Anda di halaman 1dari 30

HAK ATAS KEKAYAAN

INTELEKTUAL

KELOMPOK 5
Bunga Clarita, Felia Ayuningrum, Jean Pratama Putra,
Roberto

STIH PERTIBA PANGKALPINANG


Hak atas Kekayaan Intelektual?

Hak Kekayaan Intelektual, disingkat “HKI” adalah padanan kata yang


biasa digunakan untuk Intellectual Property Rights (IPR), yakni hak
yang timbul bagi hasil olah pikir yang menghasilkan suatu produk
atau proses yang berguna untuk manusia, pada intinya HKI adalah
hak untuk menikmati secara ekonomis hasil dari suatu kreatifitas
intelektual.
Objek yang diatur dalam HKI adalah karya-karya yang timbul atau
lahir karena kemampuan intelektual manusia
Jenis-jenis perlindungan terhadap HKI

• Hak Cipta (Copy Rights) • Paten

• Merek
Hak Cipta

a. Pengaturan Hak Cipta

•Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982


•Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987
•Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997
•Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002
b. Sifat Hukum Hak Cipta
•Benda bergerak inmateriil
Berdasarkan ketentuan ini jelas bahwa hak cipta tidak dapat dialihkan secara
lisan, tetapi harus tertulis dengan akta otentik atau akta dibawah tangan.

•Hak cipta dapat dibagi

Sifat ini dapat diketahui dari ketentuan yang menyatakan bahwa hak cipta
adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan
atau memperbanyak ciptaannya atau memberi izin untuk itu dengan tidak
mengurangi pembatasan-pembatsaan menurut peraturaan perundang-
undangan yang berlaku

•Tidak dapat disita


Alasannya bahwa ciptaan bersifat pribadi dan manunggal dengan diri
pencipta.
c. Pencipta dan ciptaan

1. Pencipta, pemegang hak cipta


•Pencipta adalah seorang atau beberapa orangsecara bersama-sama yang
atas inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran,
imajinasi, kecekatan, keterampulan, atau keahlian yang dituangkan adalam
bentuk yang khas dan bersifat pribadi.

•Pemegang hak cipta adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta, pihak yang
menerima hak tersebut dari pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih
lanjut atau pemegang hak cipta atas suatu ciptaan
2. Ciptaan yang dilindungi

•Ciptaan adalah hasil setiap karya cipta


yang menunjukkan keasliannya dalam
lapangan ilmu pengetahuan, seni, dan
sastra.

•Dilindungi oleh Undang-Undang, artinya setiap orang tidak boleh mengambil,


memperbanyak, atau mengumumkan ciptaan orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta dan dengan cara yang
bertentangan dengan Undang-Undang hak cipta.

•Pendaftaran ciptaan bukan merupakan suatu kewajiban untuk mendapatkan


hak cipta. Namun demikian, baik pencipta maupun pemegang hak cipta yang
mendaftarkan ciptaannya akan mendapat surat pendaftaran ciptaan yang
dapat dijadikan sebagai alat bukti awal dipengadilan apabila timbul sengketa
dikemudian hari terhadap ciptaan tersebut.
Dalam pasal 12 ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002, ciptaan yang
dilindungi adalah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra
yang meliputi karya:
•Buku, program komputer,
pamflet, susunan perwajahan
(layout) karya tulis yang
diterbitkan, dan semua hasil
karya tulis lain;
•Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu;
•Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;
•Lagu atau musik dengan atau tanpa teks;
•Drama atau drama musikal, tarian,
koreografi, pewayangan, dan pantomim;
•Seni rupa dalam segala bentuk, seperti seni
lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni
pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan; •Sinematografi;
•Arsitektur;
•Terjemahan, tafsir,
•Peta;
saduran, bunga rampai,
•Seni batik database, dan karya lain
•Fotografi; dari hasil pengalihwujudan.
3) Lama waktu perlindungan
Lama waktu atas ciptaan dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
•Selama hidup hingga 50 tahun sesudah meninggal
•50 tahun sejak pertama kali diumumkan
•50 tahun sejak pertama kali diterbitkan

4) Konvensi Internasional perlindungan hak cipta

Kini Indonesia telah meratifikasi konvensi internasional dibidang


perlindungan hak cipta, yaitu:
•Berne Convention tanggal 7 Mei 1997 dengan Keputusan Presiden Nomor
18 tahun 1997 dan dinotifikasikan ke World Intellectual Property
Organization (WIPO) pada tanggal 5 Juni 1997. Berne Convention
tersebut mulai berlaku efektif di Indonesia pada tanggal 5 September 1997.
•WIPO Copyrights Treaty (WCT) dengan Keputusan Presiden Nomor 19
Tahun 1997
•WIPO Performences and Phonogram Treaty (WPPT) dengan Keputusan
Presiden Nomor 73 Tahun 2004
5) Pendaftaran Ciptaan

Kekuatan hukum suatu pendaftaran ciptaan hapus


karena:

•Penghapusan atas permohonan orang, badan hukum


yang namanya tercatat sebagai pencipta atau pemegang
hak cipta.
•Lampau waktu masa berlaku hak cipta sebagaimana
ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2002
•Dinyatakan batal oleh putusan pengadilan yang
memperoleh kekuatan hokum

Tidak semua ciptaan dapat didaftarkan. Ciptaan yang tidak dapat


didaftarkan adalah ciptaan di luar bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra;
ciptaan yang tidak orisinil, ciptaan yang belum diwujudkan dalam suatu
bentuk yang nyata (masih berupa ide); dan ciptaan yang sudah merupakan
milik umum.
d. Hak Cipta atas Ciptaan
1. Hak Cipta (Copyright)
Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak, baik untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya maupun memberi izin untuk
itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan
perundnag-undangan yang berlaku.
Pengertian hak eksklusif adalah hak yang hanya dimiliki oleh pencipta atau
penerima hak cipta sehingga tidk ada orang lain yang boleh melakukan hak
itu, kecuali dengan izin pencipta atau penerima hak cipta. Hak cipta adalah
hak kekayaan intelektual yang dilindungi oleh undang-undang

Hak cipta sebagai hak eksklusif adalah hak untuk mengumumkan ciptaan
atau memperbanyak ciptaan atau memberi izin untuk mengumumkan dan
memperbanyak ciptaan.

Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemegang hak cipta (copyright
holder) atau pemegang hak terkait (meighboring right holder) kepada pihak
lain untuk mengumumkan dan/atau memperbanyak ciptaannya atau produk
hak terkaitnya dengan persyarataan tertentu.
2. Hak Ekonomi dan Hak Moral
Hak ekonomi adalah hak yang dimiliki pencipta untuk memperoleh
keuntungan ekonomi atas ciptaannya dengan cara memperoleh pembayaran
dari pihak yang menggunakan ciptaannya berdasarkan lisensi. Hak ekonomi
meliputi:
•Hak perbanyakan (penggandaan) ciptaan
•Hak pengumuman/penyiaran/pendistribusian ciptaan
•Hak adaptasi, yaitu penyesuaian dari satu bentuk ke bentuk lain misalnya,
terjemahan atau cerita novel dijadikan film
•Hak pertunjukan/penampilan/pementasan, seperti pameran seni,
pementasan drama, atau pertunjukan konser music
Hak moral adalah hak yang melindungi kepentingan pribadi
atau reputasi pecipta. Hak moral melekat pada pribadi pencipta.
Termasuk hak moral adalah berikut ini:
•Hak untuk menuntut kepada pemegang hak cipta supaya nama pecipta tetap
dicantumkan pada ciptaannya
•Hak untuk tidak dilakukan perubahan pada ciptaan tanpa persetujuan pencipta
atau ahli warisnya
•Hak pencipta untuk mengadakan perubahan pada ciptaan sesuai dengan
kebiasaan yang sudah diakui kalangan penerbitan
3. Tidak Dilindungi Hak Cipta

Menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta,


ciptaan berikut ini tidak dilindungi hak cipta karena diberlakukan untuk
kepentingan umum, yaitu:
•Hasil rapat terbuka lembaga tertinggi dan lembaga tinggi Negara sertalembaga
konstitusional lainnya
•Peraturan perundang-undangan
•Putusan pengadilan dan penetapan hakim
•Pidato kenegaraan dan pidato pejabat pemerintah
•Keputusan Mahkamah Pelayaran, Panitia Penyelesaian Perselisihan
Perburuhan (P4), dan Badan Urusan Piutang Negara (BUPN)

4. Pengalihan Hak Cipta

Karena hak cipta adalah hak kekayaan intelektual, secara hukum dapat
dialihkan kepada pihak lain. Apabila dialihkan kepada pihak lain, caranya
harus tertulis dengan perjanjian lisensi.
e. Pelanggaran Hak Cipta

1. Jenis Pelanggaran Hak Cipta

Perbuatan yang termasuk pelanggaran hak cipta adalah perbuatan seperti


contoh yang diuraikan berikut ini:
•Memfotokopi bab tertentu ciptaan orang lain tanpa izin pencipta untuk
kepentingan pendidikan, tetapi kemudian fotokopinya itu diperjualbelikan (ada
kepentingan komersial yang merugikan pencipta)
•Mengutip/merekam ciptaan orang lain lalu dimasukkan ke dalam ciptaannya
sendiri tanpa menyebutkan sumbernya
•Melampaui jumlah penerbitan yang diizinkan dalam perjanjian lisensi,
misalnya 3.000 eksemplar diterbitkan 6.000 eksemplar.

Walaupun hak cipta dilindungi Undnag-Undang Nomor 19 Tahun 2002,


masyarakat tetap diizinkan memanfaatkan ciptaan orang lain tanpa izin
sampai batas tertentu, untuk kepentingan kemanusiaan atau
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Menurut siaran Ikapi 15 Februari 1984, kejahatan pelanggaran hak cipta dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
•Mengambil atau mengutip sebagian ciptaan orang lain dan dimasukkan
kedalam ciptaan sendiri seolah-olah itu ciptaan sendiri, atau mengakui ciptaan
orang lain seolah-olah itu ciptaan sendiri.
Perbuatan ini disebut “plagiat”. Ini dapat
terjadi pada karya tulis berupa buku atau
lagu dan notasi lagu.

•Mengambil ciptaan orang lain untuk


diperbanyak, diumumkan sebagaimana
aslinya tanpa mengubah bentuk, isi,
pencipta, dan penerbit (perekam).

Perbuatan ini disebut “pembajakan”.


Pembajakan banyak dilakukan pada karya tulis
berupa buku dan karya rekaman audio dan
video, seperti kaset lagu dan kasetvideo, VCD,
serta DVD.
2. Sanksi Pidana Pelanggar Hak Cipta

Pemerintah setelah mendengar pertimbangan dewan hak cipta dapat melarang


pengumuman setiap ciptaan yang bertentangan dengan kebijakan pemerintah
di bidang pertahanan dan keamanan Negara, kesusilaan, serta ketertiban
umum. Ciptaan yang dilarang itu, misalnya, ciptaan yang merendahkan
martabat kepala Negara, merendahkan nilai-nilai keagamaan, masalah
kesukuan dan ras, serta ideologi Negara.

3. Perdata Pelanggar Hak Cipta

Menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta,


penyerahan hak cipta atas seluruh ciptaan kepada orang atau badan lain tidak
mengurangi hak pencipta atau ahli warisnya untuk menggugat seseorang yang
tanpa persetujuannya: meniadakan nama pencipta yang tercantum pada
ciptaan itu dan menuntut agar mencantumkan nama pencipta pada ciptaannya,
mengganti atau mengubah judul ciptaan itu, dan atau mengubah isi ciptaan itu.
Paten
a. Beberapa pengertian ( pasal 1 )
Undang-Undang no.6 tahun 1989 tentang paten. Pasal 1 UU paten
menjelaskan tentang pengertian/istilah paten serta hal-hal berkaitan dengan
paten.
Menurut pasal 1 UU paten yang dimaksud dengan :
1) Paten adalah hak khusus yang diberikan negara kepada penemu atas
hasil penemuannya dibidang teknologi, untuk selama waktu tertentu
melaksanakan sendiri penemuannya tersebut atau memberikan persetujuan
kepada orang lain untuk melaksanakannya.

b. Penemuan yang diberikan paten


Suatu penemuan tidak dianggap baru, jika pada saat pengajuan permintaan
paten :
1) Penemuan tersebut telah diumumkan di indonesia atau diluar indonesia
dalam satu tulisan yg sedemikian rupa sehingga memungkinkan seorang ahli
untuk melaksanakan penemuan tersebut; atau
2) Penemuan tersebut telah diumumkan di indonesiadengan penguraian
lisan atau melalui peragaan penggunaannya dengan atau cara lain sedemikian
rupa sehingga memungkinkan seorang ahli untuk melaksanakan penemuan
tersebut.
c. Penemuan yang tidak dapat di berikan paten dan yang di tunda.

Paten tidak diberikan untuk:


1) Penemuan tentang proses atau hasil produksi yang pengumuman dan pengunaan atau
pelaksanaanya bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,ketertiban
umum atau kesusilaan.
2) Penemuan tentang proses atau hasil produksi makanan dan minuman,termasuk hasil
produksi berupa bahan yang dibuat melalui proses kimia dengan tujuan untuk membuat
makanan dan minuman guna dikonsumsi manusia atau hewan.
Bagi Indonesia,masalah makana dan minuman merupakan masalah yang sangat pokok
sifatnya dalam mewujutkan kesejahteraan rakyat.
3) Penemuan tentang jenis atau variates baru tanaman atau hewan,atau tentang proses
apapun yang dapat digunakan bagi pembiakan tanaman atau hewan neserta hasilnya;
Yang dimaksud dengan jenis atau vaiates baru tanaman atau hewan adalah tanaman pangan
atau hewan potong.
4) Penemuan tentang metode pemeriksaan,perawatan,pengobatan,dan pembedaan yang
diterapkan terhadap manusia dan hewan ,tetapi tidak menjangkau produk apapun yang
digunakan atau berkaitan dengan metode tersebut;
Bilamana dalam pemeriksaan ,perawatan,pengobatan,dan pembedahan tersebut digunakan
perakatan kesehatan,maka ketentuan ini haya berlaku bagi penemuan tentan metode
pemeriksaan dan lain-lainnya.Peralatan kesehatan yang di gunaka baik yang berupa alat
,bahan ,maupun obat,tidak termasuk didalam.
5) Penemuan tentang teori dan metode di bidang ilmu pengetahuan dan matematika(pasal 7)
d. Hak dan Kewajiban pemegang paten

Pemegang paten memiliki hak khusus untuk melaksanakan secara


perusahaan atas patennya baik secara sendiri maupun dengan memberikan
persetujuan kepada orang lain,yaitu;
•membuat,menjual ,menyewakan ,menyerahkan ,memakai,menyediakan
untuk dijual atau disewakan atau diserahkan hasil produksi yang diberi
paten.
•menggunakan proses produksi yang diberi paten membuat barang dan
tindakan lainnya sebagaimana dimaksud dalam hurup a.

e. Pengecualian terhadap pelaksanaan dan pelanggaran paten

Paten pada dasarnya merupakan perlindungan hukum bagi penemu atas


penemuaannya yang di berikan untuk jangka waktu tertentu. Peerlindungan
serupa ini, sesuai dengan sifat eksklusif yang dimilikinya, melarang orang
lain untuk tanpa hak atau persetujuan dari pemegang paten melaksanakan
atau melakukan tindakan lainnya yang bersifat pengambilan manfaat
ekonomi dari suatu penemuan. Oleh karenanya unsur yang terpenting
terletak pada aspek perlindungan hukum terhadap pemanfaatan hak tersebut
di Indonesia.
f. Permintaan Paten
Paten diberikan atas dasar
permintaan. Setiap permintaan
paten hanya dapat diajukan untuk
satu penemuan. Permintaan
paten diajukan dengan membayar
biaya kepada kantor paten yang
bersarnya ditetapkan Menteri.
Penetapan besarnya biaya
dilakukan dengan selalu
memperhatikan keadaan dan
keperluan yang mampu
mendorong para penemu untuk
mengajukan permintaan paten
bagi penemuannya (pasal 23, 24,
•Permintaan paten dengan hak dan 25).
prioritas
Menurut pasal 31
Merek
a. Pengaturan merek

1. Undang-Undang merek 1992


Dalam penjelasan umum Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992 tentang
Merek dikemukakan beberapa pokok pembaruan yang mmbedakannya
dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1961 tentang Merek perusahaan
dan perniagaan yang berlaku sebelumnya. Beberapa pokok pembaruan
tersebut dapat dijelaskan dalam pokok-pokokuraian berikut:
•Lingkup pengaturan diperluas
•Perubahan dari deklaratif ke konstitutif
•Permintaan pendaftaran dan pemeriksaan subtantif
•Hak prioritas konvensi Paris
•Pengalihan hak dengan lisensi
•Pengaturan sanksi pidana dan denda
2. Undang-Undang Merek 1997
3. Undang-Undang Merek 2001
Dalam Undang-Undang Nomor 14
Tahun 1997 dimuat tentang •Alasan pengundangan Undang-
penyempurnaan, penambahan, dan Undang Merek 2001
perubahan terhadap Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 1992 Era global hanya dapat dipertahankan
sebagai berikut: jika terdapat iklim persaingan usaha
yang sehat. Di sini merek memegang
•Penyempurnaan tata cara peranan sangat penting yang
pendaftaran merek. memerlukan sistem pengaturan yang
•Penyempurnaan penghapusan lebih memadai.
merek terdaftar.
•Penyempurnaan perlindungan •Penyempurnaan
merek terkenal.
•Penyempurnaan sanksi pidana. Dengan Undang-Undang Merek 2001
•Penambahan lingkup ini terciptalah pengaturan merek
pengaturan perlindungan. dalam satu naskah (single text)
•Perubahan pengalihan merek sehingga lebih memudahkan
jasa terdaftar. masyarakat menggunakannya
b. Pengertian dan bentuk merek

1. Pengertian merek
Menurut pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 bahwa :
“Merek adalah tanda yang berupa ambar, nama, kata, huruf-huruf,
angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut, yang
memiliki daya pembeda, dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang
atau jasa.”

2. Bentuk Merek

Bentuk merek dalah bentuk yang menyatakan wujud merek yang digunakan
pada barang atau jasa. Ada berbagai macam bentuk merek yang dapat
digunakan untuk barang dan jasa. Berikut berbagai contoh bentuk merek :

•Merek yang berbentuk lukisan atau gambar


•Merek yang berbentuk kata
•Merek yang berbentuk huruf atau angka
•Merek yang berbentuk nama
•Merek yang berebntuk kombinasi
c. Permohonan pendaftaran merek

•Syarat dan prosedur

•Penggunaan hak prioritas

•Pemeriksaan Persyaratan Pendaftaran

•Merek Tidak Dapat Didaftar dan Ditolak

1) Alasan tidak dapat didaftar

Pada pasal 5 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 menentukan :


“merek tidak dapat didaftar apabila merek tersebut mengandung salah satu
unsur dibawah ini:
•bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
moralita agama, atau ketertiban umum;
•tidak memiliki daya pembeda
•telah menjadi milik umum, atau
•merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang
dimohonkan pendaftarannya”
2. Alasan penolakan pendaftaran
Menurut ketentuan pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 bahwa:
“permohonan harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila merek tersebut:
•mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek milik
pihak lain yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barag dan/atau jasa yang
sejenis;
•mempunyai persamaan pada pooknya tau keselruhannya dengen merek yang
sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan/jasa sejenis;
•mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan indikasi
geografis yang sudah dikenal”.

d. Penerimaan dan Pendaftaran Merek


1) Tanggal penerimaan dan pengumuman
Direktoat Jenderal mengumumkan permohonan dalam berita resmi merek (Pasal 21
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001). Adapun dalam Pasal 22 Undang-Undang
Nomor 2001 dijelaskan bahwa:
“Pengumuman berlangsung selama tiga bulan dan dilakukan dengan:
•Menempatkannya dalam berita resmi merek yang diterbitkan secara berkala oleh
Direktorat Jenderal; dan/atau
•Menempatkannya pada sarana khusus yang dengan mudah serta jelas dapat dilihat
oleh masyrakatyang disediakan oleh Direktorat Jenderal.
•Tanggal mulai diumumkannya permohonan dicatat oleh Direktorat Jenderal”.
2) Keberatan dan Sanggahan
Dalam hal terdapat keberatan, Direktorat 4) Permohonan Disetujui atau Ditolak
Jendal dalam waktu paling lama empat
belas hari terhitung sejak tanggal Pengumuman berlangsung selama tiga
penerimaan keberatan mengirimkan bulan dan dilakukan dengan
salinan surat yang berisikan keberatan menempatkannya dalam berita resmi
tersebut kepada pemohon atau kuasanya merek yang diterbitkan secara berkala
(Pasal 24 Undang-Undang Nomor 15 oleh Direktorat Jenderal, dan/atau
Tahun 2001) menempatkannya pada sarana khusus
yang dengan mudah serta jelas dapat
dilihat oleh masyarakat yang disediakan
3) Pemeriksaan Subtantif
oleh Direktorat Jenderal
Pemeriksaan subtantif dilaksanakan
berdasarkan ketentuan pasal 4, 5, dan 5) Sertifikat Merek Terdaftar
pasal 6 Undang-Undang Nomor 15
Hal ini penting bagi konsumen dan
Tahun 2001 (merek tidak dapat didaftar
masyarakat untuk mempercepat
dan harus di tolak). Pemeriksaan
pemenuhan kembali dalam daftar
subtanstif diselesaikan dalam waktu
umum merek. Hal ini diatur
paling lama 9 bulan (Pasal 8 Undang-
ketentuannya dalam Pasal 28
Undang Nomor 15 Tahun 2001).
Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2001.
6) Penghapusan dan Pembatalan Pendaftaran Merek

Penghapusan pendaftaran merek atas prakarsa Direktora Jenderal dapat


dilakukan jika:
•Merek tidak digunakan selama tiga tahun berturut-turut dalam perdagangan
barang dan/atau jasa sejak tanggal pendaftaran atau pemakaian terakhir,
kecuali apabila ada alasan yang dapat diterima oleh Direktoral Jenderal.
•Merek digunakan untuk jenis barang dan/atau jasa yang tidak sesuai dengan
jenis barang dan/atau jasa yang dimohonkan pendaftaran, termasuk pemakaian
merek yang tidak sesuai dengan merek yang didaftar (Pasal 61 ayat 1 dan ayat 2
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001.

Alasan yang dapat diterima oleh Direktorat Jenderal karea adanya :


•Larangan impor
•Larangan yang berkaitan dengan izin bagi peredaran barang yang
menggunakan merek yang bersangkutan atau keputusan dari pihak yang
berwenang yang bersifat sementara
•Larangan seupa lainnya yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah (Pasal
61 ayat 3 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001)
e. Pengalihan Hak Atas Merek Terdaftar
• Cara Pengalihan Hak

Hak atas merek terdaftar dapat beralih atau dialihkan karena pewarisan, wasiat,
hibah, perjanjian, atau sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan
perundang-undangan, misalnya pemilikan merek karena pembubaran badan
hukum yang semula pemilik merek. Pengalihan hak atas merek dengan
perjanjian harus dituangkan dalam bentuk fakta perjanjian, dan disertai dengan
dokumen-dokumen pendukungnya, antara lain sertifikat merek yang
mendukung pemilikan hak tersebut. (Pasal 40,41,42 Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2001).

• Perjanjian Lisensi

Pemilik merek berhak memberikan lisensi kepada pihak lain dengan perjanjian
bahwa penerima lisensi akan menggunakan merek tersebut untuk sebagian atau
seluruh jenis barang atau jasa. Perjanjian lisensi dilarang memuat, baik
ketentuan yang langsung maupun tidak langsung dapat menimulkan akibat
yang merugikan perekonomian indonesia atau memuat pembatasan yang
menghambat kemampuan bangsa Indonesia dalam menguasai dan
mengembangkan teknologi dalam umumnya.
f. Pelanggaran Hak Atas Merek
1) Bentuk Pelanggaran
Berdasarkan ketentuan pasal 76 ayat 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2001, ada 3 bentuk pelanggaran merek yaitu:
•penggunaan merek yang mempunyai persamaan pada keseluruhannya dengan
merek terdaftar milik pihak lain;
•penggunaan merek yang mempunyai persamaan pada pokoknya dengan merek
terdaftar milik pihak lain;
•memperdagangkan barang atau jasa yang berasal dari pelanggaran merek

2) Gugatan atas Pelanggaran Merek

Berdasarkan ketentuan pasal 76 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001, pemilik


merek terdaftar dapat mengajukan gugatan terhadap pihak lain yang secara tanpa
hak menggunakan merek yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau
keseluruhannya untuk barang atau jasa yang sejenis berupa:
•Gugatan ganti rugi; dan/atau
•Penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan merek
tersebut

3) Tuntutan Pidana
THANKYOU

Anda mungkin juga menyukai