Anda di halaman 1dari 20

MASALAH ETIKA DALAM

PELAYANAN
ANESTESIOLOGI

M. Roesli Thaib
Departemen Anestesiologi & Intensive Care
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia /
RS Dr. Cipto Mangunkusumo
Jakarta
DAHULU

MASALAH MEDIK MEDIK ILMIAH


SEKARANG

Nilai individu
Makna hidup / mati
Kualitas pelayanan
Rasa keadilan

Dipengaruhi oleh

PERKEMBANGAN
ILMU dan TEKNOLOGI

Masalah etik : Interaksi antar masalah medik ilmiah dengan


hal-hal lain.
PERBEDAAN ETIKA HUKUM /
MEDIKOLEGAL
Pembentukan oleh profesi tanpa selalu melibatkan
campur tangan penguasa
penguasa
Tujuan menjaga wibawa dan menjamin ketenangan
integritas suatu profesi dalam masyarakat
terutama berisi mencantumkan hak-
Materi kewajiban-kewajiban hak dan kewajiban
saja tanpa secara seimbang
mencantumkan hak-hak
penyandang profesi
Sangsi dijatuhkan oleh
kelompok profesi yang dijatuhkan oleh
lebih bersifat moral penguasa dan
penerapannya dapat
dipaksakan.
 Pada dasarnya etika merupakan patokan
untuk berprilaku dan bertindak. Suatu etika
perlu ditegakkan dan yang berwewenang
sekaligus berkewajiban menegakkannya.
Etika rumah sakit ditegakkan oleh
Organisasi Rumah Sakit (PERSI) sedangkan
etika profesi ditegakkan oleh Organisasi
Profesi Kedokteran, dalam hal ini adalah
Ikatan Dokter Indonesia.
 Etika kedokteran mencakup pengertian yang
luas dan seluruhnya berkaitan dengan tata nilai
yang berlaku dalam kehidupan seorang anggota
profesi kedokteran.
 Sebagian kecil dari etika kedokteran disarikan
dalam bentuk kesepakatan-kesepakatan yang
tertulis dan telah ditetapkan oleh Majelis Kode
Etik Kedokteran (MKEK) yang kita kenal
sebagai Kode Etik Kedokteran Indonesia
(KODEKI).
 Pemberlakuan KODEKI dikukuhkan oleh Surat
Keputusan : No.434/MenKes/SK/X/1983
 Norma etika profesi untuk DSAn mengikuti
ketentuan yang telah ditetapkan dalam KODEKI.
 Norma etika dalam KODEKI, tercantum menjadi 4
katagori, yaitu
 kewajiban umum
 kewajiban terhadap penderita
 kewajiban terhadap teman sejawat, dan
 kewajiban terhadap diri sendiri

 Etika pelayanan Anestesiologi, mencakup :


1. Kewajiban umum
2. Kewajiban terhadap pasien
3. Kewajiban terhadap sesama DSAn
4. Kewajiban terhadap diri sendiri.
5. Kewajiban terhadap komunitas dan perhimpunan
profesi
KEWAJIBAN UMUM
 Setiap DSpAn. Harus menjunjung tinggi, menghayati
dan mengamalkan sumpah dokter dan KODEKI.
 Setiap DSpAn harus menyadari bahwa tindakan
anestesiologi & reanimasi berisiko tinggi dan
mengancam nyawa, oleh karena itu harus dilakukan
dengan upaya sungguh-sungguh, tepat dan cermat.
 Setiap DSpAn tidak akan mengupayakan pengakhiran
kehidupan manusia ataupun memperpanjang proses
kematian pada pasien-pasien yang akan meninggal
alamiah.
 Setiap DspAn harus menyadari bahwa dalam
melaksanakan profesinya perlu bekerja sama dengan
profesi medis lain, paramedis dan non medis lainnya.
KEWAJIBAN UMUM
 Setiap DSpAn harus menyadari bahwa untuk
mewujudkan profesinya yang optimal diperlukan sehat
jasmani dan rohani.
 Setiap DSpAn harus menyadari bahwa untuk
mewujudkan profesinya diperlukan kompetensi tinggi
dengan kebebasan teknis, disertai dengan moral luhur,
rasa kasih sayang dan penghormatan atas martabat
manusia.
 Setiap DSpAn harus mengawsi dan mencegah obat-
obat yang digunakan selama melakukan pelayanan
anestesiologi untuk tidak disalahgunakan.
KEWAJIBAN TERHADAP PASIEN
 Seiap DSpAn wajib bersikap tulus ikhlas dan
mempergunakan segala ilmu dan keterampilannya
untuk kepentingan pasien. Dalam hal ia tidak mampu
dan atau menghadapi komplikasi berat, ia wajib minta
bantuan atau merujuk kapada yang mempunyai potensi
dalam hal tersebut.
 Setiap DSpAn harus memberi informasi yang benar
kepada pasien dan keluarganya berkaitan dengan
tindakan anestesiologi dan reanimasi pada pasien
tersebut.
 Setiap DSpAn harus memberikan kesempatan kepada
pasien dan atau keluarga terdekat untuk memberikan
persetujuan atau penolakan terhadap tindakan
palayanan anestesiologi dan reanimasi yang akan
dilakukan.
KEWAJIBAN TERHADAP PASIEN
 Setiap DSpAn harus berupaya secara optimal dalam
melakukan pelayanan anestesiologi dan reanimasi sesuai
standard dan atau menurut kaidah kedokteran yang teruji
secara ilmiah kebenarannya.
 Setiap DSpAn harus melakukan penilaian dan
pertimbangan profesi yang matang berdasarkan keadaan
pasien, persetujuan pasien dan atau keluarganya dalam
menentukan pasien tidak perlu diresusitasi.
 Setiap DSpAn wajib merahasiakan segala sesuatu yang
diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga setelah
pasien itu meniunggal dunia.
 Setiap DSpAn wajib melindungi pasien yang memperoleh
tindakan anestesiologi dan reanimasi dari perbuatan yang
tidak bersusila atau menyinggung martabat manusia.
KEWAJIBAN TERHADAP TEMAN
SEJAWAT
 Setiap DSpAn yang bekerja dalam satu tim dengan
profesi medis lainnya harus menghormati kebebasan,
kewajiban dan hak profesi masing-masing yang mandiri.
 Setiap DSpAn harus memberikan nasehat dan bimbingan
kepada sejawat lainnya yang kompetensinya kurang
memadai.
 Setiap DSpAn yang mengetahui adanya penyimpangan
pelayanan atau melakukan penipuan dalam berprofesi
harus melaporkan kepada organisasi profesi.
 Setiap DSpAn harus menghormati dan tenggang rasa
dalam menjalin hubungan profesi dengan DSpAn lainnya
sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.
KEWAJIBAN TERHADAP TEMAN
SEJAWAT
 Setiap DSpAn tidak boleh mengambil alih pasien dari
teman sejawat, kecuali dengan persetujuan atau berdasarkan
prosedur yang etis.
 Setiap DSpAn wajib memberikan sebagian honorarium
yang adil kepada DSpAn atau keluarganya yang digantikan
karena meninggal dunia, sakit, atau melaksanakan tugas
negara, masyarakat atau profesi.
 Setiap DSpAn tidak dibenarkan untuk mengambil
keuntungan finansial dari sejawat lainnya dalam melakukan
profesinya.
 Setiap DSpAn yang bekerja dalam satu kelompok DSpAn
harus mentaati kewajiban dan haknya yang telah disepakati
bersama-sama secara adil.
KEWAJIBAN TERHADAP TEMAN
SEJAWAT
 Setiap DSpAn harus memelihara kesehatan jasmani
dan rohaninya, supaya dapat bekerja dengan baik.
 Setiap DSpAn harus senantiasa mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran / kesehatan.
 Setiap DSpAn harus membatasi diri dalam
pelayanan anestesiologi dan reanimasi agar dapat
menjaga kualitas pelayanan profesi yang baik dan
aman.
KEWAJIBAN TERHADAP KOMUNITAS
DAN PERHIMPUNAN PROFESI
 Setiap DSpAn harus berpartisipasi dalam komunitas profesinya.
 Setiap DSpAn harus berpartisipasi dalam kemajuan komunitas dan
perbaikan kesehatan masyarakat.
 Setiap DSpAn harus berupaya memajukan ilmu pengetahuan,
pendidikan dan teknologi kedokteran.
 Setiap DSpAn harus berupaya berpartisipasi memelihara dan
mengembangkan perhimpunan profesi kedokteran, khususnya di
bidang anestesiologi dan reanimasi.
 Setiap DSpAn yang melaksanakan pendidikan anestesiologi dan
reanimasi harus berupaya sungguh-sungguh untuk menghasilkan
peserta didik yang berkompetensi dan etika tinggi.
 Setiap DSpAn yang melaksanakan pendidikan bertanggung jawab
secara moral terhadap pelayanan anestesiologi dan reanimasi yang
dilakukan oleh peserta didiknya.
 Setiap prilaku DSpAn dapat dinilai dengan tolok ukur :
 Pedoman Pelayanan Anestesiologi yang telah ditetapkan oleh
IDSAI (1989)
 Standard Pelayanan Medis yang telah disusun oleh IDI bersama-
sama DEPKES (1992).
 Pelaksanakan kewajiban sesuai dengan Etika Rumah Sakit (ERSI)
dan Etika Profesi (KODEKI).
 Dengan mempertimbangkan faktor personil ( termasuk
jumlah tenaga, keahlian, beban kerja dan lainnya), sarana
dan prasarana, faktor pasien (keadaan gawat darurat dan
lainnya).
 Hal yang sama juga diterapkan kepada profesi lain yang
turut berperan dalam pelayanan anestesiologi. Masing-
masing profesi tersebut memiliki norma etika tersendiri,
walaupun secara prinsipil tak akan berbeda.
 Jika terdapat suatu prilaku yang diduga merupakan
pelanggaran atas norma etika, hendaknya ditetapkan dulu
apakah etika profesi atau etika rumah sakit yang akan
diterapkan sebagai penilaian.
 Perbedaan antara etika profesi dan etika rumah sakit (dari
segi pertanggungjawaban) :
 Etika profesi subjek yang dinilai perilakunya adalah tenaga
kesehatan sebagai pribadi.
 Etika rumah sakit subjek yang dinilai adalah rumah sakit sebagai
institusi
 Dalam hal pelanggaran etika rumah sakit oleh personil
rumah sakit, rumah sakit akan mengambil tindakan
terhadap personil tersebut. Kemudian rumah sakit akan
mempertanggungjawabkannya kepada Dewan Etika
Rumah Dakit dari PERSI.
 Pokok-pokok etika dalam pelayanan
Anestesiologi, mencakup kewajiban-kewajiban
yang disepakati, secara tertulis atau tidak tertulis
dari etika profesi maupun etika rumah sakit dan
mengacu pada :
1. Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)
2. Masalah etika dalam Pedoman Pelayanan
Anestesiologi (IDSAI Jaya 1989)
3. Lokakarya Etika Rumah Sakit di Bagian
Anestesiologi
4. FKUI /RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
5. Kesepakatan di Rumah Sakit dan Profesi.
 Sejak tahun 1986 perkembangan Anestesiologi
di Indonesia mencakup pengobatan pasien
kritis di kamar pulih dan ruang perawatan
intensif (ICU). Sasaran intervensi medis ke
bidang perawatan / terapi intensif ditujukan
untuk :
1. Mempertahankan kehidupan yang berarti
2. Mengurangi penderitaan
3. Mengurangi kerugian pasien
4. Memulihkan kesehatan
 Pertimbangan etika dalam pelayanan
kedokteran pada umumnya dan khususnya
terhadap pasien gawat (kritis) sebaiknya
mencakup prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Tindakan kedokteran harus baik dan berdasarkan
pikiran sehat.
2. Tindakan tersebut merupakan pengobatan apa yang
sebaiknya dilakukan; bukan pengobatan apa saja
yang dapat dilakukan.
3. Pasien berhak untuk : menerima hampir semua
terapi,menerima informasi yang adekuat dan
menerima atau menolak pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai