Anda di halaman 1dari 11

MEMBANGUN JIWA, FAHAM DAN SEMANGAT BELA NEGARA

DLM MEMPERKOKOH KETAHANAN BANGSA


OLEH M. FACHRUDDIEN, SH, MH
Kepala Biro Hukum Setjen Departemen Pertahanan
NAMA : M. FACHRUDDIEN,SH, MH
PANGKAT : PEMBINA UTAMA MUDA IV/C
NIP : 040034774
JABATAN : KEPALA BIRO HUKUM SETJEN DEPHAN
TPT/TGL LAHIR : LAMONGAN, 2 FEBRUARI 1954
PENDIDIKAN : - S1 FH UII YOGYA THN 1978
- S2 UNTAR JAKARTA 2003
- SUS LEGAL DRAFTER
- SEPAMA 1997
- SEPAMEN 2003
1
BELA NEGARA
DALAM UNDANG-UNDANG DASAR 1945

PASAL 30
(1) Tiap-tiap WN berhak dan wajib ikut serta dalam usaha Han dan Kam
negara.

(2) Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem


Han dan Kam rakyat Semesta leh TNI dan Polri, sebagai kekuatan utama
dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung.

(5) Sus dan Duk TNI, Polri, Hubungan Kewenangan TNI dan Polri di dlm
mjlnkan tgsnya, syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha
han dan kam negara, serta hal-hal lain diatur UU.
2

UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2002 TTG


PERTAHANAN NEGARA

Pasal 2
Hakikat Hanneg adalah segala upaya pertahanan bersifat semesta yang
penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran atas hak dan
kewajiban warga negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri.

Pasal 6
Pertahanan Negara diselenggarakan melalui usaha membangun dan
membina kemampuan, daya tangkal negara dan bangsa, serta
menanggulangi setiap ancaman.
3
UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2002 TTG
PERTAHANAN NEGARA

Pasal 7

(1) Pertahanan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6,


diselenggarakan oleh pemerintah dan dipersiapkan secara
dini dengan sistem pertahanan negara.

(2) Sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman


militer menempatkan TNI sebagai Komp. Utama dgn didukung
oleh Komp. Cadangan & Komp. Pendukung.

(3) Sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman non


militer menempatkan lembaga pemerintah di luar bidang
pertahanan sebagai unsur utama, sesuai dengan bentuk dan
sifat ancaman yang dihadapi dengan didukung oleh unsur-
unsur lain dari kekuatan bangsa.
Pasal 8 4
(1) Komp. Cadangan, terdiri atas WN, SDA, SDB, serta sarana dan
prasarana nasional yang telah disiapkan untuk dikerahkan melalui
mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat Komp. Utama.
(2) Komp. Pendukung, terdiri atas WN, SDA, SDB, serta sarana dan
Prasarana Nasional yang secara langsung tidak langsung dapat
meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen utama dan
komponen cadangan.

Pasal 9
Setiap WN berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang
diwujudkan dalam penyelenggaraan Han Neg.
(1) Keikutsertaan WN dalam upaya Bela Negara, sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), diselenggarakan melalui :
a. Pendidikan Kewarganegaraan;
b. Latsarmil secara wajib;
c. Pengabdian sebagai Prajurit Tentara Nasional Indonesia secara
sukarela atau secara wajib
d. Pengabdian sesuai profesi.
BELA NEGARA DALAM SISTEM PERTAHANAN NEGARA 5

- Bela negara adalah tekad, sikap, dan perilaku warga negara Indonesia
yang dijiwai oleh kecintaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam
menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara.
- Mengingat luasnya kontekstualisasi nilai dasar tersebut, maka bela negara
memiliki spektrum yang luas. Bela negara menjadi pancaran kemampuan
segenap aspek kehidupan yang menjadi daya tangkal, sehingga
memberikan efek penangkalan (deterence) kepada berbagai kemungkinan
bentuk dan sifat ancaman.
- Pertahanan negara bukan menjadi menjadi hak ekslusif profesi tertentu,
sebab ancaman terhadap negara dan bangsa bersifat multidimensional, ia
tidak dalam konteks militer semata, tetapi juga dalam konteks non militer.
- Jika dikaitkan dengan struktur kekuatan pertahanan negara, dalam
spektrum keras bela negara diimplementasikan melalui pelatihan dasar
kemiliteran dan pengabdian sebagai Prajurit TNI secara sukarela atau
wajib.
6

- Implementasi dalam spektrum lunak dapat dilakukan melalui semata-mata


profesinya, yang dengan sungguh-sungguh memegang teguh etika profesi
yang menjadi pencerminan dari sikap moral dan kesadaran profesionalisme
dalam mendukung politik kebangsaan. Dalam hal ini Pendidikan
Kewarganegaraan sebagai pembentuk sikap moral dan watak bangsa
maupun dari aspek pendidikan politik harus mampu meresultankan
keluarannya dalam sikap dan prilaku patriotik dalam partisipasi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

- Pendidikan Kewarganegaraan adalah upaya menumbuhkan sikap moral


dan watak bangsa serta pendidikan politik kebangsaan yang membentuk
watak dan kepribadian bangsa Indonesia yang bertanggung jawab, sadar
hak dan kewajiban sebagai warga negara, cinta tanah air, sehingga mampu
mampu menampilkan sikap dan perilaku patriotik dalam wujud bela negara.
7
KEDUDUKAN BELA NEGARA BAGI WARGA NEGARA

- Bela negara adalah salah satu hak dan kewajiban mendasar bagi warga
negara sebagai konsekuensi logis sebagai anggota sebuah negara. Upaya
untuk membangun kesadaran bela negara dilaksanakan melalui
pendidikan. Kesadaran bela negara mengembangkan nilai kenegaraan
yang diperuntukkan pada pembangunan Sistem Pertahanan Negara terurai
menajdi lima dasar bela negara yaitu :

1) Cinta tanah air;


2) Kesadaran berbangsa dan bernegara;
3) Yakin Pancasila sebagai falsafah dan ideologi negara;
4) rela berkorban untuk bangsa dan negara;
5) memiliki kemampuan awal bela negara secara fisik maupun non fisik.

- Sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman militer


menempatkan TNI sebagai Komp. Utama dan didukung oleh Komponen
Cadangan dan Komp. Pendukung.
- Dalam menghadapi ancaman militer, pada awalnya sumber daya alam,
sumber daya buatan serta sarana dan prasarana nasional, berada di luar
fungsi pertahanan, tapi untuk kepentingan pertahanan seluruh sumber daya
nasional itu dapat dimanfaatkan.

- Dalam menghadapi ancaman non militer, unsur utama disesuaikan dengan


bentuk dan sifat ancaman yang dihadapi dan lembaga pemerintah di luar
bidang pertahanan sebagai unsur utama, sesuai dengan bentuk dan sifat
ancaman.

Anda mungkin juga menyukai