Anda di halaman 1dari 25

ADVOKASI PROGRAM KESEHATAN

TINGKAT DESA
Dalam Rangka Penanganan Dan Pencegahan
Penyakit DBD

UPTD Puskesmas Sidorejo


Tahun 2019
PEMAHAMAN TENTANG DBD

Meliputi :
1.Pengertian
2.Gejala
3.Cara Penularan
4.Pencegahan
1. PENGERTIAN
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh virus dengue
yang dibawa oleh nyamuk jenis Aedes, tepatnya
Aedes Aegypti yang hidup dan berkembang biak
pada air bersih yang tergenang.
2. GEJALA
a. Demam tinggi mendadak, bisa mencapai 40 derajat
celcius selama 2 sampai 7 hari.
b. Nyeri pada otot
c. Sakit kepala parah dan sakit pada bagian belakang
mata
d. Mual dan muntah bahkan bisa disertai dengan nyeri
ulu hati
e. Kelelahan
f. Pada kondisi tertentu dapat juga timbul bintik warna
merah dikulit hingga keluarnya darah dari lubang
hidung
Pada kasus penyakit tertentu, gejala bisa hampir serupa
dengan gejala penyakit DBD, namun untuk memastikan
hanya dapat dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium
3. CARA PENULARAN
Virus dengue biasanya menginfeksi nyamuk Aedes betina
saat dia menghisap darah dari seseorang yang sedang
dalam fase demam akut (viraemia), yaitu 2 hari sebelum
panas sampai 5 hari setelah demam timbul. Nyamuk
menjadi infektif 8-12 hari (periode inkubasi ekstrinsik)
sesudah mengisap darah penderita yang sedang viremia
dan tetap infektif selama hidupnya.
Setelah melalui periode inkubasi ekstrinsik tersebut,
kelenjar ludah nyamuk bersangkutan akan terinfeksi dan
virusnya akan ditularkan ketika nyamuk tersebut menggigit
dan mengeluarkan cairan ludahnya ke dalam luka gigitan ke
tubuh orang lain. Setelah masa inkubasi di tubuh manusia
selama 34 hari (rata-rata selama 4-6 hari) timbul gejala awal
penyakit
4.1. PENCEGAHAN
Pencegahan DBD yang paling efektif dan efisien adalah
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3M
Plus, yaitu:
1) Menguras, adalah membersihkan tempat yang sering
dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi,
ember air, tempat penampungan air minum,
penampung air lemari es, dan lain-lain;
2) Menutup, yaitu menutup rapat-rapat tempat-tempat
penampungan air seperti drum, kendi, toren air, dan
sebagainya;
3) Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang
bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat
perkembangbiakan nyamuk penular DBD.
4.2. PENCEGAHAN
Adapun yang dimaksud dengan Plus adalah segala bentuk
kegiatan pencegahan, seperti:
1) Menaburkan bubuk larvasida (Abate) pada
penampungan air yang sulit dibersihkan;
2) Menggunakan obat nyamuk
3) Menggunakan kelambu saat tidur;
4) Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk;
5) Menanam tanaman pengusir nyamuk;
6) Mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah;
7) Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di
dalam rumah yang bisa menjadi tempat istirahat
nyamuk, dan lain-lain.
8) Fogging/Pengasapan
AYO LAKUKAN…

1. 3M Plus 2. Pemantauan Jentik


Berkala
AYO LAKUKAN…

3. Bersihkan lingkungan sekitar tempat tinggal


UPAYA PENCEGAHAN YANG TELAH
DILAKUKAN
1. Advokasi dengan linsek dan lintor
2. Gerakan PSN Serentak di Berbagai Lokasi
dengan melibatkan masyarakat, Petugas
Kesehatan, TNI, kader dan Pemdes.
Desa Gedangsewu Desa Tertek
PSN OLEH KADER KESEHATAN
1. Di Rumah Warga 2. Di Sekolah
FOGGING
PEMAHAMAN TENTANG FOGGING

1. Pengertian
2. Landasan Pelaksanaan
3. Prosedur
4. Dampak
1. PENGERTIAN
Fogging adalah upaya pemberantasan nyamuk
bukan upaya pencegahan sehingga akan
dilaksanakan fogging apabila terdapat kasus
DBD dan memenuhi kriteria fogging.

Fogging juga merupakan alternatif terakhir yang


akan dilakukan sebab menggunakan bahan
kimia bebbahaya pada penggunaannya.
2. LANDASAN PELAKSANAAN
Dasar Hukum Pelaksanaan Fogging diatur pada:

PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR


NOMOR 20 TAHUN 2011
TENTANG
PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH
DENGUE
Pada peraturan tersebut menyatakan bahwa :
1. Fogging dilaksanakan sebanyak 2 putaran
dengan interval waktu 1 minggu dengan radius
200 meter untuk penanggulangan fokus dan
untuk KLB meliputi wilayah yang dinyatakan
sebagai wilayah KLB DBD
2. Pelaksana fogging adalah petugas kesehatan
atau pihak swasta yang telah direkomendasikan
oleh Dinkes Kab/Kota
3. Petugas fogging fokus boleh dilaksanakan oleh
masyarakat yang terlatih dan dengan
pengawasan puskesmas yang telah memperoleh
ijin dari Dinkes Kab/Kota.
3. PROSEDUR FOGGING
Pengasapan/fogging untuk memberantas
nyamuk Aedes Aegypti bisa berbahaya bila
dilakukan tanpa prosedur. Selain bisa
menyebabkan keracunan, fogging juga dapat
merusak ekosistem (membunuh binatang
lainnya)
Berikut prosedur fogging :
1. Pelaksanaan fogging berdasarkan fogging
fokus (bila ada kasus positif DBD) dibuktikan
dengan surat KDRS yang dikeluarkan oleh RS
2. Petugas kesehatan akan turun ke rumah
korban untuk menggali informasi dan melakukan
observasi (PE) apakah ada penderita demam
lainnya dalam kurun waktu 1 minggu
sebelumnya (uji torniquet)
3. Melakukan pemerikasaan jentik dirumah
penderita fokuskan pada tempat penampungan
air didalam maupun diluar rumah pada radius
100 meter
4. Pencatatan pada formulir PE dan dilaporkan
pada Dinkes
5. Berdasarkan hasil PE, maka dapat dilakukan
penanggulangan fokus (toma berkoordinasi dengan
petugas puskesmas)
6. Bila ditemukan penderita DBD lainnya (3 atau
lebih) tersangka DBD dan ditemukan jentik (>5%)
dari rumah yang diperiksa, maka dilakukan
penggerakan masyarakat (PSN), larvasida
(abatisasi), penyuluhan dan fogging fokus seluas
200 meter dari rumah penderita
7. Bila tidak ditemukan penderita lainnya namun
ditemukan jentik maka dilakukan penggerakan
masyarakat (PSN), larvasida (abatisasi), penyuluhan
tanpa fogging
8. Bila tidak ditemukan penderita dan tidak
ditemukan jentik, maka yang dilakukan adalah
penyuluhan pada masyarakat.
4. DAMPAK
1. Fogging selain biayanya mahal, tidak begitu
signifikan memberantas jentik nyamuk.
Hanya mampu membunuh nyamuk dewasa,
bahkan membuat nyamuk resisten atau kebal
2. Keracunan dapat melalui saluran pernafasan
maupun kulit
3. Resiko terpeleset
4. Wanita hamil yang terpapar malathion
mempunyai risiko 2,5 kali lebih besar dari
anaknya menderita kelainan saluran cerna
5. Masalah lain dari paparan malation ini, mengakibatkan
gagal ginjal, gangguan pada bayi baru lahir, kerusakan gen
dan kromosom pada bayi dalam kandungan, kerusakan
paru, dan penurunan sistem kekebalan tubuh. "Malation
juga diduga mempunyai peran terhadap 28 gangguan,
mulai dari gangguan gerakan sperma hingga kejadian
hiperaktif pada anak

6. Masih ada bahaya penggunaan solar yang menjadi


bahan pengencer malation. Hasil pembakarannya
mengikat hemoglobin (Hb) dalam darah dibandingkan
oksigen. "Racun hasil pembakarannya mengakibatkan
radang paru-paru, penyumbatan bronchioli, serta iritasi
dan produksi lendir berlebihan pada saluran napas
YANG HARUS DILAKUKAN SAAT
FOGGING
1. JAUHKAN BAYI, BALITA BUMIL, LANSIA DAN
TERNAK/HEWAN PELIHARAAN DARI AREA
FOGGING
2. TUTUP DALAM KEMASAN KEDAP UDARA
SEMUA MAKANAN
3. BERSIHKAN LANTAI DARI PARTIKEL CAIRAN
FOGGING
4. GANTI SELURUH SPREI, SARUNG BANTAL DAN
GULING SERTA GORDEN
5. GUNAKAN MASKER BILA PERLU
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai