Anda di halaman 1dari 20

PAJAK PENGHASILAN

UMUM
Siti Khairani

<Nama dosen>
Definisi Pajak Penghasilan:

Pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak


atas penghasilan yang diterima atau
diperoleh dalam tahun pajak atau dalam
bagian tahun pajak

2
Definisi Subjek Pajak:

Segala sesuatu yang memiliki potensi untuk memperoleh


penghasilan dan menjadi sasaran untuk dikenakan pajak
penghasilan
Meliputi: UU No. 36 tahun 2008 pasal 2 ayat 1

1. Orang Pribadi
2. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan
menggantikan yang berhak
3. Badan
4. Bentuk Usaha Tetap

3
Pembedaan Subjek Pajak berdasarkan letak geografis

1. Subjek Pajak Dalam Negeri


2. Subjek Pajak Luar Negeri

Perbedaannya:
a) DN : Pajak atas penghasilan dalam dan luar negeri
LN : Pajak atas penghasilan di Indonesia
b) DN : Pajak atas penghasilan netto dengan tarif umum

LN : Pajak atas penghasilan brutto dengan tarif pajak sepadan


c) DN : Wajib menyampaikan SPT
LN : Tidak wajib menyampaikan SPT

4
Pengecualian Subjek Pajak:
1. Badan perwakilan negara asing
2. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan
konsulat atau pejabat lain dari negara asing
dan orang-orang yang diperbantukan pada
mereka
3. Organisasi-organisasi internasional yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan
4. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi
internasional

5
Perbedaan Wajib Pajak Dalam Negeri dan
Wajib Pajak Luar Negeri

1. WP DN dikenai pajak atas penghasilan baik yg diterima atau diperoleh


dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, sedangkan WP LN dikenaik
pajak hanya atas penghasilan yg berasal dari penghasilan di Indonesia.
2. WP DN dikenai pajak berdasarkan penghsl neto dg tarif umum, WP LN
dikenai pajak berdsrkan penghasilan bruto dg tarif sepadan.
3. WP DN wajib menyampaikan SPT pajak Penghsl sgb sarana utk
menerapkan pajak terutang dalam satu tahun pajak, sedangkan WP LN
tidak wajib menyampaikan SPT karena kewajiban pajaknya dipenuhi
melalui pemotongan pajak yang bersifat final.

6
Perbedaan Wajib Pajak Dalam Negeri dan
Wajib Pajak Luar Negeri

4. WP DN yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan


mealaui BUT di Indonesia, pemenuhan kewajiban perpajakannya
dipersamakan dengan pemenuhan kewajiban perpajakan WP
badan dalam negeri sebagaimana diatur dalam undang-undang.

7
Objek Pajak : Penghasilan
Setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan Wajib Pajak ybs dengan nama dan dalam bentuk apapun
Pengelompokkan Penghasilan:
a) Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan
pekerjaan bebas
b) Penghasilan dari usaha dan kegiatan
c) Penghasilan dari modal
d) Penghasilan lain-lain, spt pembebasan utang dan hadiah

8
Pengecualian Objek Pajak:

1. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang


diterima Badan Amil Zakat yang telah disahkan oleh
pemerintah
2. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah
dalam garis keturunan lurus satu derajat
3. Warisan
4. DLL

9
Objek Pajak BUT:

1. Penghasilan dari uasaha atau kegiatan BUT dan dari harta yang
dimiliki atau dikuasai BUT
2. Penghasailan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan
barang, dan pemberian jasa di Indonesia yang sejenis dengan yg
dijalankan oleh BUT di Indonesia

10
Hasilan Tidak Kena Pajak (PTKP):

1. Diri Wajib Pajak Rp 54.000.000


2. Tambahan untuk WP yang sudah kawin Rp 4.500.000
3. Tambahan utk istri yang menerima penghasilan yang digabung dengan
penghsl suami Rp 54.000.000
4. Tamabahn utk setiap anggota kelurga sedarah semenda dalam garis
keturunan lurus yang menjadi tanggungannya maks 3. Rp 4.500.000

11
Penghitungan Pajak Penghasilan Terutang

Pajak Terutang : Tarif Pajak x PKP


Tarif Pajak untuk WP orang pribadi dalam negeri (Pasal 17 ayat (1) huruf
a UU PPh) yaitu:

Lapisan Penghasilan Tarif


Sd Rp 50 juta 5%
Di atas 50 juta sd 250 juta 15%
Di atas 250 juta sd 500 juta 25%
Di atas 500 juta 30%

12
Tarif PPh untuk WP Badan

1. Pasal 17 ayat (1) huruf b UU PPh adal 28%, tarif tersebut menjadi 25%
berlaku mulai tahun pajak 2010
2. Tarif pajak untuk WP Badan DN yg berbentuk PT yang paling sedikit
40% dari jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di
bursa efek di Indonesia dapat memperoleh tarif 5% lebih rendah
daripd WP Badan pd umumnya.
3. WP Badan DN dg peredaran bruto sd 50 milyar mendapat fasilitas
pengurangan tarif sebesar 50% yang dikenakan atas PKP dari bagian
peredaqran bruto sd Rp 4,8 m.

13
Penghitungan Penghasilan Kena pajak dikelompokkan menjadi:
1. Wajib Pajak orang pribadi dan badan yang memiliki peredaran usaha tertentu
2. Wajib Pajak orang pribadi menggunakan Norma Penghitungan
3. Wajib Pajak orang pribadi menyelenggarakan pembukuan
4. Wajib pajak badan dalam negeri menyelenggarakan pembukuan
5. Wajib pajak BUT

14
1. Wajib Pajak orang pribadi dan badan yang memiliki peredaran
usaha tertentu

• Dikenakan Tarif 0,5%


• PKP yang dimaksud adalah peredaran bruto sebulan
• PP terutang dihitung dari tarif dikalikan penghasilan kena pajak
PPh Terutang = Tarif X PKP
= 0,5% X Peredaran Bruto Sebulan

Penghitungan tersebut diperuntukkan bagi WP dengan syarat:


1. WP dalam negeri orang pribadi dan badan selain BUT
2. Peredaran bruto tidak lebih dari Rp 4.800.000.000 dalam satu tahun pajak
3. Penghasilan usahan yg dimaksud tidak termasuk penghasilan dari jasa
sehubungan dengan pekerjaan bebas, penghasilan yg diterima dari LN,
penghasilan yang PPh-nya bersifat final dan penghasilan yang bukan objek
pajak
15
2. Wajib Pajak orang pribadi menggunakan Norma Penghitungan

• Tarif yang dikenakan adalah tarif pasal 17 UU PPh ayat (1) huruf a UU PPh
• Penghasilan Kena Pajak dihitung sebagai berikut:
PKP = Penghasilan Neto – PTKP
= (Peredaran Bruto X % NPPN) – PTKP
• PPh terutang dihitung dari tarif dikalikan PKP
PPh Terutang = Tarif X PKP
= Tarif X (Peredaran bruto X % NPPN) - PTKP

16
Penghitungan ini diperuntukkan bagi Wajib pajak dengan syarat sebagai berikut:
1. Wajib pajak orang pribadi dalam negeri
2. Memperoleh peredaran bruto tidak lebih Rp 4.800.000.000 dalam satu tahun
pajak
3. Penghasilan tersebut berasal dari pekerjaan bebas
4. Wajib pajak harus memberitahukan kepada Dirjen Pajak dalam jaangka
waktu 3 (tiga) bulan pertama dalam tahun pajak yang bersangkutan
5. Wajib pajak wajib menyelengggarakan pencatatan tentang peredaran
brutonya sebagaimana diatur dalam undang-undang yang mengatur
mengenai KUP. (tidak ada penghitungan rugi bagi Wajib Pajak tersebut)
3. Wajib Pajak orang pribadi menyelenggarakan pembukuan

1. Tarif yang dikenakan adalah tarif pasal 17 UU PPh ayat (1) huruf a UU PPh
2. Penghasilan kena pajak dihitung seperti berikut
PKP = Penghasilan Neto – PTKP
= (Peredaran bruto – pengeluaran/Biaya yang boleh dikurangkan) – PTKP
PPh Terutang = Tarif x PKP

4. Wajib Pajak Badan DN menyelenggarakan pembukuan

1. Tarif yang dikenakan adalah tarif pasal 31E UU PPh


2. Penghasilan kena pajak dihitung seperti berikut
PKP = Penghasilan Neto – Sisa rugi dikompensasikan
= (Peredaran bruto – pengeluaran/Biaya yang boleh dikurangkan) – Sisa
rugi dikompensasiskan
PPh Terutang = Tarif x PKP 18
5. Wajib Pajak Badan Usaha Tetap (BUT)

1. Tarif yang dikenakan adalah tarif pasal 17 UU PPh ayat (1) huruf bUU PPh
2. Penghasilan kena pajak dihitung seperti berikut
PKP = Penghasilan Neto
= (Peredaran bruto – pengeluaran/Biaya yang boleh dikurangkan)
PPh Terutang = Tarif x PKP

19
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai