Anda di halaman 1dari 32

INTRAUTERIN FETAL

DEATH

Pemimbing Lapkas

dr. Hotma P. Pasaribu, M.Ked(OG), Sp.OG.K

Oleh:

Mohammad Haekal 140100158


Ananta Septriandra Ginting 140100222
Ricky Kurniadi Siregar 140100182
Wirda Zamira Lubis 140100107
Henny Wahyuni 140100045
Latar Belakang
 Kematian janin dalam kandungan (KJDK) adalah salah satu masalah yang
sering terjadi dalam kehamilan. KJDK menyumbang jumlah yang hampir sama
besarnya dengan kematian neonatal (bayi yang berumur 0-28 hari) terhadap
tingginya angka kematian perinatal (0-7 hari).

 Angka kematian janin dalam kandungan dapat diturunkan melalui pengawasan


antenatal, memperbaiki keadaan sosial dan ekonomi, perbaikan kesehatan
ibu, memperbaiki teknik diagnosis gawat janin, memperbaiki sarana
pelayanan kesehatan, dan pencegahan infeksi secara sungguh-
Definisi

 Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK) adalah keadaan


tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam
kandungan. Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK) atau
Intra Uterine Fetal Death (IUFD) sering dijumpai, baik
pada kehamilan dibawah 20 minggu maupun sesudah
kehamilan 20 minggu.
Etiologi

 50 % kematian janin bersifat idiopatik (tidak diketahui penyebabnya).

 Kondisi medis ibu (hipertensi, pre-eklamsi, diabetes mellitus)


berhubungan dengan peningkatan insidensi kematian janin.

 Komplikasi plasenta (plasenta previa, abruption plasenta) dapat


menyebabkan kematian janin.

 Perdarahan janin-ibu (aliran sel darah merah transplasental dari janin


menuju ibu) dapat menyebabkan kematian janin.

 Infeksi intra-amnion
Faktor predisposisi
 Faktor maternal  Faktor plasenta
- Autoimun - Solusio Plasenta
- Inkompabilitas rhesus - Infeksi
- Penyakit komorbid - Infark Plasenta
- Ruptur uteri

 Faktor fetal
- Gerakan janin berlebihan
- Kelainan bawaan janin
- IUGR
- Infeksi
- Cedera janin
Manifestasi Klinis

 Terhentinya pertumbuhan uterus


 Terhentinya gerak janin
 Terhentinya DJJ
 Terhentinya pembesaran payudara
Diagnosis
 Anamnesis

1. Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari, atau gerakan
janin sangat berkurang.

2. Ibu merasakan perutnya tidak bertambah besar, bahkan bertambah kecil


atau kehamilan tidak seperti biasa.

3. Ibu merasakan belakangan ini perutnya sering menjadi keras dan merasa
sakit-sakit seperti mau melahirkan.
Palpasi

1. Tinggi fundus lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan, tidak


teraba gerakan-gerakan janin.

2. Dengan palpasi yang teliti, dapat dirasakan adanya krepitasi pada


tulang kepala janin.

Auskultasi
1. Baik memakai stetoskop, monoral maupun dengan doptone tidak
terdengar denyut jantung janin (DJJ)
Reaksi Kehamilan
1. Reaksi kehamilan baru negatif setelah beberapa minggu janin mati
dalam kandungan
Pemeriksaan penunjang
Ultrasonografi
1.Tidak ditemukan DJJ (Denyut Jantung Janin) maupun gerakan janin, seringkali
tulang-tulang letaknya tidak teratur, khususnya tulang tengkorak sering dijumpai
overlapping cairan ketuban berkurang.

Rontgen foto Abdomen


1.Tanda Spalding menunjukkan adanya tulang tengkorak yang saling tumpang
tindih (overlapping) karena otak bayi yang sudah mencair, hal ini terjadi setelah
bayi meninggal beberapa hari dalam kandungan.
2.Tampak gambaran gas pada jantung dan pembuluh darah.
3.Tampak udema di sekitar tulang kepala
Penatalaksanaan

Terminasi Kehamilan

 Beberapa hal yang harus diperhatikan :

- Edukasi Pasien dan Keluarga Pasien

- Informed Consent

- Persalinan SC hanya merupakan alternative terakhir

- Berikan kesempatan ibu dan keluarga untuk melihat bayi.


Induksi

 Jika serviks matang, lakukan induksi persalinan dengan oksitosin


 Jika serviks belum matang, lakukan pematangan serviks dengan
prostaglandin atau kateter foley, dengan catatan jangan lakukan
amniotomi karena bereisiko infeksi
 Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit
menurun dan serviks belum matang, dilakukan pematangan
serviks dengan misoprostol:
- Berikan misoprostol 25 mcg pervaginam dan dapat diulang sesudah 6
jam
- Jika tidak ada respon sesudah 2x25 mcg misoprostol maka naikkan
dosismenjadi 50mcg setiap 6 jam
- Jangan berikan lebih dari 50 mcg setiap kali dan jangan melebihi 4
dosis.
Komplikasi

 DIC
 Sepsis
 Maternal Death
Pencegahan

 Upaya pencegahan kematian janin, khususnya yang sudah atau mendekati


aterm adalah bila ibu merasa gerakan janin menurun, tidak bergerak, atau
gerakan janin terlalu keraas, perlu dilakukan pemeriksaan ultrasonografi.
Perhatikan adanya solusio plasenta. Pada gemelli dengan T + T (twin to
twin transfusion) pencegahan dilakukan dengan koagulasi pembuluh
anastomosis.
STATUS PASIEN
 Ny. L, 28 tahun, G1P0A0, Jawa, Muslim, S1, Perawat, menikah
dengan Tn.S, 29 tahun, Jawa, Muslim, D3, PNS datang ke Rumah
Sakit Universitas Sumatera Utara pada 10 Oktober 2019 pukul
08.00 dengan keluhan:

 Keluhan utama : Tidak ada gerakan janin

 Telaah : Hal ini dialami os sejak 1 hari sebelum masuk rumah


sakit pada pagi hari pasien mulai tidak merasakan adanya
pergerakan janin. Pasien mengatakan biasanya janin bergerak
lebih banyak pada malam hari, saat pasien beraktivitas dan saat
setelah makan. Riwayat trauma tidak dijumpai. Riw perdarahan
(-). Riw. keluar air-air dari kemaluan (-).
 Riwayat mulas-mulas ingin melahirkan tidak dijumpai. Riwayat
demam (-), riw hipertensi selama hamil (-), riwayat DM (-),
riwayat os dan keluarga os dengan kelainan darah (-), riwayat
keluarga dengan kelainan kongenital (-), BAK (+) Normal. BAB
(+) Normal
HPHT : 24/1/2019
TTP : 31/10/2019
Siklus Haid : 28 hari, teratur
ANC : 7 kali ke Sp.OG
RPT : -
RPO : -

Riwayat persalinan:
1. Hamil ini
Status presens : Anemis : (-)
Sens : compos mentis Ikterik : (-)
TD : 120/70 mmHg Sianosis : (-)
HR : 76x/i Dispnue : (-)
RR : 22x/i Edema : (-)
Temp : 36,6oC
Status Obstetri Status Ginekologi

Abdomen : membesar VT : cervix tidak dilatasi


asimetris
ST : Lendir darah (-), air
TFU : 3 jari dibawah ketuban (-)
procesus xyphiodeus (31 cm)

Tegang : kiri

Terbawah : kepala (5/5)

Gerak : (-)

HIS : (-)

Djj : (-)
Pemeriksaan Laboratorium
DARAH LENGKAP DIABETES
Hb 13,1 gr/dl Glukosa darah 82 mg/dl
Leukosit 16.280/mm3 sewaktu
Hematokrit 37,9%
Trombosit 222.000/mm3 GINJAL
Ureum 10,20 mg/dl
FAAL HEMOSTATIS Kreatinin 0,61 mg/dl
PT
Pasien 11,2 detik
Kontrol 12,4 detik
ELEKTROLIT
INR 0,74
Natrium 140 mmol/L
Kalium 4,5 mmol/L
APTT
Klorida 104 mmol/L
Pasien 21,9 detik
Kontrol 29,4 detik
IMMUNOSEROLOGI
HBsAg
TT
Anti HIV Non reaktif
Pasien 13,2 detik
Non reaktif
Kontrol 19,2 detik
USG TAS
Janin tunggal, intrauterine, presentasi kepala, KJDK
FM (-), FHR (-)
BPD : 91,2 mm
FL: 72,3 mm
AC : 317,4 mm
HC : 327,2 mm
EFW : 2.908 gr
Spalding sign (+)
Kesimpulan: KDR(36m6h) + PK + KJDK
KDR (36-37) minggu + PK
Diagnosa : PG + KDR (36-37) minggu + PK + KJDK

Terapi :
Kateter balon dimasukkan ke intraservikal dengan volume
balon 50cc  Pematangan serviks
Jika serviks telah mendatar  dilanjutkan dengan induksi
persalinan.
Monitor perkembangan persalinan

Rencana: Persalinan pervaginam


Follow Up

Tanggal S O A P

10/10/ 2019 - Sens: CM KJDK + KDR (37-38) minggu - IVFD RL + oksitosin


TD : 110/80mmHg ; HR: 80x/I ; + PK mulai 4 gtt naikkan
RR: 20x/I ; T: 36°c
setiap 15 menit hingga
Abdomen: membesar asimetris
40 gtt
TFU: 3 jari bpx
- pantau HIS, VS, dan
Teregang: kiri
Terbawah: kepala
tanda kemajuan

DJJ: - persalinan
Gerakan: -
HIS: 1x10’/10”
Tanggal S O A P
11/10/ 2019 Mulas Sens: CM KJDK + KDR (37-38) Pimpin
persalinan
12.45 semakin TD : 110/70 mmHg ; HR: minggu + PK
sering 82x/I ; RR: 22x/I ; T: 37,1°c
Abdomen: asimetris
membesar
TFU: 3 jari bpx
Teregang: kiri
Terbawah: kepala
DJJ: -
Gerakan: -
HIS: 2x10’/10”
Tanggal S O A P
12/09/ 2015 - Sens: CM Post PSP a/I KJDK + - IVFD RL 20 gtt/i
- Cefadroxil 2x1
TD : 110/80mmHg ; HR: 80x/I ; RR: 20x/I ; T: 37°c PBK
- Metronidazole
Abdomen: Soepel, Peristaltik (+)N; TFU 2 jari bawah 3x1
pusat, p/v(-), lochia (+) - PCT drip/ 8 jam
- Asam
BAK dan BAB (+) Normal
mefenamat 3x1
- Vit B comp 2x1
- Rencana PBJ

Tanggal S O A P
13/09/ 2015 - Sens: CM Post PSP a/I KJDK + PBJ

TD : 120/80mmHg ; HR: 80x/I ; RR: 20x/I ; T: 37°c PBK


Abdomen: Soepel, Peristaltik (+)N; TFU 2 jari bawah
pusat, p/v(-), lochia (+)
BAK dan BAB (+) Normal
Diskusi Kasus

Teori Kasus

Kematian janin dalam kandungan adalah Dari anamnesa diketahui bahwa usia kehamilan
kematian janin pada usia di atas 20 minggu dan kurang lebih diatas 37 minggu pada saat pasien
berat janin diatas 500 gram. Kematian janin datang ke RS USU. Pasien datang dengan keluhan
diindikasikan dengan adanya temuan berupa, utama tidak ada gerakan janin, dan ketika
keluarnya fetus yang tidak bernafas, dan tidak dilakukan pemeriksaan, tidak ditemukan denyut
menunjukkan tanda-tanda kehidupan seperti jantung janin dan pergerakan janin.
adanya denyut jantung, pulsasi dari tali pusat,
dan pergerakan dari otot volunteer.
Teori Kasus
Faktor maternal Dari anamnesa didapatkan riwayat
-Autoimun
-Inkompabilitas rhesus perdarahan (-), riwayat trauma (-), riwayat
-Penyakit komorbid demam (-), riwayat hipertensi (-), riwayat DM
-Ruptur uteri
Faktor fetal (-), riwayat pasien dan keluarga dengan
-Gerakan janin berlebihan kelainan darah (-) riwayat keluarga dengan
-Kelainan bawaan janin
-IUGR kelainan kongenital (-).
-Infeksi
-Cedera janin
Faktor plasenta
-Solusio Plasenta
-Infeksi
-Infark Plasenta
Dari pemeriksaan fisik, pada inspeksi dapat dijumpai tidak Pada inspeksi dijumpai perut pasien asimetris
terlihat gerakan-gerakan janin. Pada palpasi, tinggi fundus membesar dengan tinggi fundus uteri 31 cm
lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan, tidak teraba diatas simpisis pubis, tidak terlihat gerakan
gerakan-gerakan janin. Dari auskultasi menggunakan janin. Tidak ditemukan denyut jantung janin
monoral tidak terdengar denyut jantung janin. pada pemeriksaan menggunakan daptone.
Teori Kasus

Dari pemeriksaan penunjang berupa ultrasonografi. tidak Pada pemeriksaan ultrasonografi denyut
ditemukan denyut jantung janin maupun gerakan janin, jantung janin (-), dan dijumpai spalding sign.
seringkali tulang-tulang letaknya tidak teratur, khususnya
tulang tengkorak sering dijumpai overlapping cairan
ketuban berkurang.

• Jika serviks matang, lakukan induksi persalinan Pada pasien ini dilakukan pematangan serviks
dengan oksitosin atau prostaglandin. menggunakan kateter balon dimasukkan ke
• Jika serviks belum matang, lakukan pematangan intraservikal dengan volume balon 50cc untuk
serviks dengan prostaglandin atau kateter foley, pematangan serviks.
dengan catatan jangan lakukan amniotomi karena Jika serviks telah mendatar dilanjutkan
bereisiko infeksi dengan induksi persalinan IVFD RL + oksitosin
mulai 4 gtt naikkan setiap 15 menit hingga 40
gtt.
Kesimpulan
 Kematian janin dalam kandungan adalah kematian hasil konsepsi sebelum
dikeluarkan dengan sempurna dari ibunya tanpa memandang tuanya
kehamilan.

 Angka kematian janin dalam kandungan dapat diturunkan melalui pengawasan


antenatal pada semua ibu hamil dengan menemukan dan mendeteksi dini
faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan janin dan neonatus.

 Selain itu untuk menurunkan angka kematian perinatal dapat dilakukan


dengan memperbaiki keadaan sosial dan ekonomi, perbaikan kesehatan ibu,
memperbaiki teknik diagnosis gawat janin, memperbaiki sarana pelayanan
kesehatan, dan pencegahan infeksi secara sungguh-sungguh
Terima Kasih 

Anda mungkin juga menyukai