Anda di halaman 1dari 27

TUTORIAL

SKENARIO 2

Kelompok 8
Dosen Pembimbing: drg. R. Harry D.S., M.Kes
NAMA ANGGOTA
Adam Kevin Dhaniswara 1711111210001
Andi Yuyun Indah Cahyani 1711111220007
Serenada Audria Sundah 1711111220031 Anandita Ahmad 1711111310005
Hikmah Nurfajri Suala 1711111120011 Nailassirri Ariati 1711111220025
Pratama Wicaksana Nugraha 1711111310021 Yanuar Agung Priambodo 1711111210036
Dewi Wulandari 1711111320011
Dhya Aurellia Salsabila Karno 1711111220011
Kusma Syafira Isnaini 1711111220015
SKENARIO

Pasien laki-laki usia 30 tahun datang ke RSGM GHA dengan keluhan


sulit makan karena kehilangan gigi geraham. Pasien ingin menggunakan
gigi tiruan yang cekat dan tidak bisa dilepas. Dari pemeriksaan klinis,
pasien memiliki OH yang baik dan terdapat sisa akar gigi 36. Perkusi (-),
druk (-). Dari pemeriksaan radiografi rontgen periapika, didapatkan gigi
penyangga 35 dan 37 memiliki rasio mahkota dan akar 1:2 dan gigi
masih dalam keadaan vital. Pada ujung akar gigi 36 terdapat gambaran
rasiolusen berbatas jelas berukuran diameter 5 mm. Pasien ingin
mendapatkan informasi yang lengkap tentang jenis gigi tiruan yang
sesuai beserta dengan kelebihan dan kekurangan beserta prosedur
perawatan sampai gigi tiruannya dipasang.
ANALISIS MASALAH
1. Apa keuntungan dan kerugian pemasangan gigi tiruan cekat?
Analisis: Keuntungannya antara lain tidak usah melepas seperti gigi tiruan lepasan dan lebih mudah
beradaptasi dengan rongga mulut. Sedangkan kerugiannya susah untuk kontral plak dan bisa mengiritasi
gingiva.

2. Apa saja indikasi dan kontraindikasi pemasangan gigi tiruan cekat?


Analisis: Indikasi pemasangan gigi tiruan cekat antara lain pasien kooperatif, gigi penyangga atau
abutmen sehat, dan usia pasien dalam rentang 20-50 tahun berkaitan dengan keadaan ruang pulpa.
Sedangkan kontraindikasi pemasangan gigi tiruan cekat antara lain adalah gigi penyangga atau abutmen
tidak sehat, pasien tidak kooperatif, dan usia di bawah 20 tahun atau di atas 50 tahun.

3. Bagaimana prosedur pembuatan gigi tiruan cekat?


Analisis: Pertama dilakukan anamnesa dan pemeriksaan jaringan. Jika sudah sesuai dengan indikasi
pemasangan, maka dilakukan preparasi gigi, dilanjutkan dengan pencetakan dan wax up, kemudian fitting.

4. Apakah ada perbedaan perawatan gigi tiruan cekat terhadap gigi vital dan non-vital? Bagaimana
penanganan gambaran radiolusen pada skenario?
Analisis: Pada gigi non-vital bisa dilakukan PSA terlebih dahulu. Kemudian, jika ada gambaran kista,
maka kista tersebut bisa ditangani terlebih dahulu.
5. Apa efek samping penggunaan gigi tiruan cekat?
Analisis: Jika terdapat kesalahan pada preparasi, maka bisa menyebabkan cidera
jaringan periodontal. Selain itu penggunaan bahan juga berpengaruh karena bahan harus
bersifat biokompatibel.
6. Apa saja klasifikasi gigi tiruan cekat?
Analisis: Berdasarkan penghubung atau connector-nya, terdapat fix bridge, semi-
fixed bridge, cantilever, dan compound. Berdasarkan retainernya ada yang ekstrakorono,
intrakorona, dan intraradikular. Selain itu, dapat juga diklasifikasikan berdasarkan bentuk
pontiknya, yaitu ridge lap, sanitary, dan saddle.
7. Apa bahan dasar pembuatan gigi tiruan cekat?
Analisis: all ceramic, porcelain fused to metal, dan all metal.
8. Apa syarat penggunaan bahan gigi tiruan cekat?
Analisis: Tergantung pada lokasi pemasangan, jika untuk regio posterior, maka
lebih baik bahan dari metal, untuk gigi anterior lebih baik bahan yang memiliki warna
serupa dengan gigi asli.
9. Bagaimana perawatan gigi tiruan cekat setelah pemasangan?
Analisis: Menjaga OH.
10. Apa tujuan pemasangan gigi tiruan cekat?
Analisis: Memperbaiki fungsi pengunyahan dan estetika.
PROBLEM TREE

Pasien laki-laki, usia 30 tahun, gigi 36 hilang, sisa akar dengan


gambaran radiolusen berbatas jelas, diameter 5 mm. Gigi 35 dan
37 vital, rasio mahkota dan akar 1:2. OH baik dan ingin melakukan
pemasangan gigi tiruan cekat

Gigi Tiruan Cekat Kista


(GTC)

Indikasi dan Keuntungan dan


Definisi Klasifikasi
Kerugian
Penatalaksanaan
Kontraindikasi
DEFINISI

Gigi tiruan cekat (GTC) merupakan salah Gigi tiruan cekat merupakan gigi tiruan yang
satu jenis gigi tiruan yang dapat menjadi memperbaiki mahkota gigi yang rusak atau
alternatif untuk menggantikan fungsi-fungsi menggantikan satu atau beberapa gigi yang
gigi yang hilang. Penggunaan gigi tiruan hilang dengan bahan tiruan. GTC
cekat dimaksudkan untuk memepertahankan dipasangkan ke pasien secara permanen
dan memelihara kesehatan gigi-geligi yang serta tidak bisa dibuka oleh pasien.
masih ada beserta seluruh sistem
pengunyahan supaya dapat berfungsi
dengan baik.

(Ireland & Robert, 2015; Susaniawaty et al., 2015; Laoh et al., 2016).
Bagian-Bagian GTC

 Retainer: Bagian GTC yang dilekatkan


pada gigi penyangga (abutment).

 Abutment: Gigi penyangga yang


merupakan mahkota gigi asli yang sudah
dipreparasi.

 Pontik: Pengganti gigi yang hilang.

 Connector: Penghubung antara pontik


dan retainer.

(Soeprapto, 2017; Bakar, 2014).


KLASIFIKASI GTC
MACAM-MACAM GTCBERDASARKAN
BERDASARKANKONEKTOR
KONEKTOR

Fixed Fixed Bridge Fixed Movable Bridge


Kedua konektornya rigid Salah satu konektor bersifat
rigid dan yang lain bersifat non
rigid

(Soeprapto, 2017)
Spring Bridge Cantilever Bridge
Pontik jauh dari retainer dan Satu ujung bridge melekat
dihubungkan dengan palatal secara kaku pada retainer
bar sedangkan ujung lainnya
menggantung

(Soeprapto, 2017)
Compound Bridge Maryland Bridge
Kombinasi dua atau lebih tipe Retainer berupa logam tipis
bridge yang diletakkan di sebelah
lingual dan proksimal gigi
penyangga

(Soeprapto, 2017; Prajitno, 2015)


BAGIAN GTC

BERDASARKAN RETAINER BERDASARKAN PONTIK

• Sanitary pontic
• Ekstrakorona: FVC, PVC.
• Ridge lap pontic
• Intrakorona: Inlay, onlay.
• Conical root pontic.
• Dower crown: Harus ditambah
abutment.
• Saddle pontic.
KLASIFIKASI GTC

BAHAN
KLASIFIKASI GTC BERDASARKAN BAHAN PONTIK

Pontik Logam Pontik Porselen Pontik Akrilik

Terdiri dari alloy, yang setara Pontik dengan kerangka dari Dibuat dengan memakai bahan
dengan alloy emas tipe logam sedangkan seluruh resin akrilik. Pontik akrilik lebih
III. Alloy ini memiliki kekuatan dan permukaannya dilapisi dengan lunak dan tidak kaku.
kelenturan yang cukup. porselen. Pontik porselen mudah
beradaptasi dengan gingival dan
memberikan nilai estetik yang
baik.

(Lakhmi S, 2018)
Kombinasi Logam dan Porselen Kombinasi Logam dan Akrilik

Pada kombinasi logam dan akrilik ini,


Logam akan memberikan kekuatan
akrilik hanya berfungsi sebagai bahan
sedangkan porselen pada jenis pontik
estetika sedangkan logam yang
ini memberikan estetis.
memberi kekuatan dan dianggap
lebih dapat diterima oleh gingival.
 
 

(Lakhmi S, 2018)
KLASIFIKASI GTC BERDASARKAN BAHAN

Metal Keramik All keramik Porselen Fused to Metal

(+): Biokompatible, estetik bagus (+):Estetik tinggi, biokompatible (+): Sesuai dengan warna gigi,
dan prosedur pengerjaan dan awet jika terkena dapat menggabungkan antara
sederhana cairan estetik dan kekuatan karena
terbuat dari logam yang
(-): Gigi abutment sebaiknya (-): Kekuatan lebih rendah dilapisis porselen
menggunakan bahan yang dibandingkan metal keramik
ama dengan pontiknya agar
pembuatannya lebih mudah,
karena bahan ini merupakan
kontraindikasi dengan long
span bridge

(Vaeraiyan.2017)
INDIKASI
• Menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang
• Daerah tidak bergigi masih dibatasi oleh gigi asli pada kedua sisinya
• Gigi penyangga harus sehat dan jaringan periodontal adekuat
• Pasien berusia 20-55 tahun
• Keadaan umum dan OH baik
• Resorbsi tulang tidak terlalu besar
• Gigi abutment mampu menerima tekanan pontik
• oklusi baik
• pasien tidak punya bad habbit

(Susaniawaty et al., 2015; Soeprapto, 2017)


KONTRA INDIKASI
• Pasien yang masih muda, karena ruang pulpa masih besar
• Abutment terdapat kerusakan yang luas
• Abutment tipis dan tidak kokoh
• Pasien yang tidak bisa diajak bekerjasama, seperti pada pasien anak-anak
ataupun pasien yang lanjut usia
• Pada pasien yang secara medis mengalami penyakit seperti kejang-kejang
mendadak atau gangguan otak
•  Pasien yang tidak bisa diadministrasi anestesi lokal (e.g. hipertensi,
gangguan jantung, dll.).
• Pasien yang memiliki risiko karies tinggi serta penyakit periodontal.
• Gigi penyangga mengalami rotasi/tilting – tidak dalam satu bidang sejajar.

(Soeprapto, 2017; Salim S, 2017)


KEUNTUNGAN & KERUGIAN
Keuntungan Kerugian
 Tidak mudah terlepas atau tertelan  Ditempatkan permanen sehigga
 Dirasakan seperti gigi sendiri oleh sulit untuk mengontrol plak
pasien  Dapat menyebabkan peradangan
 Tidak mempunyai clasp (pendekap) mukosa dibawah pontik.
yang dapat menyebabkan keausan
pada enamel gigi
 Melindungi gigi terhadap tekanan
 Dapat mempunyai efek splint
 Mendistribusikan stress (tegangan)
fungsi ke seluruh gigi sehingga
menguntungkan jaringan
pendukungnya

(Bakar A, 2014).
PENATALAKSANAAN
KUNJUNGAN KUNJUNGAN KUNJUNGAN
KUNJUNGAN KEDUA KETIGA KEEMPAT
PERTAMA

• Anastesi
• anamnesa dan • Penatalaksanaa • Mencetak • Preparasi gigi
n dekompresi anatomis abutment
indikasi dan enukleasi
• mencatat warna untuk model • Retraksi gingiva
(setelah jaringan • Pencetakan
gigi dan gingiva kembali normal
studi.
• Simulasi dengan vinyl
• Radiologi (maksimal 6 polisiloxane lalu
• Pasien diminta bulan) dilakukan preparasi diisi menjadi 2
kunjungan ke dengan model hasil cetakan
mengisi tiga. studi.
informed
consent
rencana
perawatan
KUNJUNGAN KUNJUNGAN
KELIMA KEENAM

Lakukan try in GTC.


Hal yang perlu diperhatikan : • Jika tidak ada keluhan selama
1. Tidak ada traumatik oklusi 1 minggu, GTC kemudian
dilepas, dilihat gingiva di sekitar
2. Kontak proksimal antara tepi GTC, jika tidak ada bagian
bridge dengn gigi sebelahnya yang terlalu menekan gingiva
3. Estetik GTC disementasi dan tidak ada peradangan.
Kemudian dilakukan insersi
sementara lalu 1 minggu dengan semen permanen.
setelahnya GTC disementasi • Instruksikan pada pasien untuk
permanen menjaga kebersihan gigi dan
mulutnya, tidak makan atau
menggigit makanan yang keras
dahulu, bila ada keluhan rasa
sakit segera kontrol.
KUNJUNGAN KUNJUNGAN
KETUJUH KEDELAPAN

Seminggu Setelah
Insersi • 3 Bulan Setelah Insersi

• Dilakukan
Dilakukan Pemeriksaan
Pemeriksaan • Subjektif & Objektif
Subjektif & Objektif
PENATALAKSANAAN KISTA SEBELUM PEMASANGAN
GTC
Kista < 5 mm Kista > 5 mm

Eksisi primer
 perawatan endodontik non
bedah,
 exodonsia,
 dekompresi,
 enukleasi,
 marsupialisasi.
Perawatan terbaik yang dapat
dilakukan berdasarkan skenario
adalah dekompresi dan enukleasi.

(Susaniawaty Y. 2015)
PENATALAKSANAAN DEKOMPRESI DAN
ENUKLEASI

• tabung tersebut
• merendam diarahkan ke lesi • prosedur
pembuatan GTC
tabung dengan dapat dilakukan
dekompresi ke • lakukan
melakukan setelah trauma dan
dalam larutan pemutaran ke enukleasi kondisi jaringan
klorheksidin akibat proses
dalam lesi dekompresi dan
0,12% selamat enukleasi kembali
15 menit agar normal.
steril • Berdasarkan
diameter pada
skenario, proses
tersebut memakan
waktu maksimal 6
bulan.

(Kadam et al., 2014; Hosn et al., 2019; Susaniawaty, 2015; Bakar, 2012; Salim S, 2017).
Yang harus diperhatikan dalam perencanaan desain GTC

Bentuk Posisi Warna

Harus dapat memperhatikan Penyesuaian warna dengan gigi


Bentuk dari gigi alami digunakan
posisi gigi alami yanga akan asli tidaklah mudah karena harus
sebagai acuan agar dapat
digantikan dan juga mempertimbangkan sumber
diperoleh keselarasan dengan
memperhatikan kondisi jaringan cahaya, mata operator, lama
kondisi jaringan sekitar
sekitar agar terjadi keselarasan waktu pengamatan, dan juga latar
dengan lengkung gigi secara belakang atau kondisi ruangan
keseluruhan sekitar

(Susaniawaty Y. 2015)
DAFTAR PUSTAKA
Bakar A. 2015. Kedokteran Gigi Klinis Edisi 2. Yogyakarta: CV. Quantum Sinergis Media.
Dahar, E. 2011. Gigi Tiruan Jembatan untuk Gigi Molar Kedua Rahang Bawah yang Hilang Melibatkan Molar Ketiga
sebagai Gigi Penyangga. Dentika Dental Journal; 16(1): 78-79.
Hosn MA, et al. 2019. Decompression and Enucleation of A Mandibular Radicular Cyst, Followed by Bone
Regeneration and Implant-Supported Dental Restoration. Hindawi; 2019.
Ireland, Robert. 2015. Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC.
Kadam NS, et al. 2014. Management of Large Radicular Cyst by Conservative Surgical Approach. A Case Report.
Journal of Clinical and Diagnostic Research; 8(2): 239-241.
Lakshmi S. 2018. Preclinical Manual of Prosthodontics. 3rd edition. India: Elsevier.
Laoh MH, Siagian KV, R Ticoalu SH. 2016. Status Gingiva pada Pasien Pengguna Gigi Tiruan Cekat di RSGM
PSPDG Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Jurnal e-GiGi (eG); 4(2): 196-197.
Lunardhi LC. 2017. Replace The Missing Teeth with Implant or Denture. EC Dental Science; 13(4): 162-167.
Prajitno HR. 2015. Ilmu Geligi Tiruan Jembatan. Pengantar Dasar dan Rancangan Pembuatan. Makassar Dent J;
4(6).
Salim S. 2017. Gigi Tiruan Jembatan Fixed Dental Prothesis. Surabaya: Airlangga University Press.
Shillingburg HT, et al. 2012. Fundamental of Fixed Prosthodontics. 4 th ed. USA: Quinntessence Publishing Co. Inc.
Singh S, et al. 2015. Treatment Planning for Fixed Partial Dentures. International Journal of Oral Health and Medical
Research; 2.
Soeprapto A. 2017. Pedoman dan Tatalaksana Praktik Kedokteran Gigi. Yogyakarta: STPI Bina Mulia.
Subhashini MHR, Abirani G, Jain AR. 2018. Abutment Selection in Fixed Partial Denture – A Review. Drug Invention
Today; 10(1): 1-4.
Susaniawaty Y, Utama MD. 2015. Kegagalan Estetik pada Gigi Tiruan Cekaat. Makassar Dent J; 4(6): 193-198.
Vaeraiyan DN. 2017. Textbook of Prosthodontics 2nd Edition. New Delhi : Jypee Brothers Medical Publisher.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai