Anda di halaman 1dari 39

Asuhan Keperawatan

Kegagalan Multi Organ:


DIC, SIRS, Sepsis, dan
MODS

Kelompok 7
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)
Definisi

Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) adalah


sindrom klinis yang ditandai dengan aktivasi koagulasi yang
mengakibatkan pembentukan gumpalan fibrin dalam
pembuluh darah sedang dan kecil di seluruh tubuh.
Disseminated Intravascular Coagulation merupakan
gangguan umum akibat dari koagulasi atau penggumpalan
darah.
Etiologi
• Keganasan: leukemia akut, keganasan padatan metastasis
• Infeksi: bakteri (endotoksin gram negatif, mucopolysaccharides
gram-positif), virus (hepatitis, varicella, cytorrego. Rus), jamur,
parasit
• Komplikasi kehamilan: eklampsia / preeklampsia, solusio
plasenta, emboli cairan ketuban
• Trauma parah: cedera kepala, luka bakar, cedera remuk, nekrosis
jaringan
• Penyakit hati: ikterus obstruktif, gagal hati akut
• Hemolisis intravaskular: reaksi transfusi, hemolisis obat
• Hipoksia dan keadaan aliran darah rendah: hipotensi arteri
sekunder akibat syok, henti jantung paru
Patofisiologi
WOC
Manifestasi Klinis
Sistem integumentary
• Lesi hemoragik dan vaskular yang luas
• Sistem dermatologi : petechiae , jaundice (akibat disfungsi hati atau
hemolysis), purpura, bulae hemoragik , acral sianosis, nekrosis kulit
pada ekstrimitas bawah (purpura fulminans)
• Acrocuanosis (bercak sianotik berbentuk tidak teratur)
• Ganggren

Sistem syaraf pusat


• Hemoragik subaraknoid
• Kondisi kesadaran yang berubah (sedikit kebingungan, kejang-kejang
dan koma)
Cont...
Sistem pencernaan Sistem ginjal
• Pendarahan okultis hingga
pendarahan gastrointestinal - Hematuria
masif - Oliguria
• Distensi perut - Gagal ginjal
• Rasa tidak enak
• Kelemahan
Sistem paru-paru
• ARDS
• Sianosis
• Takipnea
• Hipoksemia
Pemeriksaan Diagnosis
• Kadar D-dimer (yang berasal dari fibrin) meningkat yang mengindikasikan
trombosis, aktivasi prokoagulan)
• Kadar FDP (aktivasi fibrinolitik) meningkat
• Kadar antitrombin (AT) yang merupakan pembentuk antitrombin III menurun
(dibuktikan oleh konsumsi inhibitor)
• Prothrombin time (PT) memanjang
• Activated Partial Thromboplastin time (aPTT) memanjang
• Thrombin time ( TT) memanjang
• Kadar fibrinogen menurun
• Morfologi sel darah merah menunjukan adanya sitosit pada hitung darah
lengkap
• Jumlah trombosit menurun pada hitung darah lengkap.
• Uji faktor pembekuan biasanya ikut mengalami penurunan (Sivula, 2005)
Pemeriksaan diagnosis

• Complete Blood Count (CBC)


• D-dimer
• Prothrimbin Time (PTT)
• Fibrinogen
Penatalaksanaan
• Antikoagulan
• Plasma dan trombosit
• Penghambat pembekuan (AT III)
• Red Blood Cell
Komplikasi

1. Kerusakan ginjal akut 7. Hemothorax


2. Perubahan status mental 8. Intraserebral hematoma
3. Disfungsi respirasi
9. Gangrene
4. Disfungsi hepar
10. Shock
5. Thrombosis yang mengancam
nyawa dan hemoragi 11. Kematian
6. Tamponade jantung
Konsep Systemic Inflammatory
Response Syndrome (SIRS)

Definisi
SIRS (Systemic Inflammatory Response
Syndrome) adalah respon klinis terhadap rangsangan
(insult) spesifik dan nonspesifik (Leksana, 2013).
Systemic Inflammatory Response Syndrome
atau SIRS terdiri dari rangkaian kejadian sistemik
yang terjadi sebagai bentuk respons inflamasi.
Etiologi
SIRS dapat disebabkan oleh infeksi-infeksi bakteri gram negatif (
paling banyak 60%) atau sebagian kecil bakteri gram positif(Grac
e&Borley, 2007) :
1. Luka bakar
2. Trauma
3. Syok hipovolemik
4. Pankreatitis
5. Bakteri gram negatif (60%)
Patofisiologi
SIRS terjadi karena respon tubuh terhadap produk-produk bakteri seperti
endotoksin pada bakteri gram (-) paling banyak dan peptidoglikan complex
pada bakteri gram (+). prodik bakteri dan sitokin (dihasilkan tubuh sebagai
respon terhadap infeksi) menyebabkan
Trauma, peradangan, atau infeksi biasanya terjadi pada bacteri gram (-)
sebesar 60% yang biasanya ditemukan dalam saluran empedu,
gastrointestinal dll. Masuk kedalam tubuh bisa karena makanan atau
tindakan operasi. Bacteri tersebt masuk kedalam tubuh akan endotoksin.
Dimana bacteri tersebut mempunyai lapisan bernama lipo polisakarrida
(LPS) . LPS akan memikat protein dalam plasma dan akan dikenali oleh
makrofag. Sebelum makrofag memfagosit, dia mengikat CD14 yang ada di
lapisan luar makrofag dan mengenalkan ke TLR 4 yakni protein khusus
dalam respon imun terhadap Patogen. Selanjutnya makrofag akan
memfagosit dan menstranskrip dan memicu sitokinin memproduksi Tumor
necrotizing factor-a (TNF-a) dan interleukin-1 (IL-1) yang dirilis pertama.
IL-1 menstimulasi pelepasan endotelin-1 yang
merupakan suatu vasokonstriktor yang kuat. IL-1 juga
menstimulasi inducible nitric oxide synthase (iNOS) yang
menyebabkan peningkatan pembentukan ROS dan reactive
nitrogen species (RNS) seperti nitrotyrosine yang
selanjutnya akan menyebabkan stres oksidatif dan disfungsi
endotel.
Inducible Nitric Oxide Synthase (INOS) dalam miosit
dan endotel vaskular untuk memproduksi Nitric Oxide
(NO). Pada penelitian sebelumnya diketahui bahwa jumlah
NO yang diproduksi secara berlebih dalam jantung dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan pada bagian
miokardium menyebabkan sesak nafas (takipnea)
Selanjutnya pada tahap progresi selain menyebabkan disfungsi
endotel IL-1 juga berperan dalam mengaktivasi lekosit dan
protease. Kemudian pada tahap komplikasi IL-1 mengakibatkan
aktivasi platelet sampai menyebabkan terjadinya ruptur plak
ateroma dan selanjutnya mengakibatkan tromboss (stroke/sepsis).
Pelepasan IL-1 dan TNF-a (atau adanya endotoksin atau
eksotoksin) menyebabkan pembelahan inhibitor factor-kB nuklir
(NF-kB). Setelah inhibitor dihapus, NF-kB mampu untuk memulai
produksi asam ribonukleat messenger (mRNA), yang menginduksi
produksi sitokin proinflamasi lainnya. IL-6, IL-8.
Sedangkan TNF memiliki efek biologik antara lain :
– Pengerahan neutrofil dan monositke tempat infeksi
sertamengaktifkan sel-sel tersebutuntuk menyingkirkan mikroba.
– Merangsang makrofag mensekresi kemokin dan menginduksi
kemotaksis dan pengerahan leukosit.
– Merangsang hipotalamus yang menginduksi panas
WOC
Manifestasi Klinis
Dikatakan SIRS apabila terdapat 2 atau lebih dari 4
variabel berikut (Leksana, 2013) :
1. Suhu lebih dari 38oC atau kurang dari 36 oC
2. Denyut jantung lebih dari 90 x/menit
3. Frekuensi napas lebih dari 20 x/menit atau
tekanan parsial karbon dioksida (PaCO2) kurang
dari 32 mmHg
4. Leukosit >12.000/μL atau <4.000/μL atau >10%
bentuk imatur
Penatalaksanaan
Oksigenasi
• Pada keadaan hipoksemia berat dan gagal napas bila disertai
dengan penurunan kesadaran atau kerja ventilasi yang berat,
ventilasi mekanik segera dilakukan.
Antibiotik :
• Cefepime adalah obat yang dapat digunakan baik sebelum atau
sesudah operasi tertentu untuk mencegah infeksi
• piperacillin-tazobactam, mengobati berbagai infeksi berbeda
yang disebabkan oleh bakteri, seperti infeksi saluran kemih,
infeksi tulang dan sendi, infeksi vagina yang berat, infeksi
lambung, infeksi kulit, dan pneumonia
• carbapenem (imipenem, meropenem, atau doripenem),
menghentikan pertumbuhan bakteri.
• Quinolone atau aztreonam . mengobati infeksi bakteri
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk
menunjang diagnosis SIRS (Burns M. & Chulay,
2006), yaitu:
1. Pemeriksaan sel darah lengkap
2. Arterial Blood Gas
3. Tanda-tanda Vital
Komplikasi

– ARDS
– Koagulasi intravaskular diseminata
– Gagal ginjal akut
– Perdarahan usus
– Gagal hati gagal jantung
– Disfungsi sistem saraf pusat
– Kematian
KONSEP SEPSIS

Definisi
Sepsis adalah kondisi kompleks yang ditandai dengan
aktivasi simultan peradangan dan koagulasi sebagai
respons terhadap perlawanan terhadap mikroba.
Tahap sepsis (Mertens K. Applied Biology. University of
Aberdeen.; 2014. Zinc in inflammation and sepsis) :

1. Sepsis
Infeksi memiliki gejala klinis (memiliki dua atau lebih dari yang berikut):
 Suhu tubuh> 38 ° C atau <36 ° C,
 Tachycardia: detak jantung lebih dari> 90 / mnt,
 Takipnea (frekuensi pernapasan> 20 / mnt) atau kebutuhan pernapasan
mekanis
 Jumlah sel darah putih> 12 × 109 / L atau <4 × 109 / L
2. Severe Sepsis: Disfungsi organ yang diinduksi sepsis atau hipotensi bersamaan
dengan sepsis.
3. Syok Septik: Sepsis berat bersama dengan hipotensi arteri (tekanan arteri sistolik
<90 mmHg atau tekanan darah arteri rerata <65 mmHg.
4. MODS: Menyebar ke 2 organ atau lebih
Etiologi Sepsis

Infeksi bakteri : Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan


Streptococcus pneumonia.
Faktor-faktor yang mempermudah terjadi sepsis yakni :
• Diabetes mellitus
• Luka bakar
• Neutopeni
• Limfom
• Divertikulitis, perforasi usus
• Adanya benda asing dalam tubuh seperti kateter.
Patofisiologi dan WOC
Manifestasi Klinis
Kriteria Diagnostik sepsis menurut ACCP/SCCM th 2001
dan International Sepsis Definitions Conference, Critical
Care Medicine (2003) :
1. Variabel umum
2. Variabel inflamasi
3. Variabel hemodinamik
4. Variabel perfusi jaringan
5. Variabel disfungsi organ
Penatalaksanaan
Komplikasi
• Cedera paru akut (acute lung injury) dan sindrom
gangguan fungsi respirasi akut (acute respiratory distress
syndrome)
• Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)
• Gagal jantung
• Gangguan fungsi hati
• Gagal ginjal
• Sindroma disfungsi multiorgan
Konsep Multiple Organ Dysfunction
Syndrome (MODS)
Definisi
Sindrom Disfungsi Organ Multipel (Multiple
Organ Dysfunction Syndrome/ MODS)
Multisystem Organ Failure (MSOF)
didefinisikan sebagai adanya fungsi organ
yang berubah pada pasien yang sakit akut,
sehingga homeostasis tidak dapat
dipertahankan lagi tanpa intervensi.
Etiologi
• Sepsis dan septic syok (penyebab paling banyak)
• Trauma berat
• Operasi besar
• Luka bakar
• Syok Sirkulasi
• Pankreatitis akut
• Gagal ginjal akut
• ARDS
• Kegagalan fungsi hati
• Iskemia mesenterik
• Nekrosis jaringan
Patofisiologi
Manifestasi klinis
Pulmonal Liver
• ARDS • Peningkatan serum bilirubin
• Peningkatan enzim liver (serum
• Hipertensi pulmonal aspartat transaminase, serum
Gatrointestinal alanine aminotransferase, lactic
• Distensi abdomen dan asites dehidrogenase, alkalin
phosphatase)
• Intoleransi pada makanan enteral • Peningkatan serum ammonia
• Paralitik usus • Penurunan serum transferring
• Pendarahan gastrointestinal • Jaundice
• Diare • Hepatomegaly
• Iskemik colitis Empedu
• Nyeri pada kuadran kanan atas
• Ulserasi mukosa
• Distensi abdomen
• Penurunan bising usus • Demam
• Pertumbuhan berlebih bakteri • Penurunan bising usus
dalam feces
Cont..
Metabolik/nutrisi
Kardiovaskular
• Penurunan berat badan
• Pengecilan otot • Hyperdynamic
• Hyperglycemia • Penurunan tekanan kapiler paru
• Hypertriglyceridemia • Penurunan resistensi vaskular sistemik
• Peningkatan serum laktat • Penurunan tekanan atrium kanan
• Penurunan serum albumin, • Peningkatan konsumsi oksigen
transferrin, prealbumin, • Peningkatan Cardiac Output (CO) dan heart rate
retinol binding protein
Renal • Hypodinamic
• Peningkatan serum • Peningkatan resistensi vaskular sistemik
kreatinin dan BUN Sistem saraf pusat
• Oliguria, anuria, atau • Letargi
polyuria dengan prerenal
azotemia atau nekrosis • Perubahan tingkat kesadaran
tubular akut • Demam
• Hepatic encephalopathy
Cont...

Koagulasi dan hematologi


• Trombositopenia
• Diseminasi koagulasi intravascular
• Imun
• Infeksi
• Penurunan limfosit
• Alergi
Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan


dengan Sistem skoring APACHE II
a. Acute Physiology Score (APS)
b. Skor penyakit kronis
c. Usia
d. Interpretasi skor
Penatalaksanaan
Terapi untuk pasien MODS masih belum
ditemukan. Namun terdapat tatalaksana
suportif yang utama pada pasien MODS, sesuai
dengan disfungsi sistem organ yang paling
sering terjadi, meliputi manajemen
hemodinamik, respirasi, ginjal, hematologi,
gastrointestinal, endokrin, dan tidak kalah
pentingnya adalah nutrisi.
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai