Karakterisasi Komponen

Konversi ester ditentukan sesuai dengan Metode Standar Eropa EN 14103 (2011) dengan
menggunakan a Kromatografi gas GC-Master dengan ionisasi nyala detektor dan kolom
carbowax kapiler. Untuk menghentikan reaksi transesterifikasi dalam jumlah yang memadai
asam sulfat ditambahkan ke sampel. Garam yang dihasilkan dihilangkan dengan asam dan
pencucian netral diikuti oleh sentrifugasi pada 8000 rpm untuk memisahkan air pencuci dari
biodiesel. Setelah ini, semua sampel disentrifugasi dan dikeringkan pada 120 ° C selama empat
jam

Studi Kasus
Untuk memungkinkan produk akhir memenuhi yang diharapkan konversi dan untuk
meminimalkan biaya suatu industri proyek, persamaan kinerja harus digunakan untuk
memperkirakan ukuran yang benar untuk reaktor kimia. Gambar 3 menunjukkan a PFR dengan
aliran daur ulang. Berikut adalah deskripsi oleh Levenspiel (1999) tentang persamaan kinerja,
Persamaan. (1), untuk PFR dengan daur ulang aliran.
 Souza (2015) melakukan kinetikstudi reaksi
transesterifikasi menggunakan biji kapasminyak dan
menentukan parameter kinetik, diperkirakan
dengandata eksperimental di mana energi aktivasi
adalah 27,48 kJmol − 1, dan faktor frekuensinya
adalah ko = 8173 dm3 / (molmin) pada 60ºC. Di
bawah kondisi operasi minipilot plant, konsentrasi
CTGO adalah 0,5 mol / L. Ituwaktu tinggal yang
diperlukan untuk konversi yang diinginkan
98%,memvariasikan rasio daur ulang dari 0 hingga
100 juga dipelajari. Hubungan antara volume reaktor
kimia(V) dalam m3 dan waktu tinggalnya (T)
ditunjukkan dalam Persamaan. (6)  
Hasil dan Diskusi

1. Biodiesel Production Process via Plug Flow Reactors (PFRs)

konversi rata-rata 10,3%, dengan 0 daur ulang, ini adalah konversi tertinggi yang bisa
dicapai, dengan tingkat daur ulang yang optimal. Selanjutnya, percobaan lebih lanjut dihindari
untuk menghemat bahan. Hasil simulasi di ASPEN PLUS® diperoleh setelah meningkatkan rasio
daur ulang dalam PFR ditunjukkan pada Tabel 4.
2. Proses Produksi Biodiesel melalui Distilasi Reaktif  
Total waktu 20 menit untuk mengoperasikan reaktifproses penyulingan tiga kali lebih cepat
dari padaproses batch konvensional.

Persamaan garis tren ditunjukkan pada Gambar 6, untukpoin eksperimental diberikan oleh
Persamaan. 7  
 Konversi yang meningkat di seluruh kolommencapai maksimum sekitar 60% di bagian bawah.
Semua hasil percobaan setuju denganyang sebelumnya disimulasikan. Hasil simulasi untuk 6
tahapan teoretis mirip dengan data eksperimenuntuk tinggi pengemasan 1,5 m dari kolom, yang
mengindikasikanketinggian setara tahap teoretis (HETP) 0,25 m.Gambar 7 menunjukkan profil
komposisi di dalam reaktifkolom distilasi.

Gambar 7 menggambarkan bahwa dalam dua etanol tahap pertamadan minyak adalah
komponen utama. Hal ini terutama disebabkan olehfakta bahwa alkohol terus didaur ulang di
bagian ataskolom dan aliran minyak terletak di tahap kedua.Secara berbeda, gliserin dan
biodiesel diproduksi secara bertahapdalam arah top down dan mereka mencapai
maksimumproduksi di bagian bawah kolom.
 Gambar 8a menunjukkan peningkatan konversi ester dariatas ke bawah kolom distilasi
reaktif.Ini karena waktu reaksi yang lebih tinggi diverifikasi untuktitik pengambilan sampel akhir.
Gambar 8b menunjukkan bahwa keberadaannyadaur ulang penuh di bagian atas kolom
berkontribusi padapeningkatan konversi ester, terutama di bagian pertamakolom. Ini disebabkan
oleh kelebihan alkohol di dalamkolom, yang merangsang reaksi trasensterifikasi.
Demikian pula dengan kondisi pertama pada Gambar.8a,
Gambar 8c mengilustrasikan konversi ester yang ditekankan pada finaltitik pengambilan
sampel. Namun, tingkat pembentukan ester padatop dianalogikan dengan kondisi kedua,
ditunjukkan pada Gambar8b.
Gambar 8d juga menunjukkan peningkatan esterkonversi bergerak ke bawah kolom, tingkat
daur ulang diatas tidak mempengaruhi konversi secara signifikan. Karena iniBahkan kami
menyimpulkan bahwa, untuk percobaan ini, maksimumrasio molar alkohol / minyak adalah
sekitar 17/1. 
Perbandingan antara PFR dan Distilasi Reaktif

Gambar 4 menunjukkan bahwa, untuk kondisi 0 recycle, awaktu tinggal 5,3 menit (0,09 jam)
diperlukan untukmelakukan reaksi transesterifikasi. Mengadopsi umpanmengalir ke reaktor
pertama, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1, dari 123.1kg / jam dan mempertimbangkan
kepadatan 878 kg / m3, disediakanoleh ASPEN PLUS, laju alir volumetrik Q menjadi 0,14m3 /
jam.BersamaKonsekuensinya, volume optimal yang dibutuhkanreaktor adalah 0,0126 m3. PFR di
mini pilot plantdi laboratorium memiliki volume individu 0,0014 m3.Dalam situasi ini,
kemungkinan mencapai konversihampir 98% melalui PFR dengan daur ulang hanya dapat
dilakukan oleh apengurangan drastis laju aliran volumetrik. Ini, bagaimanapun,tidak sesuai
dengan tujuan memproduksi biodiesel pada askala besar. Mempertimbangkan kondisi operasi
pilot plant, 9 PFR dengan diameter yang sama akan diperlukan untuk konversi ester sebesar
98%. Sebaliknya, konversi dekat ke 98% dimungkinkan oleh satu kolom distilasi reaktif
beroperasi pada rasio molar alkohol / minyak 12/1, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8b.
Dengan demikian, teknik distilasi reaktif adalah proses berkelanjutan yang paling memadai dan
menjanjikan untuk dipenuhi tuntutan masa depan untuk biodiesel. 
Kesimpulan
Konversi inimenurun dengan meningkatnya rasio daur ulang. Peta 3D,berdasarkan persamaan
kinerja PFR, menunjukkan bahwa tinggidaur ulang rasio dan konversi juga dikaitkan
denganwaktu tinggal lebih lama, mengarah ke pembangunan yang lebih besarunit dan
peningkatan biaya proses. untuk konversi 98% (m / m) menjadi ester, 9 PFRs daridiperlukan
volume yang sama.Sebaliknya, kolom distilasi reaktif tunggal adalahmampu mengubah 98%
minyak menjadi ester, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7b.Memang, daur ulang rasio
alkohol di bagian atas kolomsecara positif mempengaruhi kemurnian ester di sepanjang
kolomdan kondisi yang dioptimalkan ditemukan pada alkohol / minyakrasio molar 12/1.
Selanjutnya, reaktif yang inovatifteknik penyulingan menunjukkan potensi yang sangat baik
untukmemenuhi permintaan global untuk biodiesel melalui berkelanjutanproses.