Anda di halaman 1dari 34

TORSIO TESTIS

Identitas pasien

• Nama Pasien : Tn. D


• Umur : 17 tahun
• Jenis Kelamin : Laki-Laki
• Alamat : Kalibeber ,
mojotengah
• Pekerjaan : Pelajar
• Status Perkawinan : Belum Menikah
• Agama : Islam
• Tanggal Masuk RS : 18 maret 2019
Anamnesis

• Keluhan utama : nyeri pada testis kanan


• Riwayat penyakit sekarang :
• Pasien seorang laki-laki berusia 18 tahun ke IGD dengan keluhan nyeri
pada testis bagian kanan. pasien mengeluhkan nyeri sejak + 2 hari
sebelum masuk rumah sakit.
• Nyeri pada testis bagian kiri yang mendadak setelah pasien bangun
tidur. Nyeri disertai mual (+) dan muntah (-). Demam disangkal.
• Sebelumnya pasien belum pernah merasakan sakit yang sama, dan
pasien sudah pernah berobat rawat jalan di IGD. Riwayat keluarga
tentang sakit serupa disangkal.
Pemeriksaan fisik
• Keadaan Umum
• KU : tampak sakit ringan
• Kesadaran : Compos Mentis E4V5M6
• Tanda Vital
• Tekanan darah : 122/78 mmHg
• Nadi : 80 x/menit,
• RR : 22 x/menit,
• Suhu : 36,5 °C
Status generalis
Kepala
Normocephal, jejas (-), deformitas (-)
Mata
Sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-), reflek cahaya (+/+),
isokor (3mm/3mm).
Leher
Deviasi trakea (-), peningkatan JVP (-)
• Thoraks
• Pulmo :
• Inspeksi : simetris, ketertinggalan gerak (-), retraksi (-), jejas (-)
• Palpasi : ketertinggalan gerak (-), retraksi (-), fremitus normal
• Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru
• Auskultasi : Vesikuler (+), wheezing (-), rhonki (-)
• Jantung :
• Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
• Palpasi : iktus cordis teraba di SIC V midclavicularis sinistra
• Perkusi : dbn
• Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni , regular
• Abdomen
• Inspeksi : Jejas (-), distended (-)
• Auskultasi : Peristaltik (+) normal, metallic sound (-)
• Perkusi : Timpani (+),
• Palpasi : supel (+), hepar dan lien tidak teraba, defans
muscular (-), nyeri tekan (-)

• Ekstremitas
• Superior : oedem (-/-),akral hangat (+/+), CRT <2 detik
• Inferior : oedem (-/-),akral hangat(+/+), CRT <2 detik
Status lokalis
Regio Genitalia
• Inspeksi: tampak skrotum lebih besar kiri dibandingkan kanan,
kemerahan (-)
• Palpasi: teraba lunak dan nyeri tekan (+)
• Phren’s Sign tetep nyeri
• Reflek cremaster -
Pemeriksaan penunjang
Hasil Nilai rujukan
HB 17.0 13.2-17.3
Leukosit 10 4.5-12.5
Hematokrit 52 40-52
Trombosit 320 150-400
Hbsag Negatif Negatif
Ureum 28.2 <50
Creatinin 0.82 0.60-1.10
SGOT 32.3 0-50
SGPT 28.7 0-50
Pemeriksaan USG
Hasil USG
• Hasil :
• Testis dextra :
• ukuran 3.78x2.58x3.65 cm, echostruktur inhomogen , tak
tampak lesi an/iso/hipo//hiperechoic, vascularisasi minimal ,
testis dikelilingi cairan minimal
• Testis sn :
• ukuran dan echostruktur normal, tak tampak lesi
an/iso/hipo//hiperechoic, vascularisasi baik , testis dikelilingi
cairan minimal
• Kesan :
• Cenderung gambaran torsio testis dextra
• Tak tampak kelainan pada testis sinistra
Tatalaksana
• Inf RL
• Inj ceftriakson 2x1 gr
• Inj dexametason
• Inj ketorolac 30 mg
Pendahuluan

Tinjauan
Pustaka

Kesimpulan
PENDAHULUAN

suatu keadaan
Setiap tahunnya, 4,5 emergency 
Torsio testis adalah dari sekitar 100.000
terpuntirnya funikulus membutuhkan
laki-laki dengan usia diagnosis dan
spermatikus yang kurang dari 25,
berakibat terjadinya tatalaksana yang
terutama pada usia 13- cepat dan tepat untuk
gangguan aliran darah 16 tahun, memiliki
pada testis. menyelamatkan testis
potensi untuk memiliki
dan mencegah
torsio testis
infertilitas
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI TESTIS
EPIDEMIOLOGI

1 diantara 4000 pria yang berumur kurang dari 25 tahun, dan


paling banyak diderita oleh anak pada masa pubertas (12-20
tahun).

Torsio testis extravaginal merupakan sekitar 5% dari semua


torsio.Torsio testis intravaginal merupakan sekitar 16%.

Puncak kejadian terjadi pada usia 13-14 tahun. Testis sebelah kiri
lebih sering terlibat. Kasus bilateral terjadi sebanyak 2% dari semua
torsio.
ETIOLOGI

tidak adekuatnya
fiksasi dari testis
dan epididimitis
peningkatan ke skrotum atau
volume testis dikenal dengan
(terkait dengan istilah bell
masa pubertas), clapper
tumor testis, deformity
Kebanyakan testis yang
idiopatik. posisinya
4-8 %  Trauma mendatar, atau
riwayat
kriptorkidismus
PATOGENESIS
• Otot kremaster (menggerakkan testis mendekati dan
menjauhi rongga abdomen untuk suhu ideal)  bergerak
berlebihan (berenang, ketakutan, latihan, batuk, celana ketat,
defekasi, trauma skrotum)  terpluntirnya funikulus
spermatikus  obstruksi aliran darah testis  testis
mengalami hipoksia, edema, iskemik  nekrosis
PATOGENESIS (Con’t)
Mekanisme Ischemia-Reperfusion (I-R) injury

– Ischemia-Reperfusion Injury (I-R) pada torsio testis  disfungsi


seluler  apoptosis dan nekrosis jaringan testis.
– Reperfusi injuri adalah respon restorasi aliran darah setelah
terjadi iskemi.
– Peningkatan produksi dari radikal bebas salah satunya reactive
oxygen species (ROS). ROS yang tinggi tidak diimbangi dengan
sistem pertahanan enzimatik tubuh sehingga akan memicu proses
induksi kematian sel dan jaringan testis.
PATOGENESIS (Con’t)
Pengaruh Torsio Testis terhadap Testis Kontralateral

– Pada keadaan torsio testis unilateral, testis kontralateral juga


dalam keadaan bahaya. Keadaan torsio yang lama atau lebih dari
4 jam dengan torsi 720º kerusakan jaringan di kedua testis
atau dapat mempengaruhi testis kontralateral.
– Kerusakan jaringan testis kontralateral  penurunan aliran
darah dan hipoksia jaringan testis akibat torsio testis yang terjadi
unilateral. Selain itu tindakan detorsi testis unilateral juga dapat
mengakibatkan torsio testis.
GAMBARAN KLINIS

Nyeri hebat daerah skrotum yang sifatnya mendadak

Pembengkakan testis

Nyeri dapat menjalar ke daerah inguinal atau perut sebelah


bawah

Pada bayi gejala tidak khas yakni gelisah, rewel, atau tidak mau
menyusui
PEMERIKSAAN FISIK
Testis yang mengalami torsio dapat tampak lebih tinggi
dan lebih horizontal dibandingkan testis kontralateral

Pembesaran asimetris pada testis.

Refleks kremaster berkurang atau hilang & Prehn’s sign


negatif
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Stetoskop Doppler, ultrasonografi Doppler, dan
sintigrafi testis melihat adanya aliran darah ke
testis.

Pemeriksaan darah tidak menunjukan tanda


inflamasi kecuali pada torsio testis yang sudah lama
dapat mengalami keradangan steril

Sedimen urin tidak menunjukan adanya leukosit


dalam urin
DIAGNOSIS
Diagnosis torsio testis ditegakkan dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang

Algoritma Diagnosa pada Nyeri Akut Skrotum


DIAGNOSIS BANDING
1. Epididimitis akut
2. Hernia scrotalis
3. Hidrokel terinfeksi
4. Tumor testis
5. Edema skrotum
TATALAKSANA
Non Operatif Operatif
• detorsi manual dari funikulus • Tindakan operasi ini dimaksudkan
spermatikus untuk mengembalikan posisi testis
pada arah yang benar (reposisi) dan
• Hilangnya rasa nyeri setelah setelah itu dilakukan penilaian apakah
detorsi menandakan bahwa testis yang mengalami torsio masih
detorsi telah berhasil. Jika detorsi viable (hidup) atau sudah mengalami
nekrosis.
berhasil operasi harus tetap
dilaksanakan • Jika testis masih viable, dilakukan
orkidopeksi (fiksasi testis) pada tunika
dartos kemudian disusul orkidopeksi
pada testis kontralateral.
• testis yang sudah mengalami nekrosis
dilakukan pengangkatan testis
(orkidektomi) dan kemudian
orkidopeksi pada testis kontralateral.
KOMPLIKASI & PROGNOSIS
Komplikasi Prognosis
• Atropi testis • Semakin cepat terapi
• Infark testis dilakukan maka akan
semakin baik
• Infeksi prognosisnya:
• Infertilitas sekunder • <6 jam=90-100%
akibat hilangnya testis
• 12-24 jam=20-50%
• Deformitas kosmetik
• >24 jam=0-10%
KESIMPULAN
• Torsio testis kondisi darurat berupa adanya torsi (puntiran) terhadap
struktur korda spermatikus yang diikuti hilangnya suplai darah ke testis
ipsilateral.
• Torsio testis paling sering diderita oleh anak pada masa pubertas (12-
20 tahun). Torsio testis intravaginal merupakan sekitar 16% dari kasus
pada pasien ke gawat darurat dengan skrotum akut dan torsio testis
extravaginal merupakan sekitar 5% dari semua torsio.
• Faktor predisposisi peningkatan volume testis (terkait dengan masa
pubertas), tumor testis, testis yang posisinya mendatar, atau riwayat
kriptorkidismus, namun kebanyakan torsio testis terjadi tanpa adanya
kejadian pemicu. Bell clapper deformity adalah satu-satunya kelainan
anatomi yang menjadi faktor risiko kejadian torsio testis.
KESIMPULAN
• Gejala klinis berupa nyeri hebat di daerah skrotum, yang sifatnya
mendadak dan diikuti pembengkakan pada testis. Dari pemeriksaan
fisik ditemui testis membengkak, letaknya lebih tinggi dan lebih
horizontal daripada testis sisi kontralateral. Pemeriksaan penunjang
untuk membedakan torsio testis dengan keadaan akut skrotum yang
lainnya adalah stetoskop Doppler, ultrasonografi Doppler
• Tatalaksana  detorsi manual dan pembedahan. Semakin cepat terapi
dilakukan maka akan semakin baik prognosisnya. Beberapa komplikasi
yang dapat terjadi yaitu atropi testis, infark testis, infeksi, infertilitas
sekunder, dan deformitas kosmetik.
TERIMA KASIH   

Anda mungkin juga menyukai