Anda di halaman 1dari 5

NAMA : ALFYAN PUJIASTUTI

NIM : 40040117640033
PRODI : S1-Ter. Teknologi Rekayasa Kimia Industri/2017 A
MATA KULIAH : Manajemen Industri
DOSEN PENGAMPU : Ir. Isti Pudjiastuti, MT

HUKUM KETENAGAKERJAAN POSITIF

Hukum ketenagakerjaan mengatur tentang hubungan kerja antara pekerja dan majikan sehingga akan
memuat kewajiban dan hak antara kedua belah pihak. Syarat-syarat kerja adalah petunjuk yang harus diatur dalam
suatu hukum ketenagakerjaan yang dituangkan dalam perjanjian kerja. Syarat-syarat kerja meliputi : upah, jam
kerja & lembur, cuti, waktu istirahat, pekerja perempuan & anak, perlindungan kerja, perjanjian kerja, perjanjian
kerja waktu tertentu.

Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterimadan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari
pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian
kerja, kesepakatan atu peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan dan/atau jasa yang telah atau akan
dilakukan (Pasal 1 angka 30 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan). Dasar hukum Upah termuat dalam
pasal 27 UUD 1945 dan UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Komponen Upah terdiri dari : upah
pokok, tunjangan tetap dan tunjangan tidak tetap. Upah pokok adalah imbalan dasar yang dibayarkan kepada buruh
menurut tingkat atau jenis pekerjaan yang besarnya ditetapkan berdasarkan perjanjian. Tunjangan tetap adalah
pembayaran teratur yang diberikan secara tetap untuk buruh dan keluarganya dibayarkan bersamaan dengan upah
pokok, contoh : tunjangan kesehatan. Tunjangan tidak tetap adalah pembayaran yang secara langsung atau tidak
langsung berkaitan dengan buruh diberikan secara tidak tetap, dibayarkan tidak bersamaan dengan upah pokok,
contoh : insentif kehadiran.

Komponen Pendapatan Non-Upah, meliputi : fasilitas, bonus dan tunjangan hari raya (THR). Fasilitas
adalah kenikmatan bentuk nyata untuk meningkatkan kesejahteraan buruh, contoh : fasilitas antar jemput dan
pemberian makan gratis. Bonus adalah pembayaran yang diterima buruh dari hasil keuntungan perusahaan atau
karena prestasi. Tubjangan Hari Raya (THR) adalah pendapatan yang wajib dibayarkan oleh pengusaha kepada
pekerja menjelang hari raya keagamaan. THR diberikan kepada pekerja yang telah mempunyai masa kerja minimal
1 bulan berturut denga jumlah proporsi (masa kerja/12 x upah sebulan(upah pokok+tunjangan tetap). Masa
kerja 12 bulan atau lebih menerima THR 1 bulan gaji (upah pokok+tunjangan tetap). Upah Minimum Regional
(UMR) merupakan upah terendah yang terdiri dari upah pokok, termasuk tunjangan tetap yang diterima oleh
pekerja di wilayah tertentu dalam satu provinsi. Kedudukan upah, apabila perusahaan pailit, upah buruh merupakan
hutang yang didahulukan pembayarannya. Bentuk upah pada dasarnya adalah uang, namun diperbolehkan bentuk
lain (<25%nilai upah).

Waktu kerja berdasarkan pasal 77 UU. 13/2003 adalah

o 7 jam dalam 1 hari dan 40 jam dalam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu.
o 8 jam dalam 1 hari dan 40 jam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu.
o Lembur adalah lebih dari point di atas.

Upah Per Jam : Status Pekerja Rumus


Bulanan 1/173 (upah/bulan)
Harian 3/20 (upah/hari)
Borongan(dasar satuan) 1/7 (rata-rata kerja sehari)
Waktu istirahat dan cuti untuk pekerja :

o Istirahat antara jam kerja, sekurang-kurangnya setengah jam setelah bekerja selama 4 jam terus menerus
dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja.
o Istirahat mingguan 1 hari untuk 6 hari kerja dlam 1 minggu atau 2 hari untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu.
o Cuti tahunan, sekurang-kurangnya 12 hari kerja setelah pekerja/buruh yang bersangkutan bekerja selama 12
bulan secara terus menerus.
Istirahat Kerja & Cuti :
o Cuti besar/istirahat panjang, bagi buruh yang telah bekerja selama 6 tahun terus-menurus berhak istirahat
selama 3 bulan.
o Cuti haid, tidak diwajibkan bekerja pada hari pertama dan kedua waktu haid.
o Cuti hamil/bersalin /keguguran, buruh perempuan diberi istirahat 1,5 bulan bulan sebelum dan 1,5 bulan
setelah melahirkan atau 1,5 bulan setelah gugur kandungan.
o Cuti menunaikan ibadah agama, diberikan waktu cuti secukkupnya tanpa mngurangi hak cuti lainnya.

Cuti karena alasan penting :

- Pekerja /buruh menikah : 3 hari - isterinya melahirkan/keguguran kandungan : 2 hari


- Menikahkan anaknya : 2 hari - suami/isteri/orang tua/mertua/anak/menantu meninggal dunia :
- Mengkhitankan anaknya : 2 hari 2 hari
- Mambaptiskan naknya : 2 hari - anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia : 1 hari

Pekerja Perempuan, syaratnya :

 Pekerja perempuan dilarangdipekerjakan pada malam hari dan pada tempat yang tidak sesuai kodrat dan
martabat.
 Pekerja tidak diwajibkan bekerja pada hari pertama dan hari pertama dan kedua waktu haid.
 Pekerja perempuan yang masih menyusuai harus diberi kesempatan sepatutnya menyusui bayinya pada jam
kerja.
Pekerja Anak, syaratnya :
 Laki-laki/perempuan yang berumur < 15 tahun.
 Pengusaha dilarang memperkerjakan anak.
 Pengusaha yang memperkerjakan anak karena alasan tertentu wajib memberikan perlindungan :
a. Tidak mempekerjakan lebih dari 4 jam sehari.
b. Tidak memperkerjakan dari (18.00-06.00)
c. Tidak memperkerjakan dalam tambang bawah tanah, lubang bawah tanah dan terowongan.
d. Tidak memperkerjakan pada tempat yang membahayakan kesusilaan, keselamatan dan kesehatan
kerja.
e. Tidak memperkerjakan anak pada pekerjaan konstruksi jalan, jembatan, bangunan air dan bangunan
gedung.
f. Tidak memperkerjakan di pabrik di dalam ruangan yang menggunakan alat mesin.
g. Tidak mempekerjakan anak pada pembuatan, pembongkaran dan pemindahan barang.
Perlindungan Kerja, berupa :
o Tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan, kesehatan serta kesusilaan, pemeliharaan
moril kerja sesuai martabat manusia.
o Tenaga kerja berhak atas jaminan sosial tenaga kerja yang terdiri dari jaminan kecelakaaan kerja, jaminan
kematian, jaminan hari tua, jaminan pemeliharaan kesehatan.
Perjanjian Kerja
o Hubungan kerja adalah hubungan perdata yang didasarkan pada kesepakatan antara pekerja dengan pemberi
pekerjaan atau pengusaha.
o Perjanjian kerja berisikan hak dan kewajiban masing-masing pihak baik pengusaha maupun pekerja.
o Perjanjian kerja lisan diperbolehkan, tetapi wajib membuat surat pengangkatan bagi pekerja yang
bersangkutan, yang memuat: nama dan alamat pekerja, tanggal mulai bekerja, jenis pekerjaan, besarnya
upah.
o Perjanjian untuk waktu tertentu tidak boleh lisan.

Dasar Perjanjian kerja : Macam-macam perjanjian kerja :


a. Kesepakatan kedua belah pihak untuk 1. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu ( jangka
melakukan hubungan kerja waktunya tertentu )
b. Kecakapan para pihak untuk membuat 2. Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu /
perjanjian karyawan tetap
c. Ada pekerjaan yang diperjanjikan 3. Perjanjian Kerja dengan Perusahaan Pemborong
d. Perkerjaan yang dijanjikan tidak bertentangan Pekerjaan
dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan 4. Perjanjian Kerja dengan Perusahaan Penyedia
peraturan perundang-undangan yang berlaku Jasa Pekerja

Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)

PKWT adalah hubungan kerja yang waktunya terbatas dan tidak dapat mensyaratkan adanya masa percobaan
kerja PKWT hanya diperbolehkan untuk : pekerjaan yang sekali selesai / sementara, pekerjaan yang diperkirakan
akan selesai dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun, pekerjaan yang bersifat musiman dan pekerjaan yang
berhubungan dengan produk,atau kegiatan baru yang masih dalam tahap penjajakan.

PKWT didasarkan atas jangka waktu tertentu dapat diadakan untuk paling lama 2 tahun dan hanya boleh
diperpanjang 1 kali untuk jangka waktu paling lama 1 tahun.

Perselisihan Hubungan Industrial

Perselisihan Hubungan Industrial adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara
Pengusaha atau gabungan Pengusaha dengan Pekerja/Buruh.

Jenis-jenis perselisihan hubungan industrial :

 Perselisihan Hak : perselisihan yang timbul karena tidak dipenuhinya hak (berdasarkan perundangan yang
ada). Diselesaikan dengan ; Mediasi Hubungan Industrial dan Pengadilan Hubungan Industrial.
 Perselisihan Kepentingan : perselisihan yang timbul dalam hubungan kerja karena tidak adanya kesesuaian
pendapat mengenai perbuatan dan/atau perubahan syarat-syarat kerja yang ditetapkan dalam perjanjian kerja.
Diselesaikan dengan ; Mediasi hubungan industrial, Konsiliasi hubungan industrial, Arbitrase hubungan
industrial dan Pengadilan hubungan industrial.
 Perselisiha Pemutusan Hubungan Kerja : perselisihan yang timbul karena tidak adanya kesesuaian pendapat
mengenai pengakhiran hubungan kerja. Diselesaikan dengan ; Mediasi hubungan industrial, konsiliasi
hungungan industrial dan pengadilan hubungan industrial.
 Perselisihan antar Serikat Pekerja : perselisihan antar Serikat Pekerja/Serikat Buruh dengan Serikat
Pekerja/Serikat Buruh lain hanya dalam satu perusahaan, karena tidak adanya kesesuaian paham mengenai
keanggotaan, pelaksanaan hak dan kewajiban keserikatpekerjaan. Diselesaikan dengan ; mediasi hubungan
industrial, konsilasi hubungan industrial, arbitrase hubungan industrial dan pengadilan hubungan industrial.
Permasalahan Hubungan Industrial :

 Mogok kerja adalah tindakan pekerja/buruh yang direncanakan dan dilaksanakan secara bersama-sama
dan/atau oleh serikat pekerja/buruh untuk menghentikan atau memperlambat pekerjaan.
 Penutupan perusahaan (lock out) adalah tindakan pengusaha untuk menolak pekerja/buruh seluruhnya atau
sebagian untuk menjalankan pekerjaan.
 Pemutusan hubungan kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan
berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha.

Pemutusan Hubungan Kerja

Merupakan pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu mengakibatkan berakhirnya hak dan
kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha. *Pengusaha dilarang melakukan dengan alasan : pekerja
berhalangan masuk kerja karena sakit menurut keterangan dokter selama waktu tidak melampaui 12 (dua belas)
bulan secara terus menerus, pekerja berhalangan menjalankan pekerjaannya karena memenuhi kewajiban terhadap
Negara, pekerja menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya, pekerja menikah, dll.
Cara terjadinya PHK :
o PHK demi hukum
o PHK oleh buruh
o PHK oleh majikan
o PHK atas dasar putusan pengadilan

Outsourching

Outsourcing atau alih daya dapat diartikan sebagai penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan yang
sifatnya non-core (penunjang) oleh suatu perusahaan kepada perusahaan lain melalui perjanjian pemborongan
pekerjaan atau penyediaan jasa pekerja/buruh. Berdasarkan UU. No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan,
outsourching dibagi menjadi 2, yaitu : Pemborongan pekerjaan (pengalihan suatu pekerjaan kepada vendor
outsourcing, dimana vendor bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pekerjaan) dan Penyedian jasa pekerja/buruh
(pengalihan suatu posisi kepada vendor outsourcing, dimana vendor menempatkan karyawannya untuk mengisi
posisi tersebut).
Manfaat Outsourching : Penyebab gagalnya outsourching :
1. Fokus pada kompetensi utama 1. Kurangnya komitmen, dukungan dan keterlibatan
2. Penghematan dan pengendalian biaya pihak manajemen dalam pelaksanaan proyek
operasional outsourcing
3. Memanfaatkan kompetensi vendor 2. Kurangnya pengetahuan mengenai siklus
outsourcing outsourcing secara utuh dan benar
4. Perusahaan menjadi lebih ramping dan lebih 3. Terburu-buru dalam mengambil keputusan
gesit dalam merespon pasar outsourcing.
5. Mengurangi resiko 4. Kurang baiknya cara mengkomunikasikan rencana
6. Meningkatkan efisiensi dan perbaikan pada outsourcing kepada seluruh karyawan
pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya non-core

Regulasi Tentang TKI

TKI adalah Setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam
hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah. Istilah-istilah yang perlu diketahui : KTKLN
(Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri) ,SIPPTKI (Surat Izin Pelaksana Penempatan TKI) dan SIP (Surat Izin
Pengerahan). Dasar hukum TKI adalah UU No. 39 tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga
Kerja Indonesia di Luar Negeri.
Asas penempatan TKI/CTKI yaitu :

a. Keterpaduan
b. Persamaan hak
c. Demokrasi
d. Keadilan sosial
e. Kesetaraan dan keadilan gender
f. Anti diskriminasi
g. Anti perdagangan manusia

Tujuan penempatan TKI/CTKI yaitu :

a. Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi;


b. Menjamin dan melindungi calon TKI/TKI sejak di dalam negeri, di negara tujuan, sampai kembali ke tempat
asal di Indonesia;
c. Meningkatkan kesejahteraan TKI dan keluarganya.

Anda mungkin juga menyukai