Anda di halaman 1dari 28

UJI SPEARMAN

Wina Qanita (181610101100)


Raden Rara Hanifa P (181610101101)
Sofinatur Rohibah (181610101102)
Isrofana Fika W. (181610101103)
Fadhlan Rifqi G. M. (181610101104)
Dwiyatma Fathanisa R. (181610101105)
Edwin Arif K. (181610101106)
Yuli Dwi Kristanti (181610101107)
Amelia Nur Ilahi (181610101108)
M. Harist Al Barik (181610101109)
Tika Vienty Amiroh (181610101110)
DEFINISI
Korelasi Spearman adalah alat uji statistik yang digunakan untuk
menguji hipotesis asosiatif dua variabel bila datanya berskala
ordinal (ranking). Korelasi ini dapat juga disebut sebagai korelasi
bertingkat, korelasi berjenjang, korelasi berurutan, atau korelasi
berpangkat. (Mcdonald, 2014).
TUJUAN
1. Melihat tingkat kekuatan (keeratan) hubungan dua variable.
2. Melihat arah (jenis) hubungan dua variable.
3. Melihat apakah hubungan tersebut signifikan atau tidak.
SYARAT/ASUMSI
 Data yang digunakan untuk korelasi Spearman harus berskala ordinal. Berbeda
dengan korelasi Pearson, korelasi spearman tidak memerlukan asumsi adanya
hubungan linier dalam variabel-variabel yang diukur dan tidak perlu
menggunakan data berskala interval, cukup menggunakan data berskala ordinal.
Asumsi yang digunakan dalam korelasi ini ialah rank (tingkatan) berikutnya harus
menunjukkan posisi jarak yang sama pada variabel-variabel yang diukur. Jiak
menggunakan skala likert , maka jarak skala yang digunakan harus sama.
Kemudian data yang digunakan pada uji ini juga tidak harus terdistribusi dengan
normal.
KRITERIA KORELASI SPEARMAN
KRITERIA ARAH UJI KORELASI
SPEARMAN
 Arah korelasi dilihat pada angka koefisien korelasi sebagaimana tingkat
kekuatan korelasi. Besarnya nilai koefisien tersebut berkisar diantara +1
sampai dengan -1. Jika koefisien nilai korelasi bernilai positif, maka
hubungan kedua variabel dikatakan searah. Maksud dari hubungan yang
searah adalah jika variabel X meningkat maka variabel Y juga akan
meningkat. Sebaliknya, jika koefisien korelasi bernilai negatif maka
hubungan kedua variabel tersebut tidak searah. Tidak searah maksudnya
jika variabel X meningkat maka variabel Y menurun.
KRITERIA SIGNIFIKASI KORELASI
 Kekuatan dan arah korelasi akan mempunyai arti jika hubungan antar
variabel tersebut bernilai signifikan. Dikatakan ada hubungan jika nilai Sig.
(2-tailed) hasil perhitungan lebih kecil dari nilai 0,05 atau 0,01. Sementara
itu, jika nilai Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,05 atau 0,01 maka hubungan
antar variabel tersebut dapat dikatakan tidak signifikan atau tidak berarti
KRITERIA TINGKAT KEKUATAN UJI
KORELASI SPEARMEN
Berikut merupakan tingkat kekuatan hubungan
antar variabel yang dapat digunakan pada nilai
koefisien korelasi hasi dari output spss menurut
Sudarno (2017) :

Nilai korelasi ranking spearman berada di


antara -1 sampai 1. Apabila nilai korelasi yang
didapat = 0 berarti hubungan variabel X dan Y
tidak memiliki korelasi. Jika R bernilai positif,
maka variabel X dan Y bernilai naik. Dan
sebaliknya apabila negatif, maka variabel Y
bernilai naik dan variabel X bernilai turun.
LANGKAH-LANGKAH UJI
SPEARMAN
Jika data sudah di input dengan benar, selanjutnya klik Analyze - Correlate -
Bivariate...
2. Muncul kotak dialog “Bivariate Correlations”, langkah selanjutnya adalah masukkan
semua variabel kedalam kolom Variables, kemudian pada bagian “Correlation
Coefficients” beri tanda centang (v) pada pilihan Spearman, pada bagian Test of
Significance pilih Two-tailed. Selanjutnya beri tanda centang (v) pada Flag significant
correlation. Lalu klik Options...
3. Maka muncul kotak dialog “Bivariate Correlations: Options”, pada bagian
“Missing Values” pilih Exc;ude cases pairwise, lalu klik Continue
4. Klik “OK”, maka akan muncul output korelasi spearman sebagai berikut.
INTEPRETASI OUTPUT
Interpretasi output uji korelasi rank spearman dibagi menjadi tiga tahap interpretasi :
1. Melihat tingkat kekuatan (keeratan) hubungan antar variabel
2. Melihat arah (jenis) hubungan antar variabel
3. Melihat apakah hubungan tersebut signifikan atau tidak
1. Melihat tingkat kekuatan (keeratan) hubungan
variabel
 Dari output data, diperoleh angka koefisien korelasi antara prestasi kerja
dengan kecerdasan (diukur dengan IQ) sebesar 0,409. Artinya, tingkat
kekuatan hubungan (korelasi) antara variabel prestasi kerja dengan
kecerdasan adalah 0,409 atau dikatakan “hubungan cukup”. Sedangkan
angka koefisien korelasi antara prestasi kerja dan motivasi kerja sebesar
0,620. Artinya, tingkat kekuatan hubungan (korelasi) antara variabel prestasi
kerja dengan motivasi kerja sebesar 0,620 atau dikatakan “hubungan kuat”
2. Melihat arah (jenis) hubungan variabel
 Angka koefisien korelasi pada korelasi prestasi kerja dengan tingkat
kecerdasan dan prestasi kerja dengan motivasi kerja bernilai positif, yang
berarti hubungan kedua variabel bersifat searah (jenis hubungan searah),
sehingga dapat diartikan bahwa semakin cerdas pekerja maka semakin baik
prestasi kerja, dan semakin baik motivasi kerjanya maka semakin baik juga
prestasi kerjanya.
3. Melihat signifikansi hubungan kedua variabel
 Berdasarkan output data, diketahui nilai signifikansi atau Sig.(2-tailed)
antara variabel prestasi kerja dan tingkat kecerdasan sebesar 0,274
sedangkan antara variabel prestasi kerja dengan motivasi kerja sebesar
0,075. Karena nilai Sig.(2-tailed) lebih besar dari 0,05 atau lebih besar dari
0,01, maka diartikan tidak ada hubungan yang signifikan (berarti) antara
variabel prestasi kerja dengan tingkat kecerdasan dan prestasi kerja dengan
motivasi kerja.
KESIMPULAN
Analisis korelasi rank spearman dapat digunakan untuk menguji hubungan
antara variable penelitian pada statistic non-parametrik (skala ordinal). Pada
kasus yang diujikan dengan korelasi spearman dapat diketahui bahwa tingkat
kekuatan hubungan (korelasi) antara variabel prestasi kerja dengan kecerdasan
adalah 0,409 atau dikatakan “hubungan cukup” dan tingkat kekuatan hubungan
(korelasi) antara variabel prestasi kerja dengan motivasi kerja sebesar 0,620
atau dikatakan “hubungan kuat”. Variabel prestasi kerja dengan tingkat
kecerdasan dan prestasi kerja dengan motivasi kerja ini bersifat searah, yang
berarti semakin cerdas pekerja maka semakin baik prestasi kerja, dan semakin
baik motivasi kerjanya maka semakin baik juga prestasi kerjanya, tetapi kedua
variable ini tidak memiliki hubungan yang signifikan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai