Anda di halaman 1dari 44

PERMASALAHAN HUKUM

DI RUMAH SAKIT
Permasalahan Manajerial DI RS
• Banyak UU atau peraturan yang mengatur?
• Betulkah kebanyakan RS adalah Badan hukum non profit?
• Nakes bersifat mengabdi kepada kemanusiaan?
• Hubungan dalam pelayanan inspanningsverbinntenis?
• Pelaku perbuatan pelayanan adalah Nakes, bukan RS?
• Banyak faktor yang mempengaruhi hasil tindakan? Baik
kesuksesan maupun kegagalan?
• SDM di RS terdiri dari berbagai Displin Ilmu./multidisplin
• Peralatan yg cukup canggih dan cukup banyak
Permasalahan Hukum berkaitan
manajerial di RS
• Masalah kepuasan pasien terhadap pelayanan
• Masalah hak pasien dan kewajiban rumah sakit
• Masalah kebutuhan klinis dan standar pelayanan
• Masalah lingkup dan tingkat (scope and level)
kewenangan klinis seseorang
• Masalah penentuan adakah kelalaian, terutama
kesesuaian dg standar dan sebab
kerugian/cedera/kematian ( Sebab dan akibat)---
Malpraktek,Maladministratif
• Masalah risiko dan komplikasi vs kesalahan
• Masalah besaran alasan pembenar dan pemaaf
PERMASALAHAN TEKNIS KLINIS
• HAK PASIEN : seringkali bertabrakan dengan peraturan atau
standar yg berlaku
• KEBUTUHAN KLINIS: perbedaan keputusan tentang kebutuhan
klinis pasien diantara dokter berdasarkan pengalaman dan
pengetahuannya
• ADAKAH PELANGGARAN STANDAR: standar pelayanan
bervariasi, tidak tunggal, tergantung fasyankes, standar
umumnya hanya untuk clean-case,
• ADAKAH HUBUNGAN KAUSAL ANTARA PELANGGARAN
DENGAN CEDERA / KERUGIAN: masalah klinis umumnya
multifaktor sehingga sering sulit mencari hubungannya
• RISIKO &KOMPLIKASI vs KESALAHAN: memerlukan analisis
ilmiah
• ALASAN PEMBENAR & PEMAAF:
KONDISI RIEL RS
1. RS memiliki sumberdaya yang komplex melipuiti padat
tehnologi (canggih ) ,padat karya dan SDM di RS terdiri
berbagai Disiplin Ilmu (Multidisiplin)
2. SDM Kesehatan memiliki kompetensi dan kewenangan yang
terukur, dan memiliki sistem pengujian dan pemeliharaan
3. Sumber daya selain SDM juga terukur dan terregistrasi
4. Tindakan Kedokteran memiliki pengaturan, standar, dan
rekomendasi profesi.
5. RS berfungsi sebagai sarana pelayanan kesehatan (ada
fungsi sosial ) dan juga sebagai sarana pelayanan publik
RISIKO TINDAKAN KEDOKTERAN
Risiko Tindakan Kedokteran bersifat inheren, dan dapat
dibedakan :
1. Risiko yg unforeseeable (tidak dapat dibayangkan
sebelumnya)KTD
2. Risiko yang foreseeable (dpt dibayangkan )
a. Risiko yang akseptabel berdasarkan keilmuan
kedokteran pada situasi, waktu dan tempat tertentu.
b. Pada keadaan tersebut tindakan dapat dilakukan
dengan sesuai standar agar pencegahan terjadinya
risiko dapat maksimal, atau dapat diantisipasi/diatasi.
c. Risiko yang tidak akseptabel
d. Tindakan ini tidak dapat dilakukan, kecuali dalam
keadaan memaksa
Risiko yg mungkin terjadi
 tingkat keparahan penyakit yang minimal,
 tingkat kedaruratannya,
 ketersediaan sumber-dayanya,
 nilai manfaat yang tak tergantikan,
 ketidakmungkinan penghindaran atau
pencegahan,
 risiko yang tidak terduga atau tak
terbayangkan sebelumnya, yang tentu saja
tidak mungkin dapat dicegah atau dihindari
MELAKUKAN YG TERBAIK UNTUK PASIEN

• Dokter dan dokter gigi harus


memastikan ada atau tidaknya indikasi
dilakukannya tindakan medis tersebut
(relevance), bahkan kadang menimbang
cukup atau tidakkah indikasi (sufficient)
tersebut dan adakah tindakan alternatif
yang lebih baik.
• RS harus melakukan pelayanan yg
terbaik,transparan dan terjangkau .
Utama Safety dan First Do No Harm

• Mempertimbangkan dampak buruk


(efek samping) dan kontra-indikasinya.
• Mempertimbangkan antara manfaat
dan mudharatnya, antara benefit dan
risikonya, serta antara benefit dengan
costnya.
• mempertimbangkan tindakan
pencegahan risiko atau tindakan yang
memperkecil akibat risiko tindakan
medis tersebut, baik yang dilakukan
sebelum, selama ataupun sesudah
tindakan medis dilaksanakan
Patients Autonomy

• Menjelaskan kepada Pasien atau yang sah


mewakilinya, terutama tentang Manfaat
dan Risikonya
• Menjelaskan alternatif tindakan
• Menjelaskan tentang dampak risiko dan
apa yg bisa kita lakukan
• Menyerahkan pembuatan keputusan
kepada Pasien atau yang sah mewakilinya
Pemahaman hukum tentang Risiko

• Risiko yang unforeseeable dan yang akseptabel


mengakibatkan KTD (adverse events) yang
unpreventable,
– Bukan akibat kesalahan atau kelalaian (WMA:
untoward results)
– Tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada
tenaga kesehatan yang melakukan tindakan
medis tersebut, karena tidak terdapat
“pelanggaran kewajiban” (breach / derelection
of duty)
Pemahaman hukum tentang Errors
• (Medical) Error tidak hanya diartikan sebagai
error yang dilakukan oleh orang, tetapi dapat
disebabkan oleh setiap komponen (sarana,alat
dan bahan ) di dalam sistem pelayanan
kesehatan.
• Error dapat sebagai akibat dari kesalahan alat,
kesalahan lingkungan (waktu dan ruang), agent
(sifat penyakit/kondisi tertentu), dan orang
(baik tenaga kesehatan/Non kesehatan
maupun pasien dan keluarga).
Analisis Medikolegal?
• Setiap adverse event harus dianalisis dari sisi
teknis medis agar dapat diketahui akar
masalahnya.
• Apabila disebabkan oleh human error, baru
dinilai, apakah telah terjadi kelalaian (duty,
dereliction of duty, damage, dan direct
causalship).
• Barulah kemudian dapat dinilai apakah error tsb
dapat dipertanggungjawabkan.

Richard Smith, BMJ


Menuju Patient Safety
Penjelasan Pasal 43 UU No 44/2009
– Yang dimaksud dengan keselamatan pasien
(patient safety) adalah proses dalam suatu Rumah
Sakit yang memberikan pelayanan pasien yang
lebih aman.
– Termasuk di dalamnya asesmen risiko,
identifikasi, dan manajemen risiko terhadap
pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti
insiden, dan menerapkan solusi untuk
mengurangi serta meminimalisir timbulnya risiko
PERMASALAHAN GANTI RUGI
• Impose a hard cap on non-economic damages; (Harus
ada batas maksimal ganti rugi immateriel)
• Limit attorneys' contingency fees; (batas atas success
fee)
• Provide for alternative dispute resolution systems;
(peluang penyelesaian di luar pengadilan / ADR) and
• Require an expert witness who possesses knowledge
and expertise and practices in the same medical
specialty as the defendant. (perlu ahli yg kompeten yg
bekerja di bidang yang sama dengan pelaku)
American Academy of Family Physician, 2013
Solusi Pemecahannya
• Perlunya keterangan ahli, sebagai salah satu alat
bukti sah, untuk menjawab pertanyaan di sekitar
masalah atau isu tersebut
• Perlunya ahli yang kompeten dan obyektif-impartial
• Perlunya koordinasi aparat penegak hukum dengan
masyarakat profesi untuk dapat
memperoleh/memilih ahli yang tepat
• Perlunya komunikasi dua arah antara aparat penegak
hukum dengan masyarakat profesi guna
meningkatkan pembinaan, pengawasan, dan
pencegahan praktik yang tidak mematuhi hukum
Perkara Perdata
Pasal 1365 KUH Perdata
• Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan
membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan
orang yang menimbulkan kerugian itu karena
kesalahannya untuk menggantikan kerugian tersebut.
Masalah:
- Melanggar hukum: apakah termasuk pelanggaran
hukum administratif, pelanggaran etik, pelanggaran
standar,
- Kerugian: haruskah ada hubungan kausal antara
pelanggaran hukum dengan kerugian
Demikian pasal-pasal lain …
Pasal 1366 KUH Perdata
• Setiap orang bertanggung jawab, bukan hanya atas
kerugian yang disebabkan perbuatan- perbuatan,
melainkan juga atas kerugian yang disebabkan kelalaian
atau kesembronoannya.
Pasal 1367 KUH Perdata
• Seseorang tidak hanya bertanggung jawab, atas kerugian
yang disebabkan perbuatannya sendiri, melainkan juga
atas kerugian yang disebabkan perbuatan-perbuatan
orang-orang yang menjadi tanggungannya atau
disebabkan barang-barang yang berada di bawah
pengawasannya.
Perkara Perdata
Pasal 1370 KUH Perdata
• Dalam hal pembunuhan dengan sengaja atau kematian seseorang
karena kurang hati-hatinya orang lain, suami atau istri yang
ditinggalkan, anak atau orangtua korban yang lazimnya mendapat
nafkah dan pekerjaan korban, berhak menuntut ganti rugi yang
harus dinilai menurut kedudukan dan kekayaan kedua belah pihak,
serta menurut keadaan.
Pasal 1371 KUH Perdata
• Menyebabkan luka atau cacat anggota badan seseorang dengan
sengaja atau karena kurang hati-hati, memberi hak kepada korban
selain untuk menuntut penggantian biaya pengobatan, juga untuk
menuntut penggantian kerugian yang disebabkan oleh luka atau
cacat badan tersebut. Juga penggantian kerugian ini dinilai menurut
kedudukan dan kemampuan kedua belah pihak dan menurut
keadaan.
TANGGUNGJAWAB RUMAH SAKIT
Pasal 46 UU 44/2009 RUMAH SAKIT

• Rumah Sakit bertanggung jawab secara hukum


terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas
kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di
Rumah Sakit.

• Memindahkan tanggungjawab hukum (liability) dari


personal kepada institusional, demikian pula
responsibility-nya? Bagaimana kontribusi
personalnya?
BATAS TANGGUNGJAWAB RUMAH SAKIT

Pasal 45 UU 44/2009 RUMAH SAKIT

• (1) Rumah Sakit tidak bertanggung jawab secara


hukum apabila pasien dan/atau keluarganya
menolak atau menghentikan pengobatan yang
dapat berakibat kematian pasien setelah adanya
penjelasan medis yang komprehensif.
• (2) Rumah Sakit tidak dapat dituntut dalam
melaksanakan tugas dalam rangka
menyelamatkan nyawa manusia.
GUGATAN DAN INFORMASI
Pasal 44 UU 44/2009 RUMAH SAKIT

• (2) Pasien dan/atau keluarga yang menuntut Rumah


Sakit dan menginformasikannya melalui media
massa, dianggap telah melepaskan hak rahasia
kedokterannya kepada umum.
• (3) Penginformasian kepada media massa
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memberikan
kewenangan kepada Rumah Sakit untuk
mengungkapkan rahasia kedokteran pasien sebagai
hak jawab Rumah Sakit.
HAK GUGAT GANTI RUGI DAN LIMITASINYA
Pasal 58 UU 36/2009 KESEHATAN
• (1) Setiap orang berhak menuntut ganti rugi
terhadap seseorang, tenaga kesehatan,
dan/atau penyelenggara kesehatan yang
menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau
kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang
diterimanya.
• (2) Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang
melakukan tindakan penyelamatan nyawa atau
pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan
darurat.
PERLINDUNGAN HUKUM
Pasal 50 UU PRAKTIK KEDOKTERAN

Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik


kedokteran mempunyai hak :
• a. memperoleh perlindungan hukum sepanjang
melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi dan
standar prosedur operasional;

• Bagaimana pelaksanaan perlindungan hukum tersebut?


Faktanya RS/Nakes dijadikan bulan-bulanan oleh
penggugat, media massa, oknum aparat tertentu,
sebelum jelas permasalahannya
ALTRUISME DAN INSPANNINGSVERBINNTENIS
Pasal 60 UU TENAGA KESEHATAN
Tenaga Kesehatan bertanggung jawab untuk:
• mengabdikan diri sesuai dengan bidang keilmuan yang dimiliki;
• meningkatkan Kompetensi;
• bersikap dan berperilaku sesuai dengan etika profesi;
• mendahulukan kepentingan masyarakat daripada kepentingan
pribadi atau kelompok; dan
• melakukan kendali mutu pelayanan dan kendali biaya dalam
menyelenggarakan upaya kesehatan.

Pasal 61
• Dalam menjalankan praktik, Tenaga Kesehatan yang memberikan
pelayanan langsung kepada Penerima Pelayanan Kesehatan harus
melaksanakan upaya terbaik untuk kepentingan Penerima
Pelayanan Kesehatan dengan tidak menjanjikan hasil.
PENYELESAIAN SENGKETA DI LUAR
PENGADILAN
Pasal 78 UU 36 th 2014 ttg Tenaga Kesehatan
• Dalam hal Tenaga Kesehatan diduga melakukan
kelalaian dalam menjalankan profesinya yang
menyebabkan kerugian kepada penerima pelayanan
kesehatan, perselisihan yang timbul akibat kelalaian
tersebut harus diselesaikan terlebih dahulu melalui
penyelesaian sengketa di luar pengadilan sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Pasal 29 UU. 36 Th. 2009

Dalam hal tenaga kesehatan diduga


melakukan kelalaian dalam
menjalankan profesinya, kelalaian
tersebut harus diselesaikan
terlebih dahulu melalui mediasi
Bila ada Masalah/Kasus/dugaan Malpraktek dapat diadukan ke
:
• Etika Murni
MKEK
• Etikolegal

• Standar Pelayanan
MKDKI • SOP / SPO
• Standar Profesi

Peradilan • Perbuatan Melawan Hukum


Perdata • Wanprestasi

• Perbuatan Melawan Hukum


Peradilan Pidana • Misconduct, Negligence / Kelalaian
• Lack of skill

Peradilan TUN • Pencabutan Izin (STR, SIP & Surat Ijin RS)
BPSK (Badan
Penyelesaian
• Gugatan Perlindungan Konsumen
Sengketa
Konsumen)
28
HUKUM PIDANA
Pasal 359 KUHP
• Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan
orang lain mati, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun.
Pasal 360 KUHP
• (1) Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan
orang lain mendapat luka-luka berat, diancam dengan pidana
penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama
satu tahun.
• (2) Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebahkan
orang lain luka-luka sedemikian rupa sehingga timhul penyakit atau
halangan menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian selama
waktu tertentu, diancam dengan pidana penjara paling lama
sembilan bulan atau pidana kurungan paling lama enam bulan atau
pidana denda paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah.
Tambahan Kesalahan bila Profesi
Pasal 361 KUHP
• Jika kejahatan yang diterangkan dalam bab ini
dilakukan dalam menjalankan suatu jabatan
atau pencarian, maka pidana ditamhah
dengan sepertiga dan yang bersalah dapat
dicahut haknya untuk menjalankan pencarian
dalam mana dilakukan kejahatan dan hakim
dapat memerintahkan supaya putusannya
diumumkan.
Tidak beri pertolongan
Pasal 190 UU KESEHATAN
• Sengaja tidak memberikan pertolongan pertama terhadap
pasien yang dalam keadaan gawat darurat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) atau Pasal 85 ayat (2) :
pidana penjara max 2 tahun dan denda 200 juta rupiah
• Berakibat cacat atau mati: penjara max 10 tahun dan
denda 1M rupiah

Pasal 191 UU KESEHATAN


• Praktik kestrad tanpa izin atau pakai alat-teknologi
sehingga akibatkan kerugian, luka berat atau mati: pidana
penjara max 1 tahun dan denda max 100juta
TRANSPLANTASI, BEDAH LASTIK, ABORSI

Pasal 192
• Sengaja memperjualbelikan organ atau jaringan tubuh: pidana
penjara max 10 tahun dan denda max 1M rupiah
Pasal 193
• sengaja melakukan bedah plastik dan rekonstruksi untuk
tujuan mengubah identitas seseorang : pidana penjara max 10
tahun dan denda max 1M rupiah
Pasal 194
• sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan :
dipidana dengan pidana penjara max10 tahun dan denda max
Rp1M
OBAT DAN ALKES
Pasal 196
• sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi
dan/atau alat kesehatan yang tidak memenuhi standar
dan/atau persyaratan keamanan, khasiat atau
kemanfaatan, dan mutu : pidana penjara max 10 tahun
dan denda max Rp1 M
Pasal 197
• sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi
dan/atau alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar :
pidana penjara max 15 tahun dan denda max Rp1,5M
HALANGI ASI EKSKLUSIF
DAN BILA PELAKU = KORPORASI
Pasal 200 UU KESEHATAN
• Sengaja menghalangi program pemberian air susu ibu
eksklusif : pidana penjara max 1 tahun dan denda max
Rp100jt

Pasal 201 UU KESEHATAN


• Dalam hal tindak pidana dilakukan oleh korporasi, selain
pidana penjara dan denda terhadap pengurusnya, pidana
yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana
denda dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana denda
• Dapat dijatuhi juga: pencabutan izin usaha dan/atau
pencabutan status badan hukum.
Mari kita Bekerja
secara Profesional
PENGERTIAN PROFESIONAL
1. Orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna
waktu
2. Memerlukan latihan khusus dengan suatu kurun waktu.
3. Hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu
keahlian yang tinggi.
4. Hidup dengan mempraktekkan suatu keahlian tertentu
atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu
sesuai keahliannya.
5. Memiliki pendidikan khusus, yaitu keahlian dan
keterampilan dan memiliki dasar pendidikan dan
pelatihan serta pengalaman dalam kurun waktu untuk
menunjang keahliannya.

36
PENGERTIAN PROFESIONAL

6. Memahami kaidah dan standard moral profesi serta


etika profesi dalam bidang pekerjaannya.
7. Berupaya mengutamakan kepentingan masyarakat,
artinya setiap pelaksana profesi harus meletakkan
kepentingan pribadi di bawah kepentingan
masyarakat..
8. Ada ijin khusus dari instansi yang berwenang untuk
menjalankan profesinya.
9. Terorganisir dalam suatu induk organisasi sebagai
pengawasnya.

37
1. Menguasai ilmu secara mendalam dalam bidangnya.

2. Mampu mengkonversikan ilmu menjadi ketrampilan.

3. Selalu menjunjung tinggi etika dan integritas profesi.

4. Dengan mencintai profesi maka orang akan terpacu


utk mengembangkan kemampuan yang mendukung
profesi tersebut
CIRI-CIRI PROFESI

1. Pengetahuan Khusus
2. Kaidah dan Standar Moral Tinggi
3. Mengutamakan Kepentingan
Masyarakat
4. Izin Profesi
NILAI-NILAI PROFESI
Indikator Profesional

Indikator Profesional,antara lain :


1. Kompeten, memiliki pengetahuan dibidangnya

2. Keterampilan,trampil dibidangnya pada tingkat


ahli /mahir

3. Sikap, memiliki moral positif dibidangnya


Elemen Proffesionalisme

1. Altruisme= Berani berkorban dan mementingkan orang lain, dan


bersikap profesional, yaitu: suka membantu, probing solving, m
embuat keputusan secara tepat dan objektif.
2. Komitment pada kesempurnaan, yaitu dapat mengerjakan deng
an cara terbaik.
3. Toleransi, suka bekerja sama, komunikatif, bijaksana, minta tolo
ng jika diperlukan.
4. Integritas & mempunyai karakter yang tinggi, yaitu jujur,
teguh, percaya diri, berjiwa pemimpin, memberi teladan.
5. Respek kepada lingkungan, menepati janji, memegang
rahasia,menghormati orang lain, dan tahu diri
6. Bersikap profesional ,( disiplin, tepat waktu dan taat aturan..
Faktor kesuksesan Manusia(Stanley )
1. Kejujuran (Being honest with all people ).
2. Displin keras ( Being well disciplined).
3. Mudah bergaul ( Getting along with people ).
4. Dukungan pendampingan ( Having a supporttive
spouse).
5. Kerja keras ( Working harder than most people ).
6. Kecintaan pada yang dikerjakan (Loving my career
/business ).
7. Kepemimpinan ( Having strong leadership qualities )
8. Kepribadian kompetitif (Having a very competetitive
spirit/personality
9. Hidup teratur (being very well organized ).
10.Kemampuan menjual ide ( Having ability to sell my
ideas /product )
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai