Anda di halaman 1dari 53

MEKANIKA KEKUATAN

MATERIAL
=TEORI KEGAGALAN =
(FAILURE THEORIES)
 TEORI TEGANGAN GESER MAKSIMUM (TRESCA)
 TEORI ENERGI DISTORI (VON MISES)
 LINGKARAN MOHR

1
TEORI TEGANGAN GESER MAKSIMUM
(TRESCA)
• Kriteria ini didahului pertama kali oleh C.A. Coulomb
(1773) dan kemudian oleh H. Tresca (1864)  Kriteria
Tresca (Tresca Criterion)
• Suatu material yang mendapat beban tegangan
biaxial atau tegangan triaxial dinyatakan gagal bila
tegangan geser maksimum yang terjadi pada setiap
titik mencapai tegangan luluh geser dari material
tersebut
• Tegangan luluh geser = ½ tegangan luluh tarik

yp = ½ yp
• Kriteria ini cocok untuk material ulet (ductile materials)
2
Tegangan 2 dan 3 Dimensi :

x  y 2
maks  ( )  (  xy )2
 Kondisi tegangan
2 biaxial

1  3
maks    ys  luluh  Kondisi tegangan
2 multiaxial

3
TEORI ENERGI DISTORI
(HUBER-VON MISES-HENCKY)

• Teori ini didahului oleh M.T. Huber di Polandia (1904)


dan secara bebas dikembangkan oleh R. Von Mises di
Jerman (1913) dan Hencky (1925)
• Kegagalan diprediksi muncul dalam kondisi beban
tegangan multiaxial bila energi distorsi per satuan
volume menjadi sama atau melebihi energi distorsi per
satuan volume pada saat gagalnya material uji.
• Kriteria ini cocok untuk material ulet yang mendapat
beban tegangan biaxial atau triaxial

4
Tegangan 3 Dimensi (Multiaxial Stress) :

 
1
 eq 
2
2
1   2  2
   2   3  2
   3   1  2 2

Atau :

eq 
2
2

 x   y  2    y  z  2   z  x  2  6 2xy  2yz  2zx   1
2

Bila :

eq   ys  luluh
5
LINGKARAN MOHR
Lingkaran Mohr diperkenalkan oleh
seorang insinyur Jerman, Otto Mohr (1835-
1913). Lingkaran ini digunakan untuk melukis
transformasi tegangan maupun regangan, baik
untuk persoalan-persoalan tiga dimensi
maupun dua dimensi.
Telah diketahui bahwa keadaan tegangan yang
dialami oleh material, baik di dalam struktur maupun
di dalam proses pembentukan logam, sebagai akibat
dari gaya-gaya eksternal yang diterimanya pada
umumnya bersifat kompleks atau lebih dari satu
sumbu (multiaksial). Berbagai cara dilakukan untuk
mempermudah penggambaran keadaan tegangan
spesifik tersebut. Salah satu metode yang paling
banyak digunakan adalah metode penggambaran
keadaan tegangan dengan menggunakan Diagram
Lingkaran Mohr, yang dikembangkan oleh Otto Mohr.
Persamaan tegangan dapat diubah secara grafis ke
dalam persamaan lingkaran.
1. Persamaan lingkaran : R2 = x2 + y2
2. y

x  x0  R cos 
y0 
y  y 0  R sin 
 x  x0  2
  y  y0   R 2
2

x0 x x
Dari persamaan 1 dan 2
2 2
  x  y    x   y  
 n      cos 2    xy sin 2 
  2   2  
2
  x   y  
 nt  0  
2
sin 2    xy cos 2 
 2  
+
2 2
  x  y   x  y 
 n      nt  0  
2
   xy 2
  2   2 

Persamaan lingkaran
2
 x  y 
R      xy 2
 2 
Cara menggambar lingkaran Mohr:
Unsur yang harus diketahui x, y,xy, yx, xy= -yx, 
1. Buat salib sumbu berskala untuk  dan 
2. Plot x, y pada sumbu mendatar
3. Plot xy,langsung di bawah/atas titik x
4. Plot yx,langsung di bawah/atas titik y
5. Hubungkan kedua titik xy, yx, dan garisnya akan
memotong sumbu di titik ½(x+ y)
6. Gambar lingkaran dengan titik pusat di ½(x+ y) dan
diameternya menghubungkan xy dan yx
Konstruksi lingkaran Mohr

yx nt max

n+900
1 n 
min
xy

y
½(x+ y)

x

max
1 = sudut yang dibentuk antara sumbu x dengan arah
tegangan prinsipal.

 x  y  n   n  90 0 
Titik pusat lingkaran = 
2 2

Hasil yang diperoleh dari lingkaran Mohr :


1. tegangan-tegangan prinsipal (max, min)
2. Tegangan geser maksimum
3. Tegangan geser dan tegangan normal pada sudut tertentu
4. Saat tegangan normal maksimum dan minimum, maka
tegangan geser akan = 0
Analisis Regangan

Jenis regangan :
1. Regangan longitudinal (longitudinal strain)
2. Regangan geser (shear strain)
1. Regangan longitudinal → perubahan panjang
persatuan panjang mula-mula
L
  lim
L  0 L

dengan : L = perubahan panjang


L = panjang mula-mula
+ pertambahan panjang
- pengurangan panjang
2. Regangan geser → perubahan sudut dari sudut yang
dibentuk oleh perpotongan dua garis lurus.
u
u y
y

B” B’
 2
 y
y
B
A’
y
u o’ 1 
A”  x
x

A
o u
x u
x
x
AOB = sudut sebelum mengalami tegangan
A’O’B’ = sdt setelah mengalami tegangan
Asumsi : u, v= perpindahan sejajar x,y
x u.x
Definisi regangan normal :  x  lim 
x 0 x x.x
u
x 
x

Regangan geser xy : v u


 xy  
x y
TERIMAKASIH

17
CONTOH SOAL
SOAL 1 :
Sebuah poros berdiameter 50 mm mendapat beban
tekan aksial sebesar 200 kN dan momen puntir sebesar
2 kNm secara simultan.
Ditanyakan:
a)Gambar kondisi tegangan pada elemen kubus dari
poros
b) Matriks tegangan pada elemen kubus
c)Tegangan utama yang bekerja pada silinder tersebut
d)Tegangan geser maksimum yang terjadi pada silinder
tersebut 18
Penyelesaian :
Gaya tekan aksial akan menimbulkan tegangan tekan
aksial sebesar :
200 x103
x 
1
 102MPa
 (50) 2
4
Tegangan geser yang terjadi pada bagian terluar dari poros
adalah terbesar , dihitung dengan menggunakan rumus :

 xy 
Tr
J
T = momen puntir
r = jari-jari silinder
J = momen kelembaman polar luasan silinder
19
Tegangan geser yang terjadi pada bagian terluar dari
poros :

 xy 
Tr (2 x103 )(103 )(25)
J
 4
 (25) / 32
 130MPa

Sebuah elemen pada permukaan terluar dari poros akan


mempunyai tegangan geser paling besar seperti
ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

20
(a) Kondisi tegangan pada elemen kubus

xy = 130 MPa

xy = 130 MPa


x = 102 MPa x = 102 MPa
xy = 130 MPa

xy = 130 MPa


(b) Matriks tegangan pada elemen kubus :

 102 130 0 
ij   130 0 0  MPa
 0 0 0 
21
(c) Tegangan utama :
x
 maks   ( x / 2) 2  (  xy ) 2
2
 102 2 2
  ( 102 / 2 )  (130)  88, 6 MPa
2
x
 min   (  x / 2) 2  (  xy ) 2
2
102 2 2
  ( 102 / 2 )  (130)  191MPa
2
(d) Tegangan geser maksimum :

x 2  102 2
 maks   ( )  (  xy ) 2   ( )  (130) 2  140MPa
2 2
22
SOAL 2 :

Suatu silinder berdinding tipis mendapat beban kombinasi kearah


tarik dan puntir secara bersamaan. Silinder tersebut mempunyai
diameter = 400 mm dan tebal dinding = 2 mm. Silinder menerima
beban tarik sebesar 200 kN dan beban puntir sebesar 50 kNm
secara simultan.
Ditanyakan :
a) Gambar kondisi tegangan pada elemen kubus dari dinding
silinder
b) Matriks tegangan pada elemen kubus tersebut
c) Tegangan utama yang bekerja pada silinder tersebut
d) Tegangan geser maksimum yang terjadi pada silinder tersebut
e) Menurut kriteria luluh Rankine, Tresca, Von Mises bagaimana
kondisi material tersebut bila material mempunyai tegangan luluh
sebesar 350 MPa?
23
Penyelesaian :

(a) (b)

Tegangan tarik aksial sebesar 200 MPa menghasilkan distribusi


tegangan yg uniform sepanjang silinder sebesar :

P 200 x103
 x 
A  (400)(2)
 79,6 MPa

Tegangan tarik tersebut bekerja pada setiap penampang


seperti pd gbr (a)
24
Tegangan geser akibat beban puntir dihitung dengan
menggunakan rumus :

 xy 
Tr
J
T = momen puntir
r = jari-jari silinder
J = momen kelembaman polar luasan silinder

Silinder dinding tipis harga J adalah :

J  2r 3 t  2( 2003 )( 2)  100x10 6 mm 4

25
Tegangan geser pada silinder dinding tipis :

Tr (50 x103 )(103 )(200)


 xy  
J 6
 100MPa
100 x10

Tegangan geser xy terlihat pada gambar (b) diatas.

Dari hasil perhitungan diatas diperoleh tegangan yang


bekerja pada silinder dinding tipis adalah :

x = 79,6 MPa
xy = 100 MPa

26
(a) Kondisi tegangan pada elemen kubus dari dinding
silinder :
xy = 100 MPa

x = 79,6 MPa
x = 79,6 MPa
xy = 100 MPa xy = 100 MPa

xy = 100 MPa

(b) Matriks tegangan pada elemen kubus :

79,6 100 0 
ij   100 0 0
 0 0 0

27
Tegangan tarik x dan tegangan geser xy bekerja secara
simultan :

x = 79,6 MPa , xy = 100 MPa

(c) Tegangan utama :

 2
 maks   ( x / 2)  ( xy )
x 2
2

79,6 2 2
  (79,6 / 2)  (100)  147,4MPa
2
28
 2
 min   ( x / 2)  ( xy )
x 2
2
79,6
  (79,6 / 2) 2  (100) 2  67,8MPa
2

(d) Tegangan geser maksimum :

 maks   (
 x 2
)  ( ) 2
xy
2
79,6 2 2
 ( )  (100)  107,7 MPa
2
29
(e) Kondisi material menurut Kriteria Luluh Rankine,
Tresca dan Von Mises :

Kriteria Tegangan Normal Maksimum (Rankine) :

maks = 147,4 MPa < 350 MPa  material belum luluh

Kriteria Tegangan Geser Maksimum (Tresca) :

Tegangan luluh geser = 0,5 tegangan luluh tarik


= 0,5 x 350 MPa = 175 MPa

maks = 107,7 MPa < 175 MPa  material belum luluh


30
Kriteria Von Mises :

 eq 
2
2
 x  y    y   z 
2 2 2

  z   x   6  xy   yz   zx
2 2 2
 2
1

 eq 
2
2
 79,6 2
   79,6 
2
 6 100 
2
 1
2

 190,62 MPa

 eq  190,62 MPa  350 MPa  material belum luluh

31
SOAL 3 :

Sebuah poros berdiameter 30 mm berputar dengan


kecepatan sudut konstan (seperti terlihat pada gambar
dibawah ini). Sabuk (belt) pada pulley memberi beban
kombinasi bending dan torsi pada poros. Berat poros dan
pulley diabaikan, asumsikan bahwa bantalan pada poros
hanya memberikan gaya reaksi arah melintang.
Ditanyakan:
a)Gambar diagram benda bebas pada konstruksi poros dan
bantalan
b)Gambar diagram bidang momen pada poros akibat beban
bending dan torsi
c)Tegangan utama yang bekerja pada poros tersebut

32
Gambar konstruksi poros dan bantalan

33
a) Diagram Benda Bebas

b) Diagram Bidang Momen

Arah vertikal

Arah horisontal

34
Resultan momen bending di B dan C :

2 2
M B  (0,55)  (0,15)  0,57kNm

M C  (0,25) 2  (0,35) 2  0,43kNm

Momen puntir (torsi) antara 2 pulley adalah konstan :

3 -3
T  (2 x 10  500)(200 x 10 )  0,3 kNm

35
Momen puntir (torsi) di B dan C adalah sama  elemen
kritis pada poros terdapat pada titik B

Tegangan bending maksimum di B :

M.y ( 0 ,57 x 103 )( 103 )( 30 / 2 )


σx   4
I π( 30 ) / 64
 215 MPa
Tegangan geser maksimum di B :

( 0,3 x 10 )( 103 )( 30 / 2 )
3
 xy 
T.r
J
 4
π( 30 ) / 32
 56,5 MPa
36
c) Tegangan utama (principal stress) :

1 1 2 2
 maks   x  (  x )  ( xy )
2 2
2 2
 215/2  (215/2)  (56,5)  229 MPa

1 1
 min   x  (  x )  ( xy )
2 2

2 2
2 2
 215/2  (215/2)  (56,5)  - 14 MPa

37
SOAL 4 :

Sebuah konstruksi poros pejal berbentuk bulat yang ditumpu


oleh dua buah bantalan. Pada kedua ujungnya mendapat
beban tarik oleh dua buah sabuk yang bekerja pada pulley
seperti terlihat pada gambar (a) dibawah ini.
Bila poros tersebut terbuat dari material yang mempunyai
tegangan luluh 250 MPa, maka dengan menggunakan teori
tegangan normal maksimum dan angka keamanan 3 hitung
diameter poros supaya tahan terhadap beban diatas.

38
(a)

1 kN 2,5 kN
1 kN
2 kN

(b)

(c)

(d)

39
Reaksi pada bantalan dinyatakan dalam RB dan RC terdapat
dalam satu bidang vertikal seperti pada gambar (b).
Dari statika diperoleh : RB = 2,83 kN dan RC = 3,67 kN.
Variasi momen bending sepanjang poros dinyatakan pada
gambar (c ), dengan cara yang sama momen puntir
digambarkan sama sepanjang poros (gambar d) .
Daerah kritis sepanjang poros terdapat pada titik C
(gambar c), sehingga pada elemen di C terjadi tegangan
x dan xy yx
xy xy
x x

yx
40
Tegangan normal akibat bending :

Mc (0,53 x 103)(103)(d/2) 5,4 x 106


σx    MPa (1)
πd 4/64 d3
I

Tegangan normal yang lain : y dan z = 0

Tegangan geser xy muncul akibat beban puntir dari


tarikan sabuk pulley :

Tr (0,6 x 103 )(103 )(d / 2) 3,06 x 106


 xy    MPa (2)
J πd 4 / 32 d3
41
Tegangan normal maksimum diperoleh dari tegangan
utama maksimum dengan rumus :
2
 x  y 
 x   y 
 maks      ( xy ) 2 (3)
2 2 
 
Substitusi pers (1), (2), dan (3), dengan menggunakan
angka keamanan 3, maka :

2 2
250 5,4 x106  0  5,4 x106  0   3,06 x106 
     
3 2d 3  2d 3   d3 
   

Dari persamaan diatas diperoleh d = 43 mm


42
SOAL 5

Sebuah elemen kecil pada suatu komponen mendapat


beban multiaxial sebagai berikut :

  2 7  3
ij   7 10 5  ksi
  3 5  5
 
Ditanyakan :
a)Gambar kondisi tegangan multiaxial pada elemen kubus
tersebut
b)Besar tegangan utama yg terjadi akibat pembebanan
multiaxial tsb.
c)Cos arah (l,m,n) dari tegangan utama
43
Penyelesian :

y yy = 10 ksi zz = -5 ksi

yx
yz
xy = 7 ksi
xx = -2ksi zy  xx= -2ksi
zx
xz
x
zz = -5 ksi

z
yy = 10 ksi

44
xx = -2 ksi , yy = 10 ksi, zz = -5 ksi,
xy = 7 ksi, yz = 5 ksi, zx = -3 ksi

dimana koefisien invarian I1,2,3 adalah :

I1 = (xx + yy + zz) = 3 ksi


I2 = (xxyy + yyzz+ xxzz – xy2 – yz2–xz2)
= - 143 (ksi)2
I3 = (xxyyzz + 2 xyyzxz – xxyz2 – yyxz2-

zzxy2)
= 95 (ksi)3
Sehingga :
45
Akar pers pangkat 3 dalam fungsi teg utama dapat diperoleh
dengan cara trial and error, atau dapat menggunakan rumus
seperti dibawah ini :

1

1  I1  2 I1  3I 2 cos()
3
2

1 2 
 2  I1  2 I1  3I 2 cos( 
2
)
3 3 

1 4 
 3  I1  2 I1  3I 2 cos( 
2
)
3 3 
46
Dimana :

 
2 39  27 
 1 I
 arccos 1
3 
I I
1 2
 23 
I 3

 2 I1 I 2  
   

47
Arah tegangan utama dalam bentuk cosinus (l,n,m) :

l m
 xx  1  yx  zx  0
n n
l m
xy   yy  1  zy  0
n n
2 2 2
l  m  n 1

48
Arah tegangan utama

49
n = 0.183

50
SOAL LATIHAN
SOAL 1 :
Sebuah komponen dibuat dari bahan baja St 60 mendapat beban
multiaksial sbb : tegangan tarik ke arah sb x dan sb y sebesar 50 kg/mm 2
dan 10 kg/mm2, tegangan tekan ke arah sb Z sebesar 20 kg/mm2,
tegangan geser pada bid x ke arah sb z sebesar 30 kg/mm 2

Bila material tersebut mempunyai tegangan luluh = 55 kg/mm2, maka


ditanyakan :
a)Gambar kondisi tegangan pada suatu titik (elemen kubus)
b)Matriks tegangan yang bekerja pada elemen kubus tersebut
c)Menurut kriteria luluh Rankine, Tresca dan Von Mises, bagaimana
kondisi material tersebut pada saat menerima beban tegangan?

51
SOAL 2 :
Sebuah silinder berdinding tipis mempunyai diameter 250 mm dan tebal
dinding 2,5 mm. Di dalam silinder tersebut mendapat tekanan yang
seragam (uniform) sebesar 1 MPa. Berapa gaya tarik axial yang
bekerja pada dinding silinder tersebut secara simultan tanpa tegangan
tarik maksimum melebihi 150 MPa?

SOAL 3 :
Sebuah silinder berdinding tipis mendapat gaya tekan axial 200 kN dan
momen torsi 3 kNm secara simultan. Diameter silinder adalah 300 mm dan
tebal dinding silinder 3 mm. Tentukan tegangan utama yang terjadi pada
elemen dinding silinder dan tegangan geser maksimumnya. Abaikan
kemungkinan terjadi buckling pada silinder.
52
Bejana Dinding Tipis

pr
c 
pr
 l  2h
h

53

Anda mungkin juga menyukai