Oleh:
Verra Anindya Sistha Rossellyn
Riwayat Pengobatan
Obat anti koagulan seperti aspirin (-)
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALISATA
TANDA VITAL
JANTUNG
• I Ictus cordis terlihat di ICS V linea midclavicula sinistra
• P Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula sinistra
• P Batas jantung kanan : ICS IV linea parasternalis dextra
Batas jantung kiri : ICS V linea midclavicula sinistra
Pinggang jantung : ICS II parasternalis sinistra.
• A Auskultasi : BJ S1-S2 reguler normal, gallop (-), murmur (-)
Lanjutan
PEMERIKSAAN HASIL PEMERIKSAAN
FISIK
ABDOMEN
• I Datar, spidernavy (-)
• A Bising Usus (+)
• P Supel, Nyeri tekan Epigastrium (-), nyeri lepas (-), hepar
dan lien tidak teraba membesar
• P Timpan, shifting dullnes (-)
Ekstremitas Akral hangat (+), crt < 2 s, edema pitting -/-
LABORATORIUM (18/08/2019)
SADT (19/08/2019)
RESUME
• Seorang laki-laki, 34 tahun datang dengan keluhan mimisan dari lubang
hidung sebelah kanan + 3 jam SMRS. Mimisan dirasakan terus menerus
dan sulit berhenti, pasien sudah berusaha untuk memencet hidung dan
menyumpalnya dengan tisu. Pasien juga mengeluhkan lemas, dan pusing
yang dirasakan dalam 1 bulan ini. Dua hari sebelumnya pasien
mengeluhkan terdapat gusi berdarah, namun sudah berhenti.
• Dari hasil pemeriksaan fisik didapati kelainan berupa konjungtiva mata
anemis, perdarahan dari lubang hidung kanan. Dari pemeriksaan
laboratorium didapatkan pansitopenia, dan hasil SADT berupa suspek
AML.
Dalam anamnesis didapatkan bahwa pasien mengeluhkan keluar darah dari lubang
hidung sebelah kanan sejak 3 jam SMRS. Namun, darah yang keluar tidak bisa berhenti
spontan dan keluar terus-menerus serta sulit berhenti, pasien sudah berusaha memencet
hidung dan menyumpalnya dengan tisu. Pasien juga mengeluhkan lemas, pusing dan
limbung,
Gambar 9. Epistaksis anterior
Kasus: Epistaksis paling tersering berasal dari bagian anterior yaitu pleksus
kiesselbach yang terletak di septum nasi bagian anterior, pada kasus ini
perdarahan terjadi pada bagian depan hidung.
Gambar 10. Epistaksis posterior
ETIOLOGI EPISTAKSIS?
Lokal : Sistemik :
• Kelainan darah
- Trauma
• Obat
- Infeksi lokal antikoagulan
- Neoplasma • Kardovaskular
- Kelainan • Infeksi akut:
kongenital: DBD
Gambar 4. Epistaksis hereditaru
hemoragik
telengiektasis
dan von
willenbrand
disease
- Lingkungan
- Deviasi septum
Dari gejala klinis dan hasil pemeriksaan,
Gambar 5. Epistaksis pada neoplasma penyebab epistaksis tersebut dicurigai berasal
dari kelainan darah yaitu leukimia.
DIAGNOSIS
• Gejala klinis: perdarahan
• Lokasi perdarahan, lama, jumlah
• Faktor risiko
• Riwayat penyakit dan obat
• Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan penunjang
Leukimia
Akut Kronik
1. LLA / limfositik 1. LLK
2. MLK
leukemia akut
2. MLA / myeloid
leukemia akut
Gambar. Leukimia
Granulositik/Mielositik Kronik
EPIDEMIOLOGI
Umur:
- Anak : LLA
- Dewasa : LMA
Jenis kelamin :
- Laki – laki > perempuan
Ras :
- Ras kulit putih > hitam
Kasus: Berdasaran dari epidemiologi, leukimia jenis AML ssering mengenai orang
dewasa dengan puncak usia pada umur 15-39 tahun, dan insiden leukimia sendiri lebih
tinggi pada laki-laki dibanding perempuan. Pada kasus ini, pasien berusia 34 tahun dan
berjenis kelamin laki-laki.
DIAGNOSIS
• Gejala klinis
• Pemeriksaan
fisik
• Pemeriksaan
penunjang: lab
darah, SADT,
sitokimia, BMA
Kasus: pemeriksaan darah tepi, biasanya pada LLA ditemukan adanya leukositosis (60%),
dan kadang-kadang leuopenia (25%), sedangkan pada LMA, ditemukan penurunan eritrosit dan
trombosit, pada LLK terjadi limfositosis dan pada LMK terjadi leukositosis lebih dari 50.000.
pada SADT, didapati pada eritrosit hipokrom anisositosis, leukosit jumlah kurang, dan ditemukan
adanya tersangka sel muda/blast (myeloblast), dengan jumlah kurang, ditemukan adanya blast
berkisar 70, dengan kesan suspek AML. Dari hasil pemeriksaan SADT, disarankan untuk
memeriksa BMP, sitokimia dan immunophenotyping, namun, tidak dilakukan pemeriksaan
tersebut.
TATALAKSANA
1. suportif : balance cairan melalui infus dan menaikan kadar
Hb melalui simptomatis
2. Simptomatis: menurunkan gejala klinis yang muncul
3. Kausatif : untuk menghancurkan sel-sel leukemik dalam
tubuh pasien kemoterapi
Pada kasus ini, tatalaksana nya berupa mengatasi perdarahan dari hidung dan
gusinya. Yakni dengan pemasangan tampon anterior, pemberian cairan infus RL/8 jam,
vitamin k 3x1 ampul, kalnex 3x1 ampul IV dan pemberian transufis darah PRC 2 labu
perhari sampai target Hb 10 mg/dL. Dan pasien dianjurkan untuk kontrol ke poli untuk
melakukan pengobatan lebih lanjut seperti kemoterapinya.
PROGNOSIS
• Kelompok dengan prognosis baik : usia < 60 tahun atau > 2 tahun,
kelainan kromosomal minimal, infiltrasi sel blas multiorgan minimal,
kadar leukosit < 20.000/mm3, respon yang baik terhadap kemoterapi
induksi, tidak resisten terhadap multidrug therapy, tidak ditemukan
leukemia ekstramedullar dan leukemia sekunder. Angka harapan hidup 2
tahun kedepan (2 years survival rate) bagi kelompok ini adalah 50-85%.
• kelompok dengan prognosis buruk meliputi pasien usia > 60 tahun atau
< 2 tahun, ditemukan dua atau lebih kelainan kromosomal, infiltrasi sel
blas pada banyak organ, kadar leukosit > 20.000/mm3, respon yang
buruk terhadap kemoterapi induksi, resisten terhadap multidrug
therapy, serta ditemukannya leukemia ekstramedullar dan leukemia
sekunder. Angka harapan hidup 2 tahun kedepan (2 years survival rate)
bagi kelompok ini adalah 10-20%.
• kelompok dengan prognosis menengah adalah peralihan dari baik dan
buruk dan mencakup faktor-faktor lain yang tidak termasuk dalam
kelompok prognosis baik maupun buruk dengan angka harapan hidup 2
tahun kedepan (2 years survival rate) sekitar 40-50% .
Kasus: Dari segi usia, dan sel darah putih, pasien termasuk kategori baik.
Namun dari indikator lainnya, masih sulit untuk dinilai, karena pasien belum
melakukan kemoterapi dan tidak diketahui apakah resisten terhadap obat atau tidak.
THANKYOU SO MUCH