Anda di halaman 1dari 22

PROGRAM PENGEMBANGAN: TOGA

DI PUSKESMAS
Ns. Ari Pristiana Dewi, M.Kep
Fakultas Keperawatan
Universitas Riau
2019
PENDAHULUAN
 Indonesia merupakan negara kepulauan
dengan keragaman sumber hayati, termasuk
tanaman/tumbuhan.
 Terdapat sekitar 30.000 jenis tanaman yang
tersebar di seluruh tanah air, sekitar 9.600
spesies berkhasiat obat dan kurang lebih 300
spesies digunakan sebagai bahan
pengobatan tradisional oleh industri obat
tradisional.
 Pemanfaatan tanaman obat keluarga (TOGA)
yang lebih alami oleh masyarakat Indonesia,
secara turun temurun sebagai warisan
budaya bangsa.
 Tanaman obat tradisional digunakan dan
dilaporkan secara empirik oleh masyarakat
bermanfaat meningkatkan kesehatan dan
pengobatan berbagai penyakit.
Perkembangan obat tradisional di
Indonesia
 Jamu sudah digunakan sejak abad ke-7 tertulis di
relief Candi Borobudur
 Berdasarkan Riskesdas (2010), penduduk
Indonesia mengkonsumsi obat tradisional sebanyak
59,12%.
 TOGA yang sering digunakan: 50,36% jahe
(Zingiber officinale), 48,77 kencur (Kaempferia
galang), 39,65% Temulawak (Curcuma
xanthorriza), 13,93% Meniran (Phyllanthus niruri)
dan 11,17% pace (Morinda citrifolia).
DEFINISI

 Pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk


meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan
terstruktur dengan kualitas, keamanan dan
efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu
pengetahuan biomedik dan belum diterima dalam
kedokteran konvensional (PP Menkes No.
1109/Menkes/PER/IX/2007).
Pemanfaatan TOGA : Daun

1. Seledri, manfaatnya untuk menyembuhkan tekanan darah tinggi.


2. Belimbing, digunakan untuk menyembuhkan tekanan darah tinggi.
3. Kelor, manfaatnya mengobati panas dalam atau demam.
4. Daun bayam duri, manfaatnya untuk mengobati kurang darah.
5. Kangkung, manfaatnya untuk mengobati insomia.
6. Sirih, manfaatnya untuk menyembuhkan batuk, antiseptika, dan obat
kumur.
7. Salam, bersifat astringensia.
8. Jambu Biji, manfaatnya untuk menyembuhkan mencret.
Batang

1. Kayu manis dimanfaatkan untuk mengobti


penyakit batuk, sesak napas, nyeri lambung,
perut kembung, diare, rematik, dan
menghangatkan lambung.
2. Jeruk nipis, kulit batangnya dapat digunakan
sebgai antiseptik, sehingga bisa dipakai
bahan baku obat kumur.
Umbi

 Bengkoang
 Bawang merah
 Bawang putih
 Gadung
 Dst
Akar

 Akar pohon aren


 Akar pohon pepaya
 Akar dan rimpang kunyit
 Akar dan rimpang jahe
 Akar dan rimpang temu lawak
 Dst
Pengaruh Rebusan Daun Salam Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada
Lansia Penderita Hipertensi Di Wisma Seruni UPT PSLU Jember
(Asih, S.W, 2018)

 Dasar : kandungan daun salam untuk menurunkan tekanan darah


 Daun salam dapat menurunkan kadar trigliserida serum karena daun salam
mengandung beberapa senyawa seperti saponin, flavonoid, tanin dan niasin.
 Flavonoid dalam daun salam berfungsi sebagai antioksidan yang mampu
mencegah terjadinya oksidasi sel tubuh.
 Semakin tinggi oksidasi semakin tinggi prevalensi terjadinya penyakit
degeneratif, jadi kandungan flavonoid daun salam dapat mencegah terjadinya
hipertensi dan menurunkan kolesterol darah.
 Tanin berfungsi sebagai antioksidan dan hipokolesterolemia.
 Tanin bekerja dengan cara bereaksi dengan protein mukosa dan sel epitel
usus sehingga menghambat penyerapan lemak.
 Saponin yang berfungsi mengikat kolesterol dengan asam empedu sehingga
dapat menurunkan kadar kolesterol.
Continue..

 Komposisi : 7-10 lembar daun salam, direbus dengan air


sebanyak 2 gelas belimbing sampai 1 gelas.
 Dosis/takaran : 1 gelas, sebanyak 2 kali sehari selama 2
minggu berturut turut
 Responden sebanyak 45 orang lansia penderita hipertensi
 Hasil penelitian : terjadi penurunan tekanan darah
responden, dengan hasil mean sistolik 15 mmHg dan
diastolik dengan mean 15 mmHg.
 Daftar pustaka :
jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/TIJHS/article/download/
1543/1277
Dasar Hukum
 Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
 Peraturan Menteri Kesehatan RI, No. :
1076/Menkes/SK/2003 tentang pengobatan tradisional.
 Peraturan Menteri Kesehatan RI, No. :
1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang penyelenggaraan
pengobatan komplementer alternatif di fasilitas pelayanan
kesehatan.
 Keputusan Menteri Kesehatan RI, No.
120/Menkes/SK/II/2008 tentang standar pelayanan
hiperbarik.
 Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, No.
HK.03.05/I/199/2010 tentang pedoman kriteria penetepan
metode pengobatan komplementer alternatif yang dapat
diintegrasikan di fasilitas pelayanan kesehatan
Integrasi Pelayanan Kesehatan Tradisional
Ramuan di Puskesmas

 Merupakan penyatuan atau penggabungan


sebagian atau seluruh aspek pelayanan
pengobatan komplementer dan alternatif
pada pelayanan kesehatan di semua
tingkatan fasilitas pelayanan kesehatan
termasuk aspek regulasi, pembiayaan, serta
kebijakan mengenai penyelenggaraan
pelayanan dan obat yang akan digunakan.
SYARAT
 Aman
 Bermanfaat
 Bermutu
 Dapat dipertanggungjawabkan
 Tidak boleh dilakukan apabila
membahayakan jiwa, melanggar susila
dan bertentangan dengan norma yang
berlaku di masyarakat.
Ruang Lingkup Pelayanan TOGA
 Pelayanan kesehatan tradisional ramuan dalam
upaya mewujudkan derajat kesehatan masyarakat
dilakukan dengan mengutamakan upaya
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit,
disaming penyembuhan dan pemulihan kesehatan.
 Pengobat tradisional ramuan adalah seseorang
yang memberikan pelayanan dan sudah mengikuti
pendidikan atau pelatihan yang diselenggarakan
oleh asossiasi atau lembaga yang berwenang atau
berdasarkan pengalaman turun temurun.
Lanjutan..

 Sarana prasarana pelayanan kesehatan tradisional


ramuan adalah fasilitas pelayanan yang memenuhi
persayaratan hygiene dan sanitasi untuk
memberikan pelayanan kesehatan tradisional
ramuan.
 Produk yang digunakan dalam pelayanan
kesehatan tradisional ramuan adalah berupa
ramuan serta produk jadi yang memenuhi
persyaratan, keamanan dan mutu, untuk produk
jadi harus memiliki nomor izin edar dari Badan
Pengawas Obat dan Makanan.
PROGRAM PENGOBATAN

 Pelayanan kesehatan yang tersedia hanya pelayanan


kesehatan konvensional yaitu dokter memberikan obat
kepada pasien dalam bentuk obat yang selama ini sudah
diberikan.
 Konvensional + pelayanan kesehatan tradisional
(komplementer). Disebut komplementer apabila pelayanan
kesehatan tradisional melengkapai pelayanan kesehatan
konvensional.
 Pelayanan kesehatan tradisional (alternatif). Disebut
alternatif apabila pelayanan kesehatan tradisional menjadi
pengganti pelayanan kseshatan konvensional dengan
indikasi tertentu.
PASIEN DATANG

PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSA OLEH DOKTER (penegakan diagnosa tetap secara


konvensional)

INFORMED CONCENT, REQUEST CONCENT, DAN TERAPI


1. pengisian surat persetujuan pasien atas tindakan alternatif
komplementer (informed concent)
2. Pengisian surat permintaan pasien atas pelayanan kesehatan
alternatif dan komplementer (request concent)
3. PIlihan terapi yang diberikan dokter : konvensional atau
konvesional + pelayanan kesehatan tradisional (komplement), atau
murni pelayanan kesehatan tradisional (alternatif)

HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN :


Terapi dapat diberikan oleh ;
1. Dokter yang telah memiliki sertifikat kompetensi
2. Tenaga kesehatan yang mendapat pelatihan khusus dibidang tradkom (dalam
pengawasan dokter)
3. Terapi dengan obat tradisional atau jamu berdasarkan pada pedoman formularium
obat herbal asli indonesia
Indikator Penyelenggaraan
(Renstra, 2014 Kemenkes RI)

No INDIKATOR 2010 2011 2012 2013 2014


1 Cakupan kabupaten 10% 20% 30% 40% 50%
atau kota yang
menyelenggaakan
program bina
yankestrad,
alternatif, dan
komplementer
2 Jumlah rumah sakit 26% 36% 46% 56% 70%
yang
menyelenggarakan
yankestrad yang
aman dan
bermanfaat sebagai
pelayanan
kesehatan alternatif
dan komplementer
Manajemen Program Pengembangan : Pelayanan
Kesehatan Tradisional, Alternatif, dan
Komplementer

 Perencanaan Program Pelayanan Kesehatan


Tradisional : melalui analisis indikator fungsi
puskesmas, analisis sumber daya Puskesmas dan
perumusan masalah.
 Pelaksanaan Program Pelayanan Kesehatan
Tradisional : menyiapkan pelayanan sesuai
kebutuhan masyarakat, dan promosi pelayanan
kesehatan tradisional
 Pengawasan, Pemantauan, dan Penilaian
Hambatan Pelaksanaan
1. Belum menjadi program prioritas dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan.
2. Belum memadainya regulasi yang mendukung pelayanan
kesehatan komplementer tradisional alternatif
3. Masih lemahnya pembinaan dan pengawasan
4. Terbatasnya kemampuan tenaga kesehatan dalam
melakukan bimbingan
5. Masih terbatasnya pengembangan program Pelayanan
Kesehatan Tradisional, Alternatif, dan Komplementer
(yankestradkom) di pusat dan daerah
6. Terbatasnya anggaran yang tersedia untuk yankestradkom;
7. Fungsi SP3T dalam penapisan yankestradkom belum
berjalan sesuai harapan
Referensi

 Keskerja. (2013). Kesepakatan Hasil Koordinasi Teknis Pusat dan


Daerah Terintegrasi Program Kesehatan Kerja dan Olahraga dengan
Program Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer
Tahun 2013.Diperoleh pada tanggal 20 Juni 2013 dari
http://www.gizikia.depkes.go.id/archives/8175;
 Kemenkes. (2011). Modul Pelatihan Self Care Ramuan dan
Pemanfaatan Toga. Jakarta: Kemenkes RI

Anda mungkin juga menyukai