Anda di halaman 1dari 122

SKENARIO 3

BLOK TRAUMA DAN KEGAWATDARURATAN


TUTOR 11
DOA BELAJAR
Aduh papaku kejang terus

Nona P datang ke RS UMM membawa papanya tuan N 53 tahun dengan keluhan utama
kejang berulang. Tuan N mengalami convulsi sejak tadi pagi sebanyak 3 kali, kejang pertama
jam 8, selama kejang tidak sadar, mata melihat keatas, tangan dan kaki tonik klonik konvulsi,
dan dari mulutnya keluar busa. Kejang pertama ini berlangsung 5 menit dan berhenti, pasien
tetap tidak sadar. Jam 9 tuan N kejang lagi dengan pola yang sama selama 3 menit dan
tetap belum sadar jam 10 kejang lagi dengan pola yang sama.
Riwayat penyakit dahulu : hipertensi dan DM yang tidak terkontrol, riwayat kejang
sebelumnya disangkal. Riwayat keluarga : Orang tua hipertensi dan meninggal karena stroke
dan meninggal karena stroke dan tn N perokok berat dan suka makanan berlemak.
Dari pemeriksaan fisik didapat : kesadaran menurun, tekanan darah 140/90 mmHg. Nadi
100x/menit, RR 25x/menit dan suhu 37C GCS 223, Meningeal sign negatip dan vomiting dan
dari data laboratorium gula darah 380 (hiperglikemia). Didapatkan lateralisasi sinistra dan
deviasi vonjugee dekstra.
KLARIFIKASI ISTILAH

1. Tonic Clonic : kekakuan otot-otot termasuk pada pernapasan dan juga gemetar yang bersifat lebih
lama yang muncul secara bersamaan (Dewanto, 2009)
2. Convulsi: kontraksi involunter atau sekumpulan kontraksi otot-otot volunter (Julie, 2014)
3. Hipertensi: Meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140mmHg dan atau diastolik lebih besar
dari 90 mmHg pada dua kali pengukurandengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat
(tenang). (Andrea GY, 2013)
4. Vomiting: respon otonom dari terjadinya pengeluaran isi lambung melalui mulut (Scorza, 2013)
KLARIFIKASI ISTILAH

4. Hiperglikemia: suatu keadaan meningkatnya kadar glukosa darah dalam tubuh seseorang yang
melebihi kadar normal. Penyebab belum pasti tetapi sering dihubungkan dengan kurangnya insulin
dan faktor predisposisi yaitu genetic, umur, dan obesitas. (kasangke , 2015)
5. Meningeal sign : gejala yang timbul akibat peradangan pada selaput otak (meningitis) atau adanya
benda asing pada ruang subarachnoid (darah), zat kimia(kontras) dan invasi neoplasma (meningitis
carcinoma). Manifestasi subyektif adalah sakit kepala, kuduk kaku, fotofobia dll. (Berkow R,2014)
6. Lateralisasi: ketidaksamaan antara tanda-tanda neurologis sisi kiri dan kanan tubuh yang dapat berupa
hemiparese atau plegi, pupil anisokor, dan reflek patologis yang satu sisi (Siswono, 2015)
RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana hubungan kejang yang dialami px dengan riwayat hipertensi dan DM yang tidak
terkontrol ?
2. Bagaimana intrepetasi dari pemeriksaan fisik?
3. Apa diagnosis dan diagnosis banding dari scenario tersebut?
4. Apa pemeriksaan penunjang yang diperlukan?
5. Bagaimana tatalaksana dari scenario tersebut?
6. Apa edukasi untuk px dan keluarga px?
1. Bagaimana hubungan kejang yang
dialami px dengan riwayat hipertensi
dan DM yang tidak terkontrol ?

- DM tipe 1 : Penurunan titer dari anti GAD-Ab  mengkonversi As.


Gluatamat yg sifatnya eksitatori  GABA yg bersifat inhibitory
- Hiperglikemi : meningkatkan metabolisme GABA  GABA
berkurang  ketidakseimbangan n eksitatori dan inhibisi 
keajng
- Hiperosmolaritas pembuluh darah krn hiperglikemi  dehidrasi
seluler dan disfungsi sel otak  gangguan pelepasan
neurontransmitter
2. Bagaimana
intrepetasi dari
pemeriksaan fisik?
3. Apa diagnosis dan diagnosis
banding dari scenario tersebut?

 Dx : status epileptikus et causa hiperglikemi


 Dd : status epileptikus et causa stroke
4. Apa pemeriksaan penunjang yang
diperlukan?

 EEG : Gambaran kejang


 CT Scan dan neuroimaging : kelainan pada struktur otak.
 Pemeriksaan darah : DL, Elektrolit, Glukosa dll.
 LP : untuk mengetahui adanya meningitis atau encephalitis dan potensi hernia
batang otak
 Urin dan darah : pemeriksaan obat
5. Bagaimana tatalaksana dari
scenario tersebut?

- Stabilisasi ABC  pembebasan jalan nafas,


oksigenasi , perbaikan hemodinamik (infus NS tetesan
lambat)
- Kejang : Diazepam 0,15mg/kgBB i.v (Evaluasi kejang
masih berlanjut) ulangin pemberian diazepam ,
(jika berlanjut) Fenitoin 20 mb/kgBB i.v jika kejang
lagi, Fenitoin 5-10 mg/kgBB
- pasang kateter urine ,Intubasi, perekaman EEG, Cek
temperatur FOCUS EPILEPTOGENIK EP. PARSIAL
7. Apa edukasi untuk px dan keluarga
px?

Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya tentang :


 Penyakit yang diderita pasien yaitu epilepsi yang
ditandai dengan kejang
 Pengobatan pada pasien membutuhkan waktu yang
lama
 Pasien harus rutin minum obat dan obat hanya boleh
dihentikan atas rekomendasi dokter.
Learning Objective

1. Epilepsi ( Definisi, etiologi, patofisiologi, gejala


klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang, tatalaksana, prognosis, komplikasi)
2. Status epileptikus
3. POMR
EPILEPSI
Sumber : Kuliah Pakar
EPILEPSI GENERAL
Definisi
• adalah keadaan serangan klinis akibat cetusan
potensial abnormal berlebihan dari sekelompok
neuron kortek / subkortek, cenderung berulang &
stereotipi

Klasifikasi
• Generalised
• Partial
• Unclassified
Classification of Seizures
Generalised Partial
 Absence Simple Partial
 Tonic Clonic  Motor
 Myoclonic  Sensory
 Clonic  Autonomic
 Tonic
Complex Partial
 Atonic
 With psychic, cognitive or
affective symptoms
 With automatism's
Partial seizures with
secondary generalisation
Patofisiologi EPILEPSI
GENETIK
Generalized epilepsy with Mutasi kanal
febrile seizure plus (SCNIB) Na+

Benign familial neonatal Mutasi kanal K+


DISFUNGSI
convulsion(KCNQ2,KCNQ3) KANAL ION

Autosomal dominant
nocturnal frontal lobe
epilepsy (CHRNA4)
Mutasi AChR
Juvenile myoclonic E
(CHRNA7)

Tuberous Hamartin of
sclerosis(TSC1,TSC2) tuberin

Neurofibromatosis(NF1) Neurofibromin
PERTUMBUHAN
ABNORMAL
Periventricular nodular Filamin
heterotopia (FLN1)
FOKUS EPILEPTOGENIK EP. GENERAL

Pusat Epileptogenik
“Center Cephalic ”
ARAS

Tak Sadar

Ke Seluruhan Kortek

Kejang Umum
Tonik Clonik
EPILEPSI GENERAL SEKUNDER

Pusat Epileptogenik
Kortek
Kejang Fokal

Meluas Jackson March

“ Centre Cephalic ”

Tidak sadar

Seluruh Kortek

Kejang Umum
1. TYPICAL ABSENCE SEIZURE (PETIT MAL
SEIZURE)

• Hilangnya kesadaran mendadak (Absans), berhentinya aktifitas motorik,


tonus normal, pendrita tidak jatuh  bengong dan unaware
• Dimulai dan di akhiri tiba-tiba, seperti tidak terjadi apa-apa, lama ± 10
detik, berulang kadang diikuti kedipan mata dan gerakan motorik.
• Usia: 4 - 14 th, ± 75% penderita anak
• Gambaran EEG: Spike-Wave Paroxysm dalam frekuensi 3 Hz, simetris dan
sinkron
2. MYOCLONIC SEIZURE
• Kontraksi singkat sekelompok/beberapa kelompok
otot, kedua sisi tubuh  Discharge di kortikal
• Kontraksi tunggal / berulang, ringan / Berat
• Recovery cepat dan segera sadar
• Diinduksi: gerakan, suara, kejutan, stimulasi fotik,
ketukan
3. CLONIC SEIZURE
• Jarang, berupa gerakan jerking ritmik, tanpa
konfus/kelelahan setelah serangan
• Neonatus, bayi dan anak  selalu simptomatik

4. TONIC SEIZURE
• Kontraksi otot tonik (kaku), mendadak, kesadaran
turun, lama 20-60 detik, sering saat tidur
• Dimulai ekstensi leher, kontraksi otot wajah, dan
pernafasan serta otot ekstremitas (abduksi bahu
dan elevasi lengan)
• Jeritan dan Apneu
• Kerusakan otak difuse dan Learning Disability
5. TONIC-CLONIC SEIZURE
(GRANDMAL SEIZURE)
• Public imagination
• Kehilangan kesadarn (jatuh) dengan “epileptic cry”  fleksi
tonik ekstremitas (singkat)  fase rigiditas & ekstensi aksial,
bola mata ke atas, rahang mengatup kuat, badan kaku (adduksi
dan ekstensi), tangan mengepal, sianosis (10 - 30 detik)  Fase
klonik pada keempat ekstremitas, otot rahang & wajah, saliva
banyak, mengumpu di sudut mulut dengan darah. Gerakan
klonik makin menurun dalam frekuensi
• Gejala autonom, muka merah, tensi, nadi, hipersalivasi, ngompol
• Mengenai semua umur, kelaianan patologis tidak ada
Lama fase klonik ± 30 - 60 detik

• fase akhir (final)


• lama 2 - 30 menit fleksid otot-otot tubuh
• kesadaran pulih tapi onfus
• sakit kepala

penderita tertidur
6. ATONIC SEIZURE

• Kehilangan kekuatan/tonus otot secara mendadak


• Classic drop attack (Astatic Seizure)  Penderita
Kolaps/jatuh
• Kedua kelopak mata turun, kepala terangguk, badan
terkulai  Drop ke tanah  injuri
• Lama ± 15 detik, segera recovery
• Kerusakan otak difus, Learning Disability, Epilepsi
Simptomatik berat.
TATALAKSANA

1. Anamnesis  Riwayat
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Penunjang :
• Pemeriksaan Laboratorium
• EEG = Electro encefalografi
• X Foto Kepala
• Lumbal Pungsi
• CT Scan
TATALAKSANA
Medik Sosial Pendidikan

•Diagnosis tepat •Merubah sikap, •Pencegahan


dan dini perilaku, serta •Pengobatan
•Pengobatan pengetahuan •Perawatan
tepat dan yang salah
•Rehabilitasi
teratur kepada
•Kontrol teratur masyarakat,
keluarga, serta
•Cegah
pasien
komplikasi
TERAPI EPILEPSI

TIPE FIRST LINE SECOND

Epilepsi General
- DPH
- PHB - CLZ
A. Tonik-Klonik - VPA - BZD
- CBZ
- PRM
B. Absans - ETX - ETX
- VPA
- VPA
C. Myoclonic - CLZ
- BZD
Epilepsi Parsial
Definisi

- Epilepsi adalah keadaan serangan klinis akibat cetusan


potensial abnormal berlebihan dari sekelompok neuron
kortek / subkortek (Seizure )
- Cenderung berulang & Stereotipi
- Diluar serangan normal
Epidemiologi

Insiden Epilepsi : 45/100,000 per year


Prevalensi: 0.5-1%
Klasifikasi

Parsial : Tanpa kehilangan kesadaran

Simple Partial
 Motor
 Sensory
 Autonomic

Complex Partial
 With psychic, cognitive or affective symptoms
 With automatism's

Partial seizures with secondary generalisation


Patofisiologi EPILEPSI
Eksitasi
Seizure :
- menurunnya inhibisi
- meningkatnya
eksitasi
Inhibisi

MEKANISME  INHIBISI MEKANISME  EKSITASI


- Defek inhibisi GABA-A -  aktifasi reseptor NMDA
- Defek inhibisi GABA-B
-  sinkronisasi neuron neuron
- Defek aktivasi neuron GABA ok interaksi ephaptic ( non sinaps/
- Defek buffer Ca2+ intrasel interaksi elektrolit ekstrasel )
FOCUS EPILEPTOGENIK EP. PARSIAL
Pusat Epileptogenik
Kortek
Kejang Fokal

Meluas Jackson March

Tetap Sadar
FOCUS EPILEPTOGENIK EP. PARSIAL
Pusat Epileptogenik
Kortek
Kejang Fokal

Meluas Jackson March

“ Centre Cephalic ”

Tidak sadar
EPILEPSI GENERAL SEKUNDER

Pusat Epileptogenik
Kortek
Kejang Fokal

Meluas Jackson March

“ Centre Cephalic ”

Tidak sadar

Seluruh Kortek
EPILEPSI GENERAL SEKUNDER

Pusat Epileptogenik
Kortek
Kejang Fokal

Meluas Jackson March

“ Centre Cephalic ”

Tidak sadar

Seluruh Kortek
EPILEPSI GENERAL SEKUNDER
Pusat Epileptogenik
Kortek
Kejang Fokal

Meluas Jackson March

“ Centre Cephalic ”

Tidak sadar

Seluruh Kortek

Kejang Umum
Simple Partial

1. Motorik
Simple Partial
2. Sensorik
Simple partial

 Autonomik
Complex Partial
SECONDARILY GENERALIZED SEIZURE

• Cetusan abnormal di mulai dari area


terbatas  meluas melibatkan kedua
hemisfer otak
• Di mulai bangkitan parsial (aura) 
kejang umum Tonik - Klonik, Tonik atau
Klonik
DIAGNOSIS

1. Anamnesa  Riwayat
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Laborat
4. EEG = Electro encefalografi
= Rekaman Otak
5. X Foto Kepala
6. Cairan Otak  LP = Lumbal Pungsi
7. CT Scan
Treatment/Evaluation Sequence for Pharmacoresistent
Epilepsy st
1 Monotherapy AED Trial

Sz-free with 1st A ED

2nd Monotherapy AED Trial Sz-free with 2nd A ED

Sz-free with 3rd


A ED / P o lytherapy
P harmaco resistant
3rd Monotherapy/Polytherapy AED Trial
13%
47%
Strongly consider videoEEG Monitoring

Non-epileptic Epilepsy
4%

Psychogenic, migraine, syncope, Epilepsy Surgery/VNS Therapy/ 36%


sleep disorders, movement disorder’s, etc. Neuropace Evaluation
Kwan P, Brodie MJ.
NEJM;342:314-319.

Polytherapy AED Trials Resective Surgery Stimulator Therapy


TERAPI EPILEPSI
TIPE FIRST LINE SECOND
- CBZ - CLZ
1. Epilepsi - PHB - VPA
Parsial - DPH
- PRM - BZD

2. Epilepsi General
- DPH
- PHB CLZ
A. Tonik- - VPA -
Klonik - BZD
- CBZ
- PRM

B. Absence - ETX - ETX


- VPA
- VPA
C. Mioclonic - CLZ
- BZD
D. Lain Semua Kec. ETX
Status epileptikus
Sumber : Kuliah Pakar
DEFINISI

 Yaitu Kejang yang belangsung terus-menerus


selama paling sedikit 30 menit atau adanya
dua atau lebih kejang terpisah tanpa
pemulihan kesadaran diantaranya
ETIOLOGI

 Gangguan cerebrovaskuler
 Manifestasi akut dari
 penyakit infeksi sistem saraf pusat,
 stroke akut,
 gangguan metabolik,
 kadar obat antiepilepsi dalam darah yang rendah
PATOFISIOLOGI

 Terjadi akibat lepas muatan paroksimal yang berlebihan dari sebuah fokus kejang
yang terganggu akibat suatu keadaan patologik.

 Instabilitas membran sel saraf, kelainan polarisasi yang disebabkan oleh kelebihan
asetilkolin atau defisiensi GABA, ketidakseimbangan ion yang mengubah
keseimbangan asam-basa atau elektrolit sehingga terjadi kelainan depolarisasi neuron.

 Status epileptikus terjadi karena kegagalan dalam pemutusan rantai kejang, seperti
eksitasi yang meningkt secara tajam atau penghambatan yang tidak efektif
EPILEPSI
Sumber : Jurnal
EPILEPSI GENERAL
Definisi

Epilepsi merupakan kelainan otak di mana karakteristik


predominannya adalah terjadinya interupsi pada fungsi
otak normal secara berulang dan tidak dapat diprediksi.
Kelainan yang terjadi itu disebut sebagai serangan epileptik
(epileptic seizures). Serangan epileptik didefinisikan sebagai
gejala dan tanda suatu kejadian yang bersifat transien
akibat aktivitas neuronal otak yang berlebihan dan
abnormal (Gold SP, 2016, Epilepsi)
Epidemiologi

 Epilepsi merupakan salah satu kelainan dengan prevalensi cukup tinggi di


antara kelainan neurologis lainnya.
 Diperkirakan 70 juta penduduk dunia mengalami epilepsi.
 Rata-rata insidensi epilepsi adalah 50,4 per 100.000 populasi per tahun, di
mana negara berpendapatan tinggi (high income countries) memiliki insidensi
yang lebih rendah yaitu 45,0 per 100.000 populasi per tahun sementara di
negara yang berpenghasilan rendah (low middle income countries)
insidensinya 81,7 per 100.000 populasi per tahun.
(Gold SP, 2016, Epilepsi)
Etiologi

Idiopatik
• Penyebabnya tidak diketahui, biasanya memiliki faktor predisposisi genetik

Kriptogenik
• Dianggap simptomatik tapi penyebabnya belum diketahui, termasuk disini
sindrom west, sindrom lennox-gastaut, dan epilepsi mioklonik. Gambaran
klinik sesuai ensefalopati difus

Simtomatik
• Disebabkan oleh kelainan atau lesi pada SSP miasal trauma kepala, infeksi
SSP, kelainan kongenital, gangguan PD otak, toksik, metabolik, kelainan
neurodegeneratif
FAKTOR RESIKO

 Stroke (akut dan kronis)  Kelainan elektrolit (mis., Hiponatremia,


 Cedera hipoksia hipernatremia, hiperkalsemia,
ensefalopati hepar)
 Tumor Subarachnoid
 Neoplasma
 hemorrhage
 Infeksi CNS (mis., Meningitis, abses otak,
 Trauma kepala ensefalitis)
 Obat-obatan (misalnya kokain, teofilin);  Zat Racun, terutama simpatomimetik
isoniazid (INH) dapat menyebabkan
kejang dan unik karena memiliki obat
penawar khusus, piridoksin (vitamin B-6)
 Withdrawal alkohol
Julie L Roth, MD. Status epilepticus. Medscape. 2018
Patofisiologi
Kejang disebabkan karena ada ketidakseimbangan
antara pengaruh inhibisi dan eksitatori pada otak

terjadi karena :
• Kurangnya transmisi inhibitori
– Contoh: setelah pemberian antagonis GABA,
atau selama penghentian pemberian agonis
GABA (alkohol, benzodiazepin)
• Meningkatnya aksi eksitatori  meningkatnya aksi
glutamat atau aspartat
Klasifikasi
Epilepsi petit mal (Absance)
• Gangguan kesadaran mendadak (“absence”) berlangsung beberapa detik.
• Selama bangkitan, kegiatan motoric terhenti dan pasien diam tanpa reaksi.
• Mata memandang jauh kedepan.
• Mungkin terdapat automatisme.
• Pemulihan kesadaran segera terjadi tanpa perasaan bingung.
• Sesudah itu pasien melanjutkan aktivitas semula.

1.Bangkitan Umum Tonik Klonik


• Dapat didahului prodromal seperti jeritan, sentakan, mioklonik.
• Pasien kehilangan kesadaran (jatuh) dengan “epileptic cry*, kaku (fase tonik) selama 10-30
detik, ekstensi aksial, bola mata ke atas, rahang mengatup kuat, badan kaku (adduksi dan
ekstensi), tangan mengepal, sianosis. Diikuti gerakan kejang pada kedua lengan dan
tungkai serta otot rahang dan wajah (fase klonik) selama 30-60 detik, dapat disertai mulut
berbusa terkadang berdarah. Gerakan klonik makin menurun dalam frekuensi.
• Gejala autonom, muka merah, tensi, nadi, hipersalivasi, ngompol
• Selesai bangkitan pasien menjadi lemas (fase flaksid) dan tampak bingung.
• Pasien sering tidur setelah bangkitan selesai.
Mioklonik
• Kontraksi singkat sekelompok/beberapa kelompok otot, kedua sisi tubuh. Merupakan tanda
discharge di kortikal.
• Dapat berupa kontraksi tunggal atau berulang, yang bersifat ringan atau berat.
• Pemulihan cepat dan segera sadar
• Diinduksi oleh gerakan, suara, kejutan, stimulasi fotik, ketukan.
• Gangguan Belajar: Juvenil Myoclonic epilepsy, Lennox-Gastaut syndrome.

Klonik
• Bangkitan ini jarang terjadi. Biasanya berupa gerakan jerking ritmik, tanpa konfus/kelelahan
setelah serangan.
• Pada neonatus, bayi dan anak-anak selalu simptomatik. 2

Tonik
• Kontraksi otot tonik (kaku), terjadi secara mendadak, diikuti kesadaran yang menurun.
Terjadi sekitar 20-60 detik, sering saat tidur.
• Dimulai ekstensi leher, kontraksi otot wajah, dan pernafasan serta otot ekstremitas (abduksi
bahu dan elevasi lengan).
• Disertai jeritan dan Apneu.
• Kerusakan otak menyeluruh dan Gangguan belajar. 2
1.Atonik

• Pasien kehilangan kekuatan/tonus otot secara mendadak. Pasien mengalami Classic drop
attack (Astatic Seizure) yaitu kolaps atau jatuh.
• Kedua kelopak mata turun, kepala terangguk, badan terkulai, dan jatuh ketanah sehingga
menyebabkan terjadinya injuri.
• Terjadi selama ± 15 detik dan segera pulih.
• Kerusakan otak luas, gangguan belajar, Epilepsi Simptomatik berat.
Diagnosis

Anamnesis
Pemeriksaan
fisik
Pemeriksaan
tambahan
• EEG, brain imaging,
laboratorium, dan
EKG.
Ada 3 a.Langkah pertama, memastikan apakah
langkah kejadian yang bersifat paroksismal menunjukkan
untuk bangkitan epilepsi atau bukan epilepsi.
menuju a.Langkah kedua, apabila benar terdapat
diagnosis bangkitan epilepsi, maka tentukan bangkitan
epilepsi, yang ada termasuk jenis bangkitan yang mana.
yaitu
Langkah ketiga, tentukan etiologi, sindrom
epilepsi apa yang ditunjukkan oleh bangkitan,
atau epilepsi apa yang di derita oleh pasien.

Diagnosis epilepsi ditegakkan atas dasar adanya gejala dan tanda klinik
dalam bentuk bangkitan epilepsi berulang (minimal 2 kali) yang ditunjang
oleh gambaran epileptiform pada EEG
A.DIAGNOSIS BANDING A.KOMPLIKASI/PENYULIT

• Sinkope, dapat bersifat • Kegagalan jantung.


vasovagal attack, • Fraktur.
kardiogenik, hipovolumik, • Edema serebri.
hipotensi, dan sinkope saat
• Aspirasi pneumonia.
miksi.
• Kegagalan ginjal
• Serangan iskemik sepintas
mendadak (mioglobinuria)
(transient ischemic attack).
• Vertigo.
• Transient global amnesia.
• Narkolepsi.
• Bangkitan panik,
psikogenik.
• Sindrom menier.
• Tics.
Tatalaksana Epilepsi
Tujuan terapi

 Tujuan utama terapi epilepsi adalah mengupayakan penyandang


epilepsi dapat hidup normal dan tercapai kualitas hidup optimal
untuk penyandangmental yang dimilikinya.
 Harapannya adalah bebas bangkitan, tanpa efek samping‖. Untuk
tercapainya tujuan tersebut diperlukan beberapa upaya, antara
samping/dengan efek samping yang minimal, menurunkan angka
kesakitan dan kematian
Pemilihan OAE pada pasien
berdasarkan bentuk bangkitan.
Tipe bangkitan OAE lini kedua OAE lini ketiga
OAE lini pertama
umum (tambahan) (tambahan)
Sodium Valproate Levetiracetam
Absence Ethosuximide
Lamotrigine Zonisamide
lamotrigine
Topiramate
CLobazam
Mioklonik Sodium Valproate Levetiracetam
Carbamazepine
Zonisamide
Phenobarbital
Sodium Valproate Topiramate
Carbamazepine Lamotrigine Levetiracetam
Tonik klonik
Phenitoin Oxcarbazepine Zonisamide
Phenobarbital Primidone
Lamotrigine
Atonik Sodium valproate Felbamate
Topiramate
Focal Epilepsy
Definition

 Epilepsy is defined as a brain disorder characterized by an


enduring predisposition to generate epileptic seizures and by
the neurobiologic, cognitive, psychological, and social
consequences of this condition.
 When only a portion of the brain is involved, the seizures are
called partial seizures or focal seizures. These seizures vary
tremendously in their effects on the person's movement,
sensation or behavior depending on which area of brain is
involved.
Treatment

 First line treatment: carbamazepine, lamotrigine


 Alternative first line treatment: levetiracetam, oxcarbazepine,
sodium valproate
 Cautions: be aware of potential effect of sodium valproate in
pregnancy
 Adjunctive treatment (if first line treatment is not effective or
not tolerated): carbamazepine, clobazam, gabapentin, lamotrigine,
levetiracetam, oxcarbazepine, sodium valproate, topiramate
 Action if adjunctive treatment is not effective or tolerated: consider
referral to tertiary epilepsy services (where other AEDs may be
tried)
Status epileptikus
Sumber : Jurnal
Acute causes

1. Stroke: ischemic or hemorrhagic etc.


2. Metabolic abnormalities: electrolyte 8. Low antiepileptic drug levels
disturbances, hypoglycemia, uremia,
9. Central nervous system infection
fulminant hepatic failure
(meningitis, abscess, viral encephalitis)
3. Anoxic ischemic injury 10. Hypertensive encephalopathy/posterior
4. Sepsis reversible encephalopathy syndrome
5. Traumatic brain injury 11. Antibody-mediated encephalitis:
paraneoplastic or nonparaneoplastic
6. Brain tumor
7. Drug effects: Acute drug toxicity ,
Withdrawal from alcohol,
benzodiazepines, baclofen, barbiturates,
Chronic causes

1. Progressive epilepsy syndromes (e.g., Lennox–Gastaut syndrome)


2. Congenital malformations (brain or cerebrovascular), or cortical dysplasia
3. Encephalomalacia due to remote central nervous system structural damage (e.g., stroke,
trauma, prior neurosurgery)
4. Neurodegenerative disorders (e.g., Alzheimer’s dementia, amyloid angiopathy)
Menagemen SE
Referensi:

Picher et all. Menagemen of status epilepticus, Handbook of clinical


neurology : 2017

Brophy et all. Guidelines for the Evaluation and Management of Status


Epilepticus, neurocortical care society :2012.
EPILEPSI
Sumber : Text Book
Klasifikasi epilepsi

Generalised Partial
• Absence • Simple Partial
• Tonic Clonic • Complex partial
• Myoclonic • Partial seizure with
• Clonic secondary
• Tonic generalisation
• Atonic
general
Epilepsi petit mal (absence)

 Tidak terdapat kejang


 Gangguan kesadaran dalam waktu singkat (6-10mnt)
 Pasien tdk jatuh , berhenti dari aktivitas (melamun  kemudian
melakukan aktivitas kembali)
 Serangan singkat , dapat 10-20 kali dali sehari
 EEG 3/sec spike sow wave
 Lebih banyak pada anak-anak

Sumber : bahrudin,2017 buku neorologi klinis


Epilepsi mioklonik

 Sering pada anak-anak


 Gangguan kesadaran sebentar + disertai gerakan involunter yang
aneh dari sekelompok otot
 Gerakan involunter terutama (bahu dan lengan ) disebut
myoclonic jerking

Sumber : bahrudin,2017 buku neorologi klinis


Tonic clonic seizure

 Merupakan bentuk yang paling sering dijumpai


sebagian pasien beberapa hari sebelum serangan
grandma merasa tegang,cepar tersinggung,
perubahan emosi,dll.sebagai gejala-gejala
prodromal.Aura tidak terdapat pada grandma,dan
bila ada aura berarti bukan grandma murni,tetapi
ada suatu focus.jadi adanya aura menunjukan
grandma murni,tetapi ada suatu focus.jadi adanya
aura menunjukan suatu tanda fokal.
 Fase Tonic
 Semua lengan dan tungkai ekstensi,pasien tampak
menggejan sehingga wajahnya merah. Kemudian
pasien menahan nafas (apnea) selama kurang lebih
30 dertik,pad akhir fase ini terjadi sianosis,tekanan
darah meningkat,pupil melebar,reflex cahaya
negative,reflex patologis positif.kadan-kadang
ngompol karena kontraksi tonik involunter
inkontinensia ini bhisa sebagai diagnosis banding
organic atau histerik.
 Fase Klonik
 Terjadi kejang ritmik,pasien bernafas
kembali,kadang-kadang lidah
tergigit,sehingga ludah bercampur darah
(buih kemerahan)pada fase ini wajah
menjadi normal kembali,tekanan darah
menurun,tanda gejala vital normal.
TONIC-CLONIC SEIZURE
(GRANDMAL SEIZURE)

Bangkitan dengan konvulsive  Public imagination


Tipe yang paling >>
Didahului aura terlebih dahulu

 Aura merupakan perasaan yang dialami sebelum serangan dapat berupa:


merasa sakit perut, baal, kunang-kunang, telinga berdengung.
Dua tahap

Tahap klonik: terjadi


kontraksi otot yang
berulang dan tidak
terkontrol, mengompol
atau buang air besar
Tahap tonik : kehilangan yang tidak dapat
kesadaran, kehilangan dikontrol, pasien tampak
keseimbangan dan jatuh sangat pucat, pasien
karena otot yang mungkin akan merasa
menegang, berteriak lemas, letih ataupun ingin
tanpa alasan yang jelas, tidur setelah serangan
menggigit pipi bagian semacam ini.
dalam atau lidah.
Epilepsi fokal
Definisi

 Epilepsi  cetusan listrik lokal pada substansia grisea yang terjadi


mendadak dan cepat.
• Berdasarkan tanda klinik dan data EEG, kejang
dibagi menjadi :
– kejang umum (generalized seizure)  jika aktivasi
terjadi pd kedua hemisfere otak secara bersama-
sama
– kejang parsial/focal  jika dimulai dari daerah
tertentu dari otak
Etiologi

1. Idiopatik
 Penyebab tidak diketahui, sebagian besar pada anak usia 3 tahun (50%)

2. Simtomatik
 Penyebab diketahui
Fokal (partial)

Kejang parsial terbagi menjadi :


 Simple partial seizures
 pasien tidak kehilangan kesadaran

 terjadi sentakan-sentakan pada bagian tertentu


dari tubuh

 Complex partial seizures


 pasien melakukan gerakan-gerakan tak
terkendali: gerakan mengunyah, meringis, dll
tanpa kesadaran
Epilepsi partial

Epilepsi lobus temporalis atau epilepsi psikomotor atau juga disebut


epilepsi partial kompleks merupakan bangkita epilepsi yang
disebabkan oleh suat lesi pada lobus temporalis.
1. Bangkitannya meliputi bermacam-macam gejala motorik dan
mental
2. Serangan dari jenis epilepsi ini disebabkan oleh letupan fokal
abnormal yang menimbulkan kehilangan kesadaran, amnesia,
atau bingung selama ataupun setelah serangan.
3. Jenis epilepsi ini berhubungan dengan lesi di lobus temporalis.
 Penyebab Epilepsi Lobus Temporalis
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa penyebab epilepsi lobus
temporalis adalah
Post Infeksi seperti herpes ensefalitis atau meningitis bakterialis),
gangguan migrasi neuronal, hipokampus sklerosis dan kejang demam.
Sasaran Terapi

 Mengontrol (mencegah dan mengurangi frekuensi)


supaya tidak terjadi kejang - beraktivitas normal lagi
 Meminimalisasi adverse effect of drug
 Mencegah atau menurunkan lepasnya muatan listrik
syaraf yang berlebihan  melalui perubahan pada
kanal ion atau mengatur ketersediaan neurotransmitter
Prinsip pengobatan pada epilepsi

 Non farmakologi :

 Amati faktor pemicu

 Menghindari faktor pemicu (jika ada), misalnya : stress, OR, konsumsi kopi
atau alkohol, perubahan jadwal tidur, terlambat makan, dll.

 Farmakologi : menggunakan obat-obat antiepilepsi


Status epileptikus
Sumber : Text Book
Definisi

Keadaan dimana terjadi kejang berulang-ulang dan diantara dua serangan


pasien tetap tidak sadar atau pasien kejang satu kali akan tetapi lama kejang
lebih dari 30 menit. Namun, sekarang setiap kita mendapatkan pasien kejang
sudah dianggap SE apabila sudah berlangsung lebih dari 5 menit.
Etiologi

 Pasien epilepsi yang mendadak berhenti minum obat anti epilepsi


 Meningitis
 Tumor otak
 Ensefalopati hipertensi
 Abses otak
 Hipoglikemi
 Perdarahan otak
 Sindroma Reye (pada anak-anak) dl
Gejala Klinis

 Aktivitas motorik tonik dan atau klonik kontinyu dengan gangguan


kesadaran yang jelas
 Kejang umum berulang tanpa pemulihan sempurna diantara
kejang.
Klasifikasi

 SE Konvulsif (bangkitan umum tonik klonik)


 SE Non-Konvulsif (bangkitan bukan umum tonik klonik)
Penanganan Status Epileptikus

 Don’t forget 5B!


Breathing
Blood
Brain
Bowel
Bladder
Penanganan

1. Berilah diazepam secara intravena


2. Diberi fenitoin secara intravena perlahan (50
mg/menit)
3. Di LN  Klonazepam secara intravena
4. Bila belum juga berhenti  Berikan narkose umum
dengan short acting barbiturate seperti thiopentone
Penanganan Berdasar Stadium

 Stadium I (0-10 menit)


a. Memperbaiki fungsi kardiorespirasi
b. Memperbaiki jalan nafas, pemberian oksigen, resusitasi
 Stadium 2 (1-60 menit)
a. Pemeriksaan status neurologik
b. Pengukuran tekanan darah, nadi dan suhu
c. EKG
d. Memasang infus pada pembuluh darah
e. Pemberian OAE emergensi : Diazepam 10-20 mg iv
f. Memasukkan 50 cc glukosa 50% dengan atau tanpa thiamin
g. Menangani asidosis
 Stadium III (0-60/90 menit)
a. Menentukan etiologi
b. Bila kejang berlangsung terus selama 30 menit setelah pemberian
diazepam pertama, beri phenytoin iv 15-18 mg/kg dengan
kecepatan 50 mg/menit
c. Memulai terapi dengan vasopresor apabila diperlukan
d. Mengkoreksi komplikasi
 Stadium IV ( 30-90 menit)
a. Bila kejang tetap tidak tertasi selama 30=60 menit, transfer pasien ke
ICU, beri propofol (2 mg/kgBB bolus iv, diulang bila perlu) atau
thiopentone (100-250 bolus iv pemberian dalam 20 menit, dilanjutkand
dengan bolus 50 mg setiap 2-3 menit) dilanjutkan sampai 12-24 jam
setelah bangkitan klinis atau bangkitan EEG terakhir, lalu dilakukan
tappering off
b. Memantau bangkitan dan EEG, tekanan intrakranial, memulai
pemberian OAE dosis rumatan.
PETA KONSEP
Check it out …
Tn N 53 tahun

Kejang convulsi tonik


klonik pola yang sama
3 kali

Berulang & tidak


Status Epileptikus
sadar

Vital Sign : RPD :


RPK : • Hipertensi
• Hipertensi
• Orang tua hipertensi • DM tak terkontrol
• Takipneu
• Stroke dan meninggal • Riwayat kejang disangkal
• Stupor
• Meningeal sign (-) • Perokok berat
• Suka Makanan berlemak
Pemeriksaan Fisik :
• Lateralisasi sinistra Lesi Hemisfer
• Deviasi conjugee Kanan
dextra
Pemeriksaan Lab :
Metabolisme Treshold
• Hiperglikemi (Gula
GABA Kejang
darah 380)

Diagnosis :
• Status Epileptikus et causa Stroke Iskemik
DD :
• Status Epileptikus et causa Hiperglikemi

Tatalaksana :
• Resusitasi (ABCD)
• Rehidrasi
• Monitor vital sign
• Beri oksigenasi (dgn nasal kanul/ masker)
• Pemberian bolus diazepam, 2 mg/menit, masing-masing 10mg.
• Jika belum berhasil, secara intravena, 2 – 10 mg fenitoin dilarutkan dalam 1ml garam fisiologis
(5mg/ml), dengan dosis fenitoin 18 mg/kgBB
• Fenobarbital sampai kejang berhenti atau dosis seluruhnya mencapai 20 mg/kg berat badan.
• Thiamin 100 mg (vit B6)
POMR
Check it out …
DOA SELESAI BELAJAR

‫ب الَ يَ ْخش َْع َو ِم ْن نَ ْف ٍس‬ ُ َ ‫اَللَّ ُه َّم ِإنِ ْي أ‬


ٍ ‫ع ْوذُ ِب َك ِم ْن ِع ْل ٍم الَ يَ ْنفَ ْع َو ِم ْن قَ ْل‬
ُ‫اب لَه‬
ُ ‫شبَ ْع َو ِم ْن َدع َْو ٍة الَ ُ ْيست َ َج‬ ْ َ ‫الَت‬
Allahumma inni a’uudzubika min ‘ilmin laa yanfa’, wa min qolbin laa
yakhsya’, wa minnafsin laa tasyba’, wamin da’ watin
laa yustajaabulaha

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat,
hati yang tidak khusu’, nafsu yang tidak pernah puas, dan do’a yang
tidak dikabulkan”.
DOA SELESAI BELAJAR

ً‫اطال‬ ِ َ‫ار ُز ْقنَا ِاتـبَاعَه ُ َوأ َ ِرنَا ا ْلب‬


ِ َ‫اط َل ب‬ َّ ‫اَللَّ ُه َّم أ َ ِرنَا ا ْل َح‬
ْ ‫ق َحقًّا َو‬
ْ ‫ار ُز ْقنَا‬
ُ‫اجتِنَابَه‬ ْ ‫َو‬
Allahumma arinal_haqqo _haqqon warzuqnat tibaa’ahu wa
arinal baathila baa-thilan warzuqnaj tinaabahu

Ya Allah Tunjukkanlah kepada kami kebenaran sehinggga kami dapat


mengikutinya Dan tunjukkanlah kepada kami kejelekan sehingga
kami dapat menjauhinya

Anda mungkin juga menyukai