Anda di halaman 1dari 36

Oleh:

Nisaul Azmi Nafilah


131511133091
o Sufokasi adalah tipe dari asfiksia mekanik yang
disebabkan baik karena kekurangan oksigen di suatu
lingkungan atau karena terjadi obstruksi mekanik ke
saluran pernafasan yang bukan disebabkan konstriksi atau
penyempitan pada leher dan tenggelam (drowning)
(Bardale, 2011)
o Sufokasi adalah asfiksia, di mana pasokan oksigen tidak
memadai di lingkungan sekitarnya dan gagal mencapai
aliran darah (Stewart, 2012).
1. Kekurangan oksigen di udara
(environmental suffovcation),
contoh: Keracunan gas CO, CO2,
SO2, dll.
Menurut Bardale (2011):
2. Plastic bag suffocation
3. Obstruksi pada saluran
pernafasan (bukan disebabkan
kompresi pada leher dan
drowning)
External (Mechanical Obstruction) Internal (cellular level)

 Sufokasi eksternal mencakup semua  Sufokasi internal adalah gangguan di


proses pernafasan yang mengalami transportasi oksigen dan kerusakan
obstruksi atau restriksi pada saluran pada tingkat sel. Contoh: inhalation /
pernafasan. Contoh: smothering, irrespirable gas
choking, asfiksia traumatik, throttling,
strangulation, dan cafe coronary.
External (Mechanical Obstruction)
1. Smothening 2. Choking
Smothering adalah bentuk asfiksia Obstruksi saluran pernafasan yang
yang disebabkan oleh oklusi mekanis berasal dari dalam. Choking terjadi
pada saluran pernasan bagian luar sebagai dampak dari benda asing
(hidung dan mulut). (Bardale, 2011). yang masuk ke saluran pernafasan,
seperi tulang ikan, koin, kapas, cacing
gelang, atificial teeth, dll.
External (Mechanical Obstruction)

3. Asfiksia Traumatik 4. Throttling


Asfiksia traumatik merupakan bentuk Kompresi pada leher
asfiksia violent yang disebabkan karena dengan 1 atau 2
adanya fiksasi mekanik pada thorak tangan atau menekan
sehingga menghalangi perpindahan jalan leher dengan
nafas (Bardale, 2011). menggunakan lengan
atas dan bawah
didefinisikan sebagai
throttling (James et all,
2003)
External (Mechanical Obstruction)

6. Café Coronary
5. Strangling / Strangulation
Cafe coronary telah dilaporkan
Pencekikan pada leher dengan bahwa seseorang yang sedang
menggunakan tangan. Penyebab duduk di cafe atau bar mengalami
kematian pada strangling biasanya kolaps dan kematian. Hal ini seolah
karena adanya kombinasi iskemia orang tersebut mengalami serangan
dengan kompresi arteri karotis dan jantung mendadak. Namun pada
obtruksi pernafasan dengan pemeriksaan post-mortem, terdapat
kompresi dari trakea atau laring sisa makanan atau tulang ikan terlihat
(James et all, 2003) di saluran pernafasan yang
mengindikasikan orang tersebut
meninggal karena asfiksia dan bukan
PJK.
Internal (Cellular Level)

Inhalation / Irrespirable Gas

Menghirup gas beracun seperti CO2, asap kebakaran, hidrogen


sulfat, dan metana pada pekerja selokan dapat menyebabkan
terjadinya sufokasi. Sufokasi juga dapat terjadi pada ruangan kecil
dengan banyak orang di dalamnya (Sharma, 2008).
Global Local
 Hipoksia (Non-Asphyxial) Terjadi iskemia karena
 Asphyxial kurangan oksigen (James et
all, 2003).
Global
1. Hipoksia (Non-Asphyxial) 2. Asphyxial

Global hypozia atau anoxia adalah Global asphyxia mengacu pada


tidak adanya oksigen yang bisa retensi CO2 yang menyebabkan
disebabkan secara eksternal peningkatan aktivitas pernafasan
(misalnya karena kekurangan oksigen seperti yang terjadi pada drowning,
gagging, tension pneumothorax,
saat proses inspirasi dan restrikse restriksi rongga thorax, dan asma
volume udara (adanya kehadiran gas (James et all, 2003)
inert)), atau secara internal
(edemaparu, cyan derivatives, atau
keraucunan metamoglobinemia atau
karbon monosida), dan adanya
penyakit seperti myasthenia gravis
(James et all, 2003)
Penutupan lubang
pasokan oksigen Oksigen tidak dapat
saluran napas atas
tidak memadai masuk ke paru
dan keracunan gas

Proses ventilasi
Hipoksia dan Suplai O2 ke paru
terganggu
Hiperkapnea menurun
•1
•3
Fase Dispneu Pre-terminal •5
Terjadi dispneu
Respiratory Pause kehilangan gerakan
saat proses Tidak ada aktivitas sistem pernafasan:
ekspirasi dengan pernafasan, paralisis saluran hilangnya reflek dan
peningkatan RR, nafas dan pusat sirkulasi,
sianosis, dan •2 takikardi, hipertensi sistemik.
dilatasi pupil. Durasi
selama 1-4 menit.
takikardi. Pada
fase dispenu
Fase Konvulsif
Durasi selama 60-120 detik.
•4
dengan
peningkatan RR Kehilangan Mulai timbul nafas
biasanya tidak kesadaran, distress seperti terenga-engah
terjadi pada pernafasan, kongesti karena reflek primitif
sufokasi hypoxic. facial, bradikardi, pernafasan
Berlangsung hipertensi, dan
selama 60 – 80 konvulsi. Durasi
detik. selama 2 menit.
Temuan Eksternal Temuan Internal
 Hipoksia Perdarahan intra-kranial
Sianosis Edema cerebral
Congesti dan edema Pulmonary edema
Petekie hemoragik Perdarahan visceral
Fluidity of blood
Kongesti visceral
Pembengkakan jantung kanan
PaO2
 PaO2 : 80-100
pH
mmhg (normal)
 60-80 mmHg pH : 7,35-7,45 PCO2
(hipoksia ringan) SaO2 (normal)
 40-60 mmHg  PaCO2 : 35-45
(hipoksia sedang)  SaO2 : 95%-97% mmHg (normal)
 < 40 mmHg (normal)
(berat)  >45 mmHg
 <90% (dapat (hipoventilasi)
mengindentifika
si hipoksemia)  <35 mmHg
(hiperventilasi)
Penatalaksanaan jika tersedak:
1. Pindahkan korban ke tempat yang aman dan datar
2. Pastikan ABC korban baik
3. Berikan oksigenasi yang adekuat
4. Pertahankan tekanan darah arterial dalam batas normal
5. Longgarkan pakaian korban
6. Bila korban dalam keadaan sadar mintalah korban untuk muntah
7. Bila korban tak sadarkan diri, lakukan prosedur pembebasan jalan nafas
8. Berikan bantuan hidup dasar, CPR dan lakukan manuver Heimlich
Kardiovaskuler Hati
Dapat mengalami Hati dapat
iskemia miokardial mengalami
transien. Secara Ginjal kerusakan yang GI Tract
klinis dapat berat sehingga Resiko
menimbulkan
ditemukan gejala fungsinya dapat terjadinya
gangguan
gagal jantung. terganggu. iskemia
perfusi dan
dilusi ginjal saluran cerna
dan
serta kelainan enterokolitis
filtrasi nekrotin
glomerulus
1. Kebersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan gangguan ventilasi
akibat obstruksi mekanik.
2. Gangguan pertukaran gas yang
berhubungan dengan ketidakadekuatan
suplai oksigen, ventilasi-perfusi
3. Risiko penurunan perfusi jaringan
jantung berhubungan dengan
hipoventilasi
4. Risiko asfiksia berhubungan dengan
mekanis atau adanya obstuksi fungsional
pada aliran udara
5. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan
dengan hipoksia dan hiperkapnea
6. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
berhubungan dengan penurunann kadar
oksigen
o Drowning didefiniskikan sebagai
sebuah gangguan pernafasan yang
diakibatkan terendam dalam cairan
(World Congress On Drowning, 2002)
o Proses drowning dimulai ketika jalan
nafas pasien diisi dengan cairan,
biasanya air, yang –jika proses ini
terus berlanjut- mungkin atau juga
bisa tidak menimbulkan kematian
(Vincen, et all, 2011).
 Anak lebih muda, khusunya <4  Epilepsi, penyakit jantung,
tahun diabetes, retardasi mental dan
 Penelantaran dan kesalahan geriatrik.
pengurusan anak  Bunuh diri, pembunuhan. Trauma
 Intoksikasi alcohol : 40-50 % tumpul, terjebak, cidera saat
nyaris tenggelam akibat melompat, kecelakaan perahu, arus
penggunaan alcohol bawah yang berlawanan dengan
arus pada permukaan air laut
 Penyalahgunaan obat (undertow).
 Gangguan kejang  Terjun ke dalam kolam di gua atau
ke dalam danau di pegunungan.
BERDASARKAN JENIS AIR

Fresh Water Drowning Salt-Water Drowning


Aspirasi freswather (hypotonic) Aspirasi saltwater (hypertonic)
sebagai akibat asborbsi aspirasi hasil dari perubahan air dan
cairan dari paru yang sangat cepat plasma protein dari sirkulasi
sehingga menimbulkan menuju ke alveoli yang sangat
hipervolemia dan hypotonicity. cepat
BERDASARKAN CAIRAN ASPIRASI

Wet Drowning Dry Drowning


Aspirasi freswather (hypotonic) Aspirasi saltwater (hypertonic)
sebagai akibat asborbsi aspirasi hasil dari perubahan air dan
cairan dari paru yang sangat cepat plasma protein dari sirkulasi
sehingga menimbulkan menuju ke alveoli yang sangat
hipervolemia dan hypotonicity. cepat
Sindrom tenggelam
Secondary Drowning
(immersion syndrome)
 Kematian mendadak akibat aritmia Terjadi beberapa hari setelah
ventrikel atau asistol yang korban tenggelam diangkut dari
disebabkan oleh air dingin
air. Korban meninggal karena
Penyebab sindrom ini adalah komplikasi yang diakibatkan
mekanisme refleks (refleks tenggelam seperti asppirasi,
menyelam) yang terjadi pada saat
wajah tercelup ke dalam air dingin pneumonia, dan
sehingga terjadi apnea, bradikardia ketidakseimbangan elektrolit
dan vasokonstriksi perifer yang
intensif
• SALT-WATER DROWNING

Kosentrasi Air ditarik dari Pulmonal ke


sirkulasi pulmnal Oedem
elektrolit > ke jaringan jarigan
interstitial Pulmonal
dari darah intersitial

Payah Sirkulasi haemokonsentrasi


jantung melambat
• FRESH WATER fDROWNING

Air masuk Hemodilusi Peningkatan


Hemolisis
aliran darah ion kalium

Tekanan
Cerebral Fibrilasi
darah
anoksi ventrikel
menurun
Air Tawar Air laut
Osmolaritas < darah Osmolaritas > darah
Hipotonis Hipertonis
Hipervolemia Hipovolemia
Hemodilusi Hemokonsentrasi
Kategori C (Comatase)
Kategori A (Awake) Kategori B (Blunted)
 Sadar / GCS 15,  Stupor  Koma
 sianosis, apnea  Respons terhadap
 Respons abnormal
beberapa menit, rangsang
dilakukan pertolongan terhadap nyeri
 Distress pernapasan,
kembali bernapas sianosis, takipneu,  Pernapasan sentral
spontan perubahan auskultasi abnormal(mati batang
 Hipotermi ringan dada otak)
 Perubahan radiologis  Perubahan radiologis  Hipotermi
ringan pada dada dada
 Lab BGA : asidosisi  Lab BGA abnormal
 Lab BGA : asidosis
metabolic, hipoksemia, metabolic, hiperkarbia,
pH <7.1 hipoksemia
Perubahan cairan dan
elektrolit
PERUBAHAN Perubahan pada
• Aspirasi air laut mengakibatkan
PADA PARU-PARU kardiovaskular perubahan elektrolit dan
perubahan cairan karena
Aspirasi paru Perubahan pada besarnya kadar Na dan
terjadi pada kardivaskuler yang osmolaritasnya
terjadi pada hampir
90% korban tenggelam sebagian • Hiperkalemia dapat terajdi
tenggelam, besar karena karena kerusakan jaringan
dan 80-90% Perubahan perubahan tekanan akibat hipoksia yang luas.
pada korban pada SSP parsial oksigen dan
gangguan asam basa Perubahan pada
hampir Kehilangan ginjal
tenggelam kesadaran, distress
pernafasan, kongesti
Kerusakan ginjal progresif
facial, bradikardi, akan mengakibatkan tubular
hipertensi, dan nekrosis akut akibat
konvulsi. Durasi hipoksemia berat, asidosis
selama 2 menit. laktat dan perubahan aliran
darah ke ginjal.
 Pulse Oksimetri

 Copnometry

 Blood Studies :: Analisis BGA,


Pemeriksaan Diagnostik : Complete Blood Count (CBC)
dan WBC Count (WBCs),
Elektrolit, glukosa, BUN &
Kreatinin, Toxicology Screen

 Radiology : Chest Radiograph


(CXR, Skull radiograph , Spinal
Radiograph, Head CT
In-Water Basic Life Support And On-Land Basic Drowning Life
Rescue Support
 Jika pasien sadar, lakukan  memposisikan korban posisi
penyelamatan di darat horizontal sedapat mungkin,
tanpa perawatan medis supinasi, dan menjauhi dari
lebih lanjut. air untuk mencegah
datangnya air. Jika korban
 Untuk korban yang tidak bernapas, posisikan posisi
sadar, tahap yang paling recovery (posisi dekubitus
penting adalah penentuan lateral).
tindakan resusitasi
Advanced Drowning Life Support On Site

 Non Resuscitatable Conditition


Korban yang tenggelam lebih dari 1 jam atau dengan tanda fisik kematian yang kelihatan (rigor
mortis, puterfaction) tidak perlu dilakukan resusitasi.
 Grade 6: Cardiopulmonary Arrest
Resusitasi dimulai dengan ALS sampai sukses. Prioritas pertama adalah adekuatnya oksigenasi dan
ventilasi.
 Grade 5: Respiratory Arrest
Respiratory arrest biasanya terbalik dengan ADLS. Protokol oksigenasi dan ventilasi sama dengan
grade 6.
 Grade 4: Edema pulmonal akut dengan hipotensi
Oksigen dengan ventilator mekanik adalah terapi pertama. Oksigen dengan menggunakan
facemask menggunakan oksigen 15L/min sampai orotracheal tube terpasang. Grade 4
membutuhkan intubasi dini pada semua kasus untuk mengoptimalkan tekanan positif jalan nafas.
Advanced Drowning Life Support On Site

 Grade 3: Edema pulmonal akut tanpa hipotensi


 Korban dengan SaO2 > 90% menggunakan oksigen 15 L/menit dengan facemask dapat
menolerir ventilator non-invasif hanya kasus 27,6%. 72,4% patien membutuhkan intubasi dan
ventilasi mekanis, dan diikuti sama dengan protokol di grade 4
 Grade 2: Auskultasi abnormal dengan suara rale di beberapa bagian paru
Korban hanya mendapatkan oksigen menggunakan kanul nasal.
 Grade 1: Batuk dengan auskultasi paru normal
Korban tidak perlu banyak oksigen atau pertolongan oksigen
 Penyelamatan: Tanpa batuk atau kesulitan bernafas, Auskultasi paru normal
Evaluasi dan biasanya tidak memerlukan perawatan lebih lanjut.
 Ensefalopati Hipoksik

 Fibrosis interstitial
pulmonal
Komplikasi:

 Pneumonia aspirasi

 Disiritmia ventricular, dll.


 Ketidakefektifan bersihan jalan
napas b.d. spasme jalan napas,
sekresi berlebih yang tertahan,
adanya benda asing di jalan
napas
 Ketidakefektifan pertukaran gas
b.d. asfiksia dan aspirasi
 Hipotermi b.d terendam dalam
air dingin
 Kelebihan volume cairan b.d
edema paru
 Resiko Infeksi b.d. aspirasi
Bardale, Rajesh. 2011. Principles Of Forensic Medicine And Toxicology. London: J.P Medical Ltd

Baird, Mariane Saunorus. 2005. Manual Of Critical Care Nursing: Nursing Interventions And Collaborative
Management 5th Edition. Missouri: Elsevier Mosby

Behrman, R. E., Kliegman, R. M., & Arvin, A. M. (2000). Ilmu Kesehatan Anak Nelson Volume 1 (ed. 15). Jakarta:
EGC.

James et all. 2003. Forensic Medicine: Clinical And Pathological Aspects. London: Greenwich Medical Media.
Oman, Kathleen S, K. M. (2008). Panduan Belajar: Keperawatan Emergensi. Jakarta: EGC.
Schwartz, M. W. (2005). Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: EGC
Sharma, RK. 2008. Concice Textbook Of Forensic Medicine & Toxicology 2nd Edition. New Delhi: Elsevier
Stewart, kent. (2012). Forensic Nursing Science. St. Louis. Missouri: Elsevier Mosby
Vincent, et all. 2011. Textbook Of Critical Care 6th Edition. Missouri: Elsevier Mosby

Anda mungkin juga menyukai