diterapkan pada perusahaan yang menghasilkan produk atas dasar pesanan. Harga pokok produk dihitung untuk setiap produk pesanan. Penentuan harga pokok setiap pesanan dilakukan setelah produk tersebut dikerjakan. Harga pokok per unit produk pesanan dihitung dengan cara membagi harga pokok produk pesanan dengan jumlah unit produk pesanan yang bersangkutan. Kas Nilai Aktiva Nilai Jasa Hutang yang timbul dalam tambahan modal Perusahaan meubel “Jaya” pada tanggal 2 Sept 2008 mendapat pesanan 2 set sofa dari pelanggan (Y) dengan harga Rp. 3.000.000/unit. No kode pesanan 031, barang tersebut dikirim 29 Sept 2008. Tanggal 3 Sept 2008 membeli bahan baku secara kredit dengan perincian sebagai berikut : - 5 m3 kayu jati @ Rp. 200.000 - 5 lembar multiplek @ Rp. 20.000 - 50 galon pernis @ Rp. 3.000 - 2 kaleng lem @ Rp. 50.000 - 5 kotak paku @ Rp. 50.000 Tanggal 4 Sept 2008 bagian produksi meminta bahan baku untuk mengerjakan pesanan no. 031. Bahan bakunya : - Kayu jati 4 m3 Rp. 800.000 - Multiplek 3 lembar Rp. 60.000 Bahan tak langsung : - Pernis 20 galon Rp. 60.000 - Lem 2 kaleng Rp. 100.000 - Paku 3 kotak Rp. 150.000 Perhitungan upah selama 4 minggu sbb: ◦ Upah langsung untuk pesanan no. 031 : Rp. 2.250.000 ◦ Upah langsung untuk pesanan no. 034 : Rp. 1.500.000 ◦ Upah langsung : Rp. 500.000 Selain mengeluarkan bahan tidak langsung dan upah tak langsung, pabrik juga mengeluarkan BOP yang lain sebesar Rp. 520.000 Biaya BOP dibebankan dengan tarif 60% dari upah langsung Pesanan selesai pada tanggal 29 Sept 2008 dan ditransfer ke gudang barang jadi Tanggal 29 Sept 2008 baru diserahkan, biaya operasi 5 % dari harga jual Dari data diatas buatlah kartu harga pokok pesanan dan buatlah jurnal PT. Karya memproduksi barang X yang dijual seharga Rp. 4.000/unit dengan harga pokok penjualan Rp. 3.200, sedangkan biaya penjualan dan administrasi sebesar Rp. 250. Selama tahun 2008 telah terjual 2.500 unit dengan perincian HPP sebesar : ◦ bahan baku 50 % ◦ upah 25% ◦ BOP 25%