Gejala :
• Tumor jinak di lambung tidak menimbulkan gejala atau
masalah medis. Tetapi kadang-kadang, beberapa
mengalami perdarahan atau berkembang menjadi kanker.
• Sekitar 99% kanker lambung adalah adenokarsinoma.
Kanker lambung lainnya adalah leiomiosarkoma (kanker
otot polos) dan limfoma.
• Kanker lambung lebih sering terjadi pada usia lanjut dan
sekitar 25% pada orang di bawah usia 50 tahun.
B. Anatomi dan Fisiologi
Lambung
• Helicobacter pylori merupakan kuman batang gram negatif yang bersifat non-
invasif banyak terdapat pada lapisan mukus lambung yang berjarak 0-15µm
dari sel epitel mukosa (pH mendekati 7).
• Sifat khas bakteri ini yaitu tidak menginvasif mukosa lambung, hanya
menempati permukaan epitel pada lapisan mukus lambung di daerah antrum.
• Bentuknya yang spiral dan berflagela, memberi keuntungan pada organisme ini
sehingga bakteri ini dapat berenang dari lumen ke arah permukaan sel epitel
mukosa.
• Menghasilkan enzim musinase untuk melisis musin dan mengakibatkan mukus
berkurang dan viskositasnya menurun, sehingga mempermudah bakteri tersebut
untuk melewati lapisan mukus menuju ke permukaan sel epitel mukosa .
D. Manifestasi
Klinis
Pada tahap awal kanker lambung gejala mungkin tidak ada. Beberapa pene-
litian telah menunjukkan bahwa gejala awal seperti nyeri yang hilang
dengan antasida dapat menyerupai gejala pada pasien ulkus benigna.
Gejala penyakit progresif dapat meliputi
1. Dispepsia
2. Penurunan berat badan
3. Anoreksia
4. Disfagia
5. Regurgitasi
6. Mudah kenyang
7. Keram abdomen
8. Terkadang penderita mengalami muntah darah yang banyak
(hematemesis) atau mengeluarkan tinja kehitaman (melena).
Pada stadium awal, tumor lambung yang kecil bisa menyebar (metastasis)
ke tempat yang jauh. Penyebaran tumor bisa menyebabkan pembesaran
hati, sakit kuning (jaundice), pengumpulan cairan di perut (asites) dan
nodul kulit yang bersifat ganas. Penyebaran kanker juga bisa menyebabkan
pengeroposan tulang, sehingga terjadi patah tulang.
E. Pemeriksaan Klinis ( Laboratorium)
Teknik invasif
1. Endoskopi
Endoskopi banyak dipergunakan untuk mengidentifikasi lesi lambung yang
spesifik seperti tukak atau neoplasma. Gambaran makroskopis endoskopi
tidak spesifik untuk mendiagnosa gastritis kronik atau infeksi H.pylori
kecuali pada anak, jarang ditemukan pada orang dewasa.
2. Kultur
Dalam praktek, kultur dipergunakan untuk menguji sensitifitas antibiotika.
Deteksi rutin H.pylori lebih mudah dengan pemeriksaan histologi dan
Rapid Urease test yang merupakan diagnosa sederhana dan akurat. Kultur
bakteri hanya digunakan untuk mempelajari virulensi dan gambaran
kolonisasi dari berbagai strain H.pylori dan hubungannya dengan berbagai
kelainan gastroduodenum.
3. Biopsi
Biopsi jaringan lambung dilakukan pada saat gastroduodenoskopi. Sediaan
biopsi diambil dari antrum lambung. Biopsi selain untuk
menentukan ada atau tidaknya gastritis, dapat juga digunakan untuk
melihat proses peradangan yang disebabkan H.pylori. Untuk
mengidentifikasi bakteri H.pylori dari sediaan jaringan biopsi dilakukan
pemeriksaan histopatologi, kultur maupun “Rapid Urease Test”.
4. Rapid Urease Tests.
Prinsip pengujian ini berdasarkan aktifitas urease H.pylori dan ekologi
lokasinya di mukosa lambung, yang melindungi bakteri ini terhadap
kompetisi dengan bakteri lain. Aktifitas bakteri pada sediaan biopsi
terdeteksi dengan peningkatan pH yang dihasilkan oleh ion amonia. Amonia
merupakan hasil hidrolisis urea . Sensitifitas pemeriksaan ini berkisar 86-
98% dengan spesifisitas 95-100%.
5. Histopatologi
Identifikasi H.pylori pada pemeriksaan histopatologi biopsi dan
hubungannya dengan kelainan patologi mukosa lambung merupakan
penanganan yang integral bagi pasien dengan gejala gastrointestinal
bagian atas. Standard pewarnaan histologi untuk menegakkan diagnosa
biopsi lambung adalah pewarnaan Haematoxylin dan Eosin (H&E) serta
Giemsa. Pemeriksaan mikroskopis secara langsung dengan menggunakan
metode pewarnaan Gram yang dimodifikasi memberi diagnosa yang cepat
bila dilakukan pada bahan biopsi yang segar. Metode ini mempunyai
sensitifitas 88-95% dan spesifisitas hampir 100%.
Teknik Non-invasif
1. Urea breath test (UBT)
UBT merupakan hidrolisis urea terlabel 13C atau 14C oleh urease H.pylori.
Urea yang terlabel didapat melalui mulut dan pada lambung terinfeksi
13C (atau 14C) yang diubah menjadi CO , terlarut dalam cairan lambung,
2
diserap dari lambung masuk ke aliran darah dan diekspirasi melalui
pernafasan. Analisa dari sejumlah CO2 yang terlabel 13C atau 14C
mengindikasikan berapa banyak urea yang terhidrolisis oleh H.pylori. 13C
yang merupakan isotop “cold” radioaktif. Akhir-akhir ini, UBT 13C
merupakan metode pilihan karena aman dan penerapannya tidak
terbatas, terutama pada anak-anak. Sensitifitas UBT 13C 90-98% dengan
2. Serologi
Infeksi H.pylori merangsang respons imun lokal yang kuat pada mukosa dan
sistemik. Peningkatan kadar IgA dalam darah sistemik mengindikasikan
gastritis kronik aktif yang berat. Teknik serologi didasari hemaglutinasi,
aglutinasi bakteri, fiksasi komplemen dan imunofluoresens tidak langsung.
Metode ini sekarang jarang digunakan sejak diperkenalkan metode ELISAs
karena diagnosa lebih cepat, sederhana dan nilai akurasi diagnosa tinggi.
Test ELISA lanjutan terutama IgG melebihi teknik serologi dalam
menentukan jumlah titer antibodi
3. Test Molekular (PCR)
PCR (Polymerase Chain Reaction) mampu mengisolasi dan mereplikasi DNA
H.pylori dalam bahan biologi. Pemeriksaan ini berdasarkan teknik biologi
molekuler, sangat sensitif, tidak memerlukan organisme hidup untuk
mendeteksi infeksi namun hanya fragmen (bagian) organisme. Teknik ini
telah digunakan untuk meneliti berbagai genetik strain H.pylori yang
berbeda. Teknik PCR dapat diterapkan untuk biopsi lambung, air liur dan
sediaan cairan lambung serta feses
F. Klasifikasi Penyakit
Pencegahan Pengobatan
Pencegahan
Pencegahan Kanker lambung dapat dicegah dengan cara-cara :
1. Mengubah pola hidup sehat
2. Mengkonsumsi buah dan sayuran
3. Mengurangi jumlah makanan diasap dan penambahan penyedap pada
makanan Anda.
4. Berhenti merokok
5. Tanyakan kepada dokter Anda tentang risiko kanker perut. Beberapa kondis
i medis yang meningkatkan resiko kanker perut, seperti anemia, maag dan
perut polip.
Penatalaksaan Medis
Pengobatan
1. Kemoterapi dan terapi radiasi
Bila karsinoma telah menyebar ke luar dari lambung,
tujuan pengobatannya adalah untuk mengurangi gejala dan
memperpanjang harapan hidup. Kemoterapi dan terapi
penyinaran bisameringankan gejala.
2. Reseksi bedah
Jika penyakit belum menunjukkan tanda penyebaran,
pilihan terbaik adalah pembedahan.Walaupun telah terdapat
daerah sebar, pembedahab sudah dapat dilakukan sebagai
tindakanpaliatif.
3.Obat multiple (fluorosil, mitomisin C dan doksorubisin)
4. Hiperalimentasi (nutrisi intravena)
Nutrisi intravena yag disuntikan melalui intravena yang berfugnsi
untuk menggantikan nutrisi karena kanker lambung ini proses
penyerapan nutrisi yang terjadi dilambung terganggu dan
mengakibatkan kekurangan nutrisi dari kebutuhan yang diperlukan,
maka diberikan hiperalimentasi.
Betty. 2007.Peranan Pemeriksaan Imunohistokimia Cox-2 Pada Lesi Gastritis, Pre-
Kanker Dan Kanker Lambung. Program Pendidikan Dokter Spesialis Patologi
Anantomi .Tesis. Fakultas Kedokteran USU.
Leeson CR. Lesson TS. Paparo AA.1996.Saluran Cerna. In: Buku Ajar Histologi. 5th Ed.
EGC:p.327-98