiko
Desain kerangka
waktu untuk mengelola
6. Berdasarkan informasi terbaik yang risiko
Analisis Risiko
ada
7. Khas dan unik untuk pemakaianya
(tailored) Perbaikan
kontinyu Implementasi MR Evaluasi Risiko
8. Mempertimbangkan factor
kerangka MR
manusia dan budaya
9. Transparan dan inklusif
10. Dinamis, berulang dan responsive Pantau dan kaji Penanganan Risiko
thd perubahan ulang kerangka
11. Memfasilitasi perbaikan sinambung MR
dan peningkatan organisasi

PRINSIP-PRINSIP MR KERANGKA MR PROSES MR

Prinsip manajemen risiko sebagai landasan Kerangka kerja manajemen risiko Proses manajemen risiko menjadi
paradigma manajemen risiko harus merupakan fondasi dan tata laksana bagian yang tidak terpisahkan dari
dipahami oleh setiap individu dalam penerapan manajemen risiko untuk praktik bisnis, budaya, dan khas
Perusahaan seluruh tingkatan dan keseluruhan proses terhadap kondisi dan proses bisnis
bisnis dalam Perusahaan Perusahaan.

ISO 31000 : 2011

36 • Pengenalan Penerapan MR di DJBC Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Tujuan dan Manfaat Manajemen Risiko

1. Mengurangi kejutan
2. Eksploitasi peluang
Tujuan 3. Meningkatkan perencanaan, kinerja, dan
efektivitas organisasi
1. Meningkatkan kemungkinan pencapaian 4. Hubungan dengan pemangku kepentingan
tujuan dan peningkatan kinerja yang lebih baik  komunikasi timbal balik
5. Meningkatnya mutu informasi untuk
2. Mendorong manajemen yang proaktif
pengambilan keputusan
3. Memberikan dasar yang kuat dalam 6. Meningkatkan reputasi
pengambilan keputusan dan
perencanaan 7. Perlindungan terhadap pimpinan
8. Meningkatnya akuntabilitas dan governance
4. Meningkatkan efektivitas alokasi dan
organisasi
efisiensi penggunaan sumber daya
organisasi
5. Meningkatkan kepatuhan kepada

6.
ketentuan
Meningkatkan kepercayaan para
Manfaat
pemangku kepentingan
7. Meningkatkan ketahanan organisasi
Sumber : PMK 171/PMK.01/2016

37 • Konsep Risiko Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Tahapan Penetapan Konteks

Pendekatan 5W 1H :
 Menentukan batas waktu penerapan
 Menentukan ruang lingkup yang berisi tugas dan fungsi unit
 Menetapkan sasaran organisasi (dari SS dan dapat
ditambahkan yang lain)
 Memahami pihak yang berinteraksi (stakeholder)
 Memahami kewenangan, tanggung jawab, tusi, dan kewajiban
unit UPR melalui identifikasi peraturan perundang-undangan
 Menetapkan Kategori Risiko*
 Menetapkan Kriteria Risiko*
 Menetapkan Matriks Analisis Risiko dan Level Risiko*
 Menetapkan Selera Risiko*

38 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Formulir Penetapan Konteks
5. Kriteria Risiko

1. Sasaran Organisasi

2. Struktur Organisasi Penerapan Manajemen Risiko Tingkat


Kantor Wilayah DJBC ...

6. Matriks Analisis Risiko dan Level Risiko

3. Daftar Pemangku Kepentingan (Stakeholder) 7. Selera Risiko

4. Daftar Peraturan Perundang-undangan yang Terkait

39 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Contoh Perumusan Konteks Sasaran Organisasi

Contoh : Sasaran strategis IKU


Sasaran : Penerimaan negara di sektor kepabeanan dan cukai yang optimal
Deskripsi: Penerimaan negara yang optimal adalah tingkat pencapaian penerimaan bea
masuk, bea keluar, dan cukai sesuai dengan target yang telah ditetapkan dalam
APBN atau APBN-P

Perumusan Konteks sasaran organisasi:


Unsur-unsur:
Penerimaan Negara di Sektor Kepabeanan 1. perencanaan dan proyeksi penerimaan
dan Cukai yang Optimal yang dilandasi yang cermat,
dengan perencanaan dan proyeksi 2. pencatatan yang tertib
penerimaan yang cermat, pencatatan yang 3. monitoring dan evaluasi yang
tertib, monitoring dan evaluasi yang berkelanjutan
berkelanjutan, pemeriksaan, penelitian dan 4. pemeriksaan, penelitian dan penetapan
penetapan perhitungan pungutan yang tepat, perhitungan pungutan yang tepat
penagihan piutang yang optimal, 5. penagihan piutang yang optimal
kemenangan keberatan banding dan 6. kemenangan keberatan banding dan
dukungan teknis yang optimal 7. dukungan teknis yang optimal

40 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Kategori Risiko

PMK 171 dan KMK 845 Keterangan

1. Fiskal  Dilakukan perbaikan/ penyederhanaan


kategori risiko
2. Kebijakan  Penambahan kategori legal dengan
3. Kepatuhan mempertimbangkan karateristik bisnis
proses Kemenkeu
4. Legal
5. Fraud
6. Reputasi
7. Operasional

41 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Kategori Risiko
Pengelompokan Risiko berdasarkan karateristik Penyebab Risiko yang akan menggambarkan
seluruh jenis Risiko yang terdapat pada organisasi
Kategori
Definisi
Risiko

Risiko fiskal Risiko yang disebabkan oleh segala sesuatu yang dapat menimbulkan tekanan fiskal terhadap
APBN, baik yang berasal dari deviasi APBN maupun kewajiban kontinjensi pemerintah pusat atau
sumber risiko fiskal sebagaimana dinyatakan dalam Nota Keuangan.

Risiko Risiko yang disebabkan oleh adanya penetapan kebijakan organisasi atau kebijakan dari internal
kebijakan maupun eksternal organisasi yang berdampak langsung terhadap organisasi.

Risiko Risiko yang disebabkan organisasi atau pihak eksternal tidak mematuhi dan/atau tidak
kepatuhan melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku.

Risiko legal Risiko yang disebabkan oleh adanya tuntutan hukum kepada organisasi.

Risiko fraud Risiko yang disebabkan oleh kecurangan yang disengaja oleh pihak internal yang merugikan
keuangan negara.
Risiko Risiko yang disebabkan oleh menurunnya tingkat kepercayaan pemangku kepentingan eksternal
reputasi yang bersumber dari persepsi negatif terhadap organisasi.
Risiko Risiko yang disebabkan oleh:
operasional 1) ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, dan
kegagalan sistem.
2) adanya kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional organisasi.

42 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Kriteria Risiko

Kriteria Risiko terdiri atas kriteria kemungkinan terjadinya risiko, kriteria dampak risiko
dan level risiko

Kriteria Skala 1-5 (Hampir pasti terjadi, sering terjadi, kadang terjadi, jarang terjadi
Kemungkinan dan hampir tidak terjadi)

 Skala 1-5 (Sangat signifikan, signifikan, moderat, minor, dan tidak


signifikan)
Kriteria Dampak  Area dampak: (i) Beban Keuangan Negara, (ii)Penurunan Reputasi, (iii)
Sanksi pidana, perdata, dan/atau administratif, (iv) Kecelakaan Kerja,
(v) Gangguan Terhadap Layanan Organisasi, dan (vi) penurunan kinerja

Kriteria Level  Skala 1-5 (Sangat tinggi,tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah)
Risiko  Level risiko merupakan kombinasi kemungkinan dan dampak risiko

43 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Kriteria Kemungkinan

PMK 171 dan KMK 845 Keterangan

Penetapan kriteria kemungkinan  Kriteria kemungkinan untuk tiap


dibagi berdasarkan: jenis ukuran disesuaikan agar
 Persentase kemungkinan terjadinya lebih sesuai dengan kondisi yang
dibandingkan jumlah kegiatan/ transaksi/ ada.
unit yang dilayani dalam 1 periode  Kriteria kemungkinan
 Jumlah frekuensi dalam periode 1 tahun
disesuaikan periode penerapan
MR yaitu 1 tahun

44 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Kriteria Dampak

PMK 171 dan KMK 845 Keterangan

Penetapan area dampak dibagi menjadi:  Penambahan kecelakan kerja


 Beban Keuangan Negara  Perubahan kriteria dalam
 Penurunan Reputasi penentuan tiap level dampak
 Sanksi Pidana, Perdata, dan/atau per area dampak
Administratif
 Kecelakaan Kerja
 Gangguan Terhadap Layanan Organisasi
 Penurunan Kinerja

45 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Matriks Analisis Risiko, Level Risiko dan Selera Risiko

Level Besaran
Tingkatan Warna
Risiko Risiko
5 Sangat 20 – 25
Merah
Tinggi
4 Tinggi 16 – 19 Oranye
3 Sedang 12 – 15 Kuning
2 Rendah 6 – 11 Hijau
1 Sangat 1-5
Biru
Rendah

Selera Risiko adalah Level Risiko yang secara umum dapat diterima oleh manajemen
dalam rangka mencapai sasaran organisasi

46 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Latihan 2. Perumusan Sasaran

Berdasarkan penetapan sasaran (Latihan 1), periksa apakah sudah SMART ?

Sasaran
Deskripsi sasaran

Periksa
• Specific
• Measureable
• Achievable
• Relevant/ Realistic

• Time bound

47 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Next: Penilaian Risiko

48 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Kelas MR
di Lingkungan DJBC
Penilaian Risiko

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai


49 Kementerian Keuangan RI Subdirektorat Manajemen Risiko
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Penilaian Risiko

Identifikasi Risiko bertujuan untuk


mengenali dan meregister semua
Risiko yang berpotensi
Identifikasi
menyebabkan tidak tercapainya Risiko
sasaran organisasi

Analisis Analisis Risiko bertujuan


Risiko untuk menentukan Level
Risiko

Evaluasi Risiko bertujuan untuk


mengambil keputusan mengenai Evaluasi
perlu tidaknya dilakukan upaya RIsiko
penanganan Risiko lebih lanjut serta
penentuan prioritas penanganannya

50 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Identifikasi Risiko

 Identifikasi Risiko dan rencana penanganan Risiko dari


UPR di UPR di atasnya yang relevan dengan tugas dan fungsi UPR
atasnya yang bersangkutan (top-down).
 Profil Risiko pada Unit Eselon I, Unit Eselon II, dan Unit Eselon
III mencakup Risiko yang diturunkan dari level di atasnya.

UPR Identifikasi Risiko berdasarkan sasaran UPR yang


bersangkutan

 Identifikasi Risiko berdasarkan input dari konsep profil


Risiko UPR di level di bawahnya (bottom-up).
UPR di level  Kriteria:
di bawahnya  Memerlukan koordinasi antar UPR selevel; dan/atau
 Risiko tersebut tidak dapat ditangani oleh UPR tersebut.

51 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Tahapan Identifikasi Risiko pada UPR

1
Pahami Sasaran Organisasi
(Sasaran Strategis dalam peta strategi UPR dan sasaran lainnya yang mengacu pada
dokumen perencanaan strategis Kemenkeu, diantaranya KSKK, Renstra, Renja, BSC
dan inisiatif strategis)

3 2 4
Cari Penyebab Identifikasi Kejadian Tentukan Dampak
 Tentukan akar masalah yang  Kenali proses bisnis,  Tentukan akibat
menyebabkan terjadinya pelaksanaan inisiatif langsung yang timbul
risiko strategis atau faktor yang dan dirasakan setelah
mempengaruhi dalam Risiko terjadi
 Metode yang dapat digunakan
rangka mencapai sasaran  Dampak harus mengacu
misalnya fishbone diagram  Tentukan kesalahan atau pada salah satu area
kegagalan yang mungkin
dampak yang ada
5 terjadi pada proses bisnis,
 Apabila terdapat
Tentukan Kategori Risiko etc
 Perhatikan Loss Event beberapa dampak,
 Tentukan kategori risiko
Database (LED) gunakan area dampak
berdasarkan penyebab dengan urutan paling
risiko tinggi

52 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Contoh Identifikasi Risiko

UPR: DJBC (ES.III)


1
Sasaran Organisasi:

Penerimaan keuangan negara di bidang Kepabeanan dan Cukai yang Optimal

3 2 4
Penyebab Kejadian Dampak

Kurangnya kompetensi Probis: Penelitian Penerimaan Kepabeanan dan


pejabat peneliti dokumen Kesalahan penetapan Cukai tidak tercapai
(area dampak: beban
klasifikasi
keuangan negara (non fraud))

5
Kategori Risiko

Risiko Operasional

53 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Identifikasi Risiko

 Risiko dan proses bisnis


 Dalam setiap proses bisnis terdapat potensi risiko yang dapat
mengakibatkan kesalahan atau kegagalan proses menghasilkan
keluaran yang direncanakan
 Dalam semua proses bisnis harus dipastikan sudah terdapat
proses pengendalian risiko sehingga dapat memberikan
jaminanyang wajar atas hasil keluaran proses tersebut sesuai
dengan rencana

PROSES PROSES PROSES ……… PROSES SASARAN


1 2 3 “n” PROSES BISNIS,

RISIKO

54 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Pengembangan Proses Identifikasi Risiko

SO
Proses METODE
Bisnis (Probis, RBS,
& FMEA, CRSA,
Eksternal FB, dll)

Input :

Brainstorming
• Tolok Ukur Kinerja
Risiko • SOP
• LHA
• Data Historis
• Benchmarking

Pengenalan Penerapan MR di DJBC

55 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Penyebab risiko

Internal environment RISK External Environment


CAUSE

Man Stakeholders

Machine Economics

Material Law

Methode Politics

Money Others

56 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Area dampak

Areaof
Impact

Compliance Financial

Legal Health & Savety

Reputation &
Human & Asset
Relationship

Environment

57 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Latihan 3. Identifikasi Risiko

Berdasarkan Latihan 1 dan 2, setiap peserta diminta untuk mengidentifikasi risiko sasaran
yang telah ditetapkan.

Sasaran:
Tahapan /
circumstance /
Hal Penting
Uraian
Risiko
• Sebab

• Kejadian

• Dampak

58 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Next: Penilaian Risiko ~analisis dan evaluasi~

59 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Kelas MR
di Lingkungan DJBC
Penilaian Risiko ~analisis dan evaluasi~

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai


60 Kementerian Keuangan RI Subdirektorat Manajemen Risiko
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Analisis Risiko

Identifikasi Risiko 1 Inventarisasi SISTEM


PENGENDALIAN INTERNAL yang
PENYEBAB dilaksanakan
RISIKO

2
KEJADIAN Estimasi LEVEL 4
RISIKO KEMUNGKINAN
5
Tentukan LEVEL
Susun PETA
DAN BESARAN
RISIKO
RISIKO
3
DAMPAK RISIKO Estimasi LEVEL
DAMPAK

61 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Contoh Analisis Risiko

PENYEBAB
1
Kurangnya
kompetensi pejabat SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL yang dilaksanakan:
peneliti dokumen

2
KEJADIAN: LEVEL KEMUNGKINAN: 3 (Kadang Terjadi)
Kesalahan penetapan
klasifikasi 4
LEVEL:
Sedang
3 BESARAN
RISIKO:
DAMPAK: 14
Penerimaan negara di LEVEL DAMPAK: 3 (moderat)
bidang KC tidak
optimal
(area dampak; BKU
(non fraud))

62 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Matriks Analisis Risiko, Level Risiko dan Selera Risiko

Level Besaran
Tingkatan Warna
Risiko Risiko
5 Sangat 20 – 25
Tinggi Merah
4 Tinggi 16 – 19 Oranye
3 Sedang 12 – 15 Kuning
2 Rendah 6 – 11 Hijau
1 Sangat 1-5
Biru
Rendah

Selera Risiko adalah Level Risiko yang secara umum dapat diterima oleh manajemen
dalam rangka mencapai sasaran organisasi

63 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Evaluasi Risiko

Menyusun Menentukan
Menetapkan IRU
Risiko
Prioritas Risiko Utama
(Indikator
Risiko Utama)

 Prioritas risiko diurutkan berdasarkan  Risiko Utama adalah risiko yang


Besaran Risiko. berada di luar area penerimaan
 Apabila terdapat lebih dari satu Risiko yang risiko (di atas selera risiko) dan
memiliki besaran Risiko yang sama, maka perlu ditangani (besaran risiko
cara penentuan prioritas: 12-25), baik risiko yang
 Urutan Area Dampak dari yang merupakan hasil penurunan dari
tertinggi hingga terendah UPR di atasnya maupun risiko
 Urutan Kategori Risiko yang tertinggi lainnya.
hingga terendah (Belum diatur di PMK  Setiap 1 (satu) risiko utama
dan KMK) memiliki 1 (satu) IRU
 Judgement pemilik Risiko

64 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Menyusun prioritas risiko

1 2 3 4
Besaran Area Dampak Kategori Risiko* Judgement
25 – 1 1. Beban Keuangan 1. Fiskal Pemilik risiko
Negara 2. Kebijakan
2. Penurunan Reputasi 3. Kepatuhan
3. Sanksi Pidana, Perdata, 4. Legal
dan/atau Administratif 5. Fraud
4. Kecelakaan Kerja 6. Reputasi
5. Gangguan Terhadap 7. Operasional
Layanan Organisasi
6. Penurunan Kinerja

*) Urutan Kategori Risiko belum diatur di KMK-845/KMK.01/2016

65 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Contoh Evaluasi Risiko
2 1
3 Besaran Prioritas
Keterangan
Risiko LK LD LR Risiko Risiko
Besaran risiko A dan D sama, demikian juga
A 4 dengan area dampaknya. Maka, pengurutan
Kategori:
Operasional
4
(Area Dampak:
Penurunan
Tinggi
(4)
19 5 didasarkan pada kategori risiko. Risiko
operasional lebih rendah daripada risiko
fiskal, maka risiko A adalah urutan ke-5.
Reputasi)

5 Sangat Besaran risiko B dan C sama, namun


B 4
(Area Dampak:
Penurunan
Tinggi
(5)
24
3 diurutkan berdasarkan area dampak, maka
risiko B adalah prioritas ke-3
Reputasi)

C 5 Sangat
Besaran risiko B dan C sama, namun

2
(Area Dampak: diurutkan berdasarkan area dampak, maka
4 Tinggi 24 risiko C adalah prioritas ke-2
Beban Keuangan
Negara)
(5)

D 4 Besaran risiko A dan D sama, demikian juga


Kategori:
Fiskal
4
(Area Dampak:
Penurunan
Tinggi
(4)
19
4 dengan area dampaknya. Maka, pengurutan
didasarkan pada kategori risiko. Risiko D
Reputasi) adalah urutan ke-4.
Sangat Besaran risiko paling tinggi
E 5 5 Tinggi
(5)
25 1
66 Subdirektorat Manajemen Risiko
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Next: Indikator Risiko Utama

67 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Kelas MR
di Lingkungan DJBC
Indikator Risiko Utama

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai


68 Kementerian Keuangan RI Subdirektorat Manajemen Risiko
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Indikator Risiko Utama (IRU)

Suatu ukuran yang dapat memberikan informasi sebagai sinyal awal tentang
adanya peningkatan besaran Risiko

Analisis penyebab antara


1 dan akar masalah Risiko 2 Memilih IRU

 Setiap penyebab risiko memiliki satu akar


masalah
 Setiap akar masalah memiliki 1 (satu) IRU
 Apabila terdapat lebih dari 1 (satu) opsi IRU, maka
dilakukan pemilihan IRU dengan kriteria:
 Indikator dapat memberikan informasi yang
signifikan terhadap kejadian Risiko secara dini.
 Indikator dapat diukur dan tersedia
data/informasi yang relevan.
 Manfaat informasi yang diperoleh lebih tinggi
dari biaya pengukurannya.

69 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Batasan IRU

Setiap IRU mempunyai batasan nilai sesuai karakteristiknya


 Batasan ini digunakan untuk menentukan status kemungkinan terjadinya
Risiko sesuai nilai aktual IRU.
Batasan IRU terdiri dari:

Batas atas Nilai maksimal yang dapat diterima atas


indikator tersebut.
Nilai yang diharapkan dan menunjukkan
bahwa indikator tersebut masih dalam
Batas
kondisi normal. Seluruh IRU harus
aman
memiliki batas aman.

Batas bawah Nilai minimal yang dapat diterima atas


indikator tersebut.

Batasan tersebut bersifat kuantitatif yang dikembangkan berdasarkan


pengetahuan dan pertimbangan profesional oleh pemilik Risiko.
70 Subdirektorat Manajemen Risiko
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Penentuan Status IRU

IRU yang hanya memiliki batas


atas

Contoh:
Contoh:
Jumlah
Jumlahpegawai
pegawai
yang
yang
teridentifikasi
teridentifikasi
kasus
kasus
korupsi
korupsi
IRU yang hanya memiliki batas
bawah
Contoh: Persentase pemenuhan jamlat
pegawai Unit Pengawasan

kemungkinan terjadinya Risiko rendah


kemungkinan terjadinya Risiko sedang
Contoh: Persentase himbauan SPT
yang selesai ditindaklanjuti
kemungkinan terjadinya Risiko tinggi
71 Subdirektorat Manajemen Risiko
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Pembentukan IRU DJBC
RISIKO
Mitigasi
Kejadian Penyebab Dampak

Penyebab antara

Akar masalah Indikator Risiko Utama (IRU)

Kejadian Penyebab Root cause Nama IRU Batasan IRU


Kesalahan Ketidaktahuan Petugas front desk tidak Rasio P2KP tentang pengisian
pengisian pengguna jasa dalam dapat menjelaskan tata dokumen dibanding dengan
dokumen BC2.0 mengisi dokumen cara pengisian dengan pelaksanaan P2KP
BC2.0 baik
Petunjuk pengisian Rasio jumlah pertanyaan Batas Aman: x < 3%
dokumen BC2.0 tidak terkait tata cara pengisian Batas Atas: x > 3%
informatif dokumen BC2.0 pada call
center 1500225 Ket.
x: Rasio jumlah pertanyaan terkait
tata cara pengisian dokumen BC2.0
dibanding dengan jumlah
pertanyaan yang masuk

72 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Contoh Penyusunan IRU

Hasil Analisa risiko


>>> Harus >>> Merupakan >>> Perlu disusun Indikator
ditangani Risiko Utama Risiko Utama (IRU)

Root Cause

Penyebab 1 Penyebab 2 Kejadian Dampak

Ketidaktahuan
Petunjuk pengisian
pengguna jasa dalam Kesalahan pengisian Time realese barang
dokumen BC2.0 tidak
mengisi dokumen dokumen BC2.0 bertambah
informatif
BC2.0

Root Cause Nama IRU Batasan IRU


Petunjuk pengisian Rasio jumlah pertanyaan terkait tata Batas Aman: x < 3%
dokumen BC2.0 tidak cara pengisian dokumen BC2.0 pada Batas Atas: x > 3%
informatif call center 1500225

73 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Contoh Penyusunan IRU

Hasil Analisa risiko


>>> Harus >>> Merupakan >>> Perlu disusun Indikator
ditangani Risiko Utama Risiko Utama (IRU)

Root Cause

Penyebab 1 Penyebab 2 Kejadian Dampak

Wartawan
Berita negatif di
Kurang ngupi bareng tidak/belum paham
media masa
tusi DJBC

Root Cause Nama IRU Batasan IRU


Kurang ngupi bareng Rasio ngupi bareng sesuai dengan Batas Aman: x < 3%
rencana Batas Atas: x > 3%

74 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Kelas MR
di Lingkungan DJBC
Jakarta, 14-15 Juni 2017

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai


75 Kementerian Keuangan RI Subdirektorat Manajemen Risiko
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Next: Penanganan Risiko

76 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Kelas MR
di Lingkungan DJBC
Penanganan Risiko

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai


77 Kementerian Keuangan RI Subdirektorat Manajemen Risiko
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Penanganan Risiko

Tahapan untuk menurunkan Level Risiko

Tahapan Penanganan Risiko:

Memilih opsi
Menyusun Menetapkan Menjalankan
penanganan Memantau
rencana aksi Level Risiko rencana aksi
risiko yang Risiko
penanganan residual penanganan
akan tersisa
Risiko harapan Risiko
dijalankan

78 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Opsi Penanganan Risiko

mengurangi  penanganan terhadap penyebab Risiko agar peluang terjadinya Risiko


kemungkinan semakin kecil
1 terjadinya  Opsi ini dapat diambil dalam hal penyebab Risiko tersebut berada dalam
Risiko kontrol internal UPR

menurunkan  penanganan terhadap dampak Risiko apabila Risiko terjadi agar


dampak dampaknya semakin kecil
2
terjadinya  Opsi ini dapat diambil dalam hal UPR mampu mengurangi dampak ketika
Risiko Risiko itu terjadi

 Penangan Risiko dengan memindahkan sebagian atau seluruh Risiko,


baik penyebab dan/atau dampaknya, ke instansi/entitas lainnya.
3  Opsi ini diambil dalam hal:
mengalihkan  pihak lain tersebut memiliki kompetensi terkait hal tersebut dan
Risiko memahami Level Risiko atas kegiatan tersebut;
 proses mengalihkan Risiko tersebut sesuai ketentuan yang berlaku;
dan
 penggunaan opsi ini disetujui oleh atasan pemilik Risiko.

4 5
79 Subdirektorat Manajemen Risiko
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Opsi Penanganan Risiko (Lanjutan)
1 2 3

 penanganan Risiko dengan mengubah/menghilangkan sasaran dan/atau


kegiatan untuk menghilangkan Risiko tersebut.
4  Opsi ini diambil apabila:
menghindari  upaya penurunan Level Risiko di luar kemampuan organisasi;
Risiko  sasaran atau kegiatan yang terkait Risiko tersebut bukan
merupakan tugas dan fungsi utama dalam pelaksanaan visi dan misi
organisasi; dan
 penggunaan opsi ini disetujui oleh atasan pemilik Risiko

 penanganan Risiko dengan tidak melakukan tindakan apapun terhadap


Risiko tersebut.
5  Opsi ini diambil apabila:
menerima
 upaya penurunan Level Risiko di luar kemampuan organisasi;
Risiko , yaitu
 sasaran atau kegiatan yang terkait Risiko tersebut merupakan tugas
dan fungsi utama dalam pelaksanaan visi dan misi organisasi; dan
 penggunaan opsi ini disetujui oleh atasan pemilik Risiko.
 Opsi penanganan Risiko dapat merupakan kombinasi beberapa opsi tersebut dan sedapat
mungkin diarahkan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya Risiko.
 Prioritas opsi ditentukan berdasarkan urutan opsi penanganan sebagaimana di atas.

80 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Ketentuan Rencana Aksi Penanganan Risiko

Rencana aksi penanganan Risiko terdiri atas:


 yang diturunkan dari unit organisasi yang lebih tinggi dan
 yang ditetapkan pada unit organisasi tersebut.

Bukan merupakan pengendalian internal yang sudah dilaksanakan

Jika penanganan Risiko yang telah dilaksanakan tidak dapat menurunkan Level Risiko maka
diperlukan penetapan rencana aksi penanganan Risiko yang baru
Pemilihan rencana aksi penanganan Risiko mempertimbangkan biaya dan manfaat atau nilai
tambah yang diberikan bagi organisasi
Rencana aksi tersebut harus memuat informasi berikut:
 kegiatan dan tahapan kegiatan berdasarkan opsi penanganan yang dipilih;
 output yang diharapkan atas kegiatan tersebut;
 target kuantitatif sesuai output yang telah ditetapkan;
 jadwal implementasi kegiatan penanganan Risiko; dan
 penanggung jawab yang berisi unit yang bertanggung jawab dan unit pendukung atas
setiap tahapan kegiatan penanganan Risiko.
Penanganan yang berhasil menurunkan kemungkinan dan/atau dampak dimasukkan sebagai
aktivitas pengendalian pada periode berikutnya, kecuali rencana penanganan Risiko yang
sifatnya proyek.
81 Subdirektorat Manajemen Risiko
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Contoh Penanganan Risiko

Opsi
Rencana Aksi Penanganan Jadwal Penanggun
Penanganan Output Target
Risiko Implementasi g Jawab
Risiko
Mengurangi • Diklat pejabat peniliti dokumen • Diklat • 1 Diklat Januari s.d. Ses
Kemungkinan • Forum group discussion • FGD • 1 FGD Desember 2017 Dit. TK
• Pengetatan syarat menjadi • Aturan • 1 Atrn
Pejabat peneliti dokumen

Risiko Residual Harapan


Level Kemungkinan Level Dampak Level Risiko
2 3 Rendah (2)
Besaran risiko: 11

Penyebab Kejadian Dampak


Kurangnya kompetensi Kesalahan penetapan Penerimaan Kepabeanan dan Cukai tidak tercapai
pejabat peneliti dokumen klasifikasi (area dampak: beban keuangan negara (non fraud))
[LK: 3] Sedang [3]; Bsr[14] [LD: 3]

82 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Contoh Penanganan Risiko

Opsi
Rencana Aksi Penanganan Jadwal Penanggun
Penanganan Output Target
Risiko Implementasi g Jawab
Risiko
Menurunkan • Penelitian ulang • Penul • 1 Penul Januari s.d. KPU/KPPBC
dampak • Proses Audit • LHA • 1 LHA Desember 2017 Dit. Audit

Risiko Residual Harapan


Level Kemungkinan Level Dampak Level Risiko
3 2 Rendah (2)
Besaran risiko: 10

Penyebab Kejadian Dampak


Kurangnya kompetensi Kesalahan penetapan Penerimaan Kepabeanan dan Cukai tidak tercapai
pejabat peneliti dokumen klasifikasi (area dampak: beban keuangan negara (non fraud))
[LK: 3] Sedang [3]; Bsr[14] [LD: 3]

83 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
RINGKASAN RISIKO NO SO-3

SO
Ringkasan
Ringkasan
Penerimaan
Risiko
Identifikasi Risiko
negara di sektor kepabeanan dan cukai yang optimal

Penerimaan negara yang optimal adalah tingkat pencapaian penerimaan bea masuk, bea keluar, dan cukai
sesuai dengan target yang telah ditetapkan dalam APBN atau APBN-P yang dicerminkan atas pelaksanaan
PENJELASAN SO
perencanaan dan proyeksi penerimaan, pencatatan, monitoring dan evaluasi, pemeriksaan, penelitian dan
penetapan perhitungan pungutan, penagihan piutang, keberatan banding dan dukungan teknis

Kejadian Penyebab Dampak


7. Kesalahan penetapan klasifikasi 7.1 Kurangnya kompetensi pejabat peneliti 7.1 Penerimaan Kepabeanan dan Cukai
dokumen tidak tercapai
7.2 (area dampak: beban keuangan negara
(non fraud))

Mitigasi UIC Matriks


7.11 Diklat pejabat peniliti dokumen 7.1 Ses
7.12 Forum group discussion 7.2 Dit TK
7.13 Pengetatan syarat menjadi Pejabat peneliti dokumen
7.1 KPU/KPPBC
7.11 Penelitian ulang 7.2 Dit. Audit
7.12 Proses Audit

84 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Rencana Kontinjensi

Langkah kegiatan atau proses dalam mengatasi keadaan darurat yang


mempunyai dampak luar biasa dan mengakibatkan keadaan kritis bagi
organisasi.

Rencana kontinjensi secara umum terdiri


atas 3 langkah yakni:
 langkah dalam menangani krisis setelah
bencana terjadi (tanggap darurat);
 kegiatan atau proses pemulihan keadaan
organisasi dalam kondisi darurat; dan
 langkah atau proses pemulihan keadaan
organisasi akibat krisis atau bencana
yang terjadi ke tingkat normal.

85 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Next: Pemantauan dan Reviu

86 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Kelas MR
di Lingkungan DJBC
Pemantauan dan Reviu

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai


87 Kementerian Keuangan RI Subdirektorat Manajemen Risiko
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Matriks Analisis Risiko

PMK 12 (contoh) PMK 171 dan KMK 845 (Penetapan)


Level Dampak
Matriks Analisis 1 2 3 4 5
Risiko Tidak Sangat
Modera Signifika
5x5 Signifik Minor Signifika
t n
an n
Hampir
5 17 10 6 3 1
Pasti terjadi
Sering
Level Kemungkinan

4 20 13 8 4 2
Terjadi
Kadang
3 22 15 11 7 5
Terjadi
Jarang
2 24 19 14 12 9
Terjadi
Hampir
1 Tidak 25 23 21 18 16
terjadi
Tingkatan Level Risiko Besaran Risiko Warna
Tingkatan Level Risiko Besaran Risiko Warna
5 Sangat Tinggi 1-3
5 Sangat Tinggi 20 – 25 Merah
4 Tinggi 4–8
4 Tinggi 16 – 19 Oranye
3 Sedang 9 – 17
3 Sedang 12 – 15 Kuning
2 Rendah 18 – 22
2 Rendah 6 – 11 Hijau
1 Sangat Rendah 23 – 25
1 Sangat Rendah 1-5 Biru

88 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Pemantauan dan Reviu

Tahapan untuk memastikan bahwa implementasi Manajemen Risiko


berjalan secara efektif sesuai dengan rencana dan memberikan umpan
balik bagi organisasi dalam mencapai sasarannya serta penyempurnaan
sistem Manajemen Risiko

Bentuk Pemantauan dan Reviu:

Pemantauan
Audit
Pemantauan berkala
Reviu Manajemen
berkelanjutan (triwulanan
Risiko
/tahunan)

Implementasi
Oleh masing-masing UPR MR TKPMR
(Oleh Itjen)
Oleh Itjen
(Oleh UKI/
Pengelola Risiko)

89 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Periode Pelaksanaan Pemantauan

Peserta Rapat
No Tingkat Periode Penanggung Jawab
Pemantauan
1. Kementerian Triwulanan Menteri Keuangan dan Pelaksana harian
(Kuartalan) Pejabat Eselon I koordinator Risiko
Kementerian
2. Eselon I Triwulanan Masing-masing Pelaksana harian
(Kuartalan) Pimpinan Unit Eselon I koordinator Risiko
dan Pejabat Eselon II Unit Eselon I
3. Eselon II Triwulanan Masing-masing Pelaksana harian
(Kuartalan) Pimpinan Unit Eselon koordinator Risiko
II dan Pejabat Eselon Unit Eselon II
III
4. Eselon III Triwulanan Masing-masing Pelaksana harian
(Kuartalan) Pimpinan Unit Eselon koordinator Risiko
III dengan Pejabat Unit Eselon III
Eselon IV

90 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Dokumen Manajemen Risiko

Piagam Laporan Manajemen


Manajemen Risiko Risiko

 Pernyataan pemilik  Laporan pemantauan: triwulanan dan tahunan


Risiko dalam  Laporan manajemen risiko insidentiil, yang
melaksanakan
Manajemen Risiko disusun apabila:
 terdapat kondisi abnormal yang perlu
 Lampiran:
dilaporkan segera kepada pimpinan untuk
• Formulir konteks memberikan masukan mengenai rencana
Manajemen Risiko, kontinjensi;
• Formulir profil dan  terdapat permintaan dari pimpinan untuk
peta Risiko, dan memberikan masukan berdasarkan analisis
• Formulir penanganan dalam pengambilan suatu keputusan atau
Risiko. kebijakan tertentu
 Loss Event Database (LED)

91 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Loss Event Database (LED)

Dokumen yang berisi catatan Risiko yang terjadi pada tahun berjalan baik
yang telah diidentifikasi dalam profil Risiko maupun tidak

92 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Formulir Laporan Pemantauan Triwulanan

93 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Formulir Laporan Pemantauan Tahunan

94 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Mekanisme Penyampaian Dokumen Manajemen
Risiko

Pelaksana harian koordinator


Kementerian Inspektorat Jenderal
Risiko Kementerian

Pelaksana harian koordinator Menteri Keuangan dengan


Eselon I Risiko Unit Eselon I tembusan Itjen

Pelaksana harian koordinator


Eselon II Pimpinan Unit Eselon I
Risiko Unit Eselon II

Pelaksana harian koordinator


Eselon III Pimpinan Unit Eselon II
Risiko Unit Eselon III

Periode Penyampaian:
 Laporan Piagam Manajemen Risiko : 31 Januari
 Laporan pemantauan : triwulanan dan tahunan

95 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Next: Dokumentasi MR

97 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Kelas MR
di Lingkungan DJBC
Dokumentasi MR

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai


98 Kementerian Keuangan RI Subdirektorat Manajemen Risiko
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Dokumen Manajemen Risiko

Piagam Laporan Manajemen


Manajemen Risiko Risiko

 Pernyataan pemilik  Laporan pemantauan: triwulanan dan tahunan


Risiko dalam  Laporan manajemen risiko insidentil, yang
melaksanakan
Manajemen Risiko disusun apabila:
 terdapat kondisi abnormal yang perlu
 Lampiran:
dilaporkan segera kepada pimpinan untuk
• Formulir konteks memberikan masukan mengenai rencana
Manajemen Risiko, kontinjensi;
• Formulir profil dan  terdapat permintaan dari pimpinan untuk
peta Risiko, dan memberikan masukan berdasarkan analisis
• Formulir penanganan dalam pengambilan suatu keputusan atau
Risiko. kebijakan tertentu
 Loss Event Database (LED)

99 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Format Piagam Manajemen Risiko

100 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Formulir Penetapan Konteks

101 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Formulir Profil dan Peta Risiko

102 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Formulir Penangan Risiko

103 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Formulir Laporan Pemantauan Triwulanan

104 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Formulir Laporan Pemantauan Tahunan

105 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Loss Event Database (LED)

Dokumen yang berisi catatan Risiko yang terjadi pada tahun berjalan baik
yang telah diidentifikasi dalam profil Risiko maupun tidak

106 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Format Rencana Kontijensi

107 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Manual Indikator Risiko Utama

108 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Terima Kasih 
Contact Us : subdit.mr@gmail.com

109 Subdirektorat Manajemen Risiko


Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

Anda mungkin juga menyukai