Anda di halaman 1dari 30

PATOLOGI SISTEM SYARAF

By

Dr. DAVID, MM
KEJANG DEMAM
Kejang demam:
 Bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh ( suhu rektal > 38 C) yang disebabkan oleh
suatu proses ektra kranium.
Klasifikasi
Kejang demam dibagi atas 2 golongan:
 Kejang demam sederhana
Berlangsung < 15 menit dan umum

 Kejang demam kompleks


Berlangsung > 15 menit, fokal, multiple
( lebih dari 1 kali kejang dalam 24 jam).
Epidemiologi
 Amerika Serikat, Amerika Selatan, dan
Eropa Barat 2-4%
 Asia (Indonesia) lebih tinggi
 20 % kasus kejang demam kompleks
 Biasanya muncul pada tahun ke dua
kehidupan (17-23 bulan)
 Sering pada anak laki-laki dibanding anak
perempuan
Faktor resiko
 Demam
 Riwayat kejang demam pada orang tua/
saudara kandung
 Tumbuh kembang terlambat
 Masalah pada neonatus
 Anak dalam perawatan khusus
 Hiponatremi
Etiologi
 Belum diketahui pasti
 Biasanya sering disebabkan demam
akibat:
- ISPA
- OMA
- Pneumonia
- GEA
- ISK
Manifestasi Klinis
 Umumnya kejang demam berlangsung
singkat, berupa serangan kejang klonik
atau tonik klonik bilateral

 Biasa
terlihat mata terbalik ke atas disertai
kekakuan dan kelemahan, gerakan
sentakan berulang tanpa didahului
kekakuan, atau hanya sentakan fokal
Manifestasi Klinis ( Con’t)
 Sebagian besar kejang berlangsung < 6
menit dan < 8 % berlangsung > 15 menit.
Sering kejang berhenti sendiri. Setelah
kejang berhenti, anak tidak bereaksi
apapun untuk sejenak, tetapi setelah
beberapa menit anak terbangun dan sadar
kembali tanpa defisit neurologis.
 Dapat diikuti hemiparesis sementara
beberapa jam sampai beberapa hari
Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan LCS dengan Lumbal Pungsi
 EEG
 Lab darah untuk mengevaluasi sumber
infeksi
Diagnosis Banding
 Penyebab lain kejang yang disertai
demam harus disingkirkan, khususnya
meningitis atau ensefalitis.
 Lumbal pungsi terindikasi bila ada
kecurigaan klinis meningitis.
 Adanya sumber infeksi seperti OMA tidak
menyingkirkan meningitis dan jika pasien
telah mendapatkan antibiotika maka perlu
pertimbangan lumbal pungsi.
Penatalaksanaan
 Pengobatan fase akut
 Mencari dan mengobati penyebab
 Pengobatan profilaksis terhadap
berulangnya kejang demam.
Pengobatan fase akut

 Miringkan anak untuk mencegah aspirasi


ludah/muntahan.
 Bebaskan jalan nafas utk menjamin
oksigenisasi
 Awasi vital sign
 Kompres air dingin dan antipiretik
Pengobatan fase akut
(Con’t)
 Diazepam iv 0,3-0,5 mg/kgBB/kali
 Atau Diazepam intrarektal 5 mg (BB<10
kg) atau 10 mg (BB>10 kg)
 Fenobarbital 8-10 mg/kgBB/hari > hari I
dan II
 Fenobarbital 4-5 mg/kgBB/hari > hari
selanjutnya.
Mencari dan mengobati
penyebab

 Pemeriksaan LCS utk menyingkirkan


kemungkinan meningitis
 Diutamakan pada pasien kejang demam
pada serangan pertama
Pengobatan Profilaksis
 Profilaksis
intermitten saat demam
- Diazepam iv 0,3-0,5 mg/kgBB/hari

 Profilaksisterus menerus dengan


antikonvulsan setiap hari
- Fenobarbital 4-5 mg/kgBB/hari, atau
- Asam Valproat 15-40 mg/kgBB/hari
Pengobatan Profilaksis (Con’t)
Profilaksis terus menerus dapat diberikan bila ada 2 dari
4 kriteria di bawah ini:
1. Ada defisit neurologis.
2. Kejang demam > 15 menit, fokal, atau
diikuti kelainan neurologis sementara
atau menetap.
3. Riwayat kejang tanpa demam pada orang tua atau
saudara kandung.
4. Kejang demam pada bayi < 12 bulan
Prognosis
 Dengan penanggulangan yang tepat dan
cepat, prognosisnya baik dan tidak
menyebabkan kematian.
 Frekuensi berulangnnya kejang berkisar
antara 25-50%, umumnya terjadi pada 6
bulan pertama.
 Resiko untuk mendapatkan epilepsi
rendah.
MENINGITIS
Meningitis Bakterial:
 Suatu peradangan pada selaput otak, ditandai dengan
peningkatan jumlah sel PMN dalam LCS dan terbukti
adanya penyebab infeksi dalam LCS.
Patogenesis
Infeksi dapat mencapai otak melalui:
 Aliran darah (hematogen) dari infeksi
tempat lain.
 Perluasan lanngsung dari infeksi
(perkontinuitatum)
 Implantasi langsung
 Aspirasi/transplasental pada neonatus
Manifestasi Klinis
 Gambaran umumnya tidak khas
 Pada BBL dan prematur memiliki
gambaran klinis tidak khas. Demam pada
½ kasus. Biasanya pasien tampak lemah
dan malas, tidak mau minum, muntah,
kesadaran menurun, ubun2 menonjol,
leher lemas, respirasi irreguler, kadang
disertai ikterus dan sepsis.
Manifestasi Klinis ( Con’t)
 Pada bayi 3 bulan-2 tahun terdapat
demam, muntah, gelisah, kejang
berulang, high pitched cry, ubun2
membonjol. Pada kondisi demam terus
menerus yang tidak dapat diterangkan
penyebabnya perlu dicurigai adanya
meningitis.
Manifestasi Klinis (Con’t)
 Pada anak besar kadang terdapat gambaran
klasik demam, mengigil, muntah, dan nyeri
kepala. Kadang gejala pertama adalah kejang,
gelisah, gangguan tingkah laku. Penurunan
kesadaran dapat terjadi. Tanda klinis yang biasa
didapat adalah kaku kuduk, Brudzinzki (+), dan
Kernig.

 Saraf kranial yang mengalami kelainan adalah N


VI, VII, dan IV.
Pemeriksaan Penunjang
 Lumbal Pungsi
Pada fase akut ditemukan PMN 95 %,
peningkatan kadar protein 75 %, dan
penurunan kadar glukosa 20 %.
 Pewarnaan Gram LCS utk terapi awal.
 Kultur dan uji resistensi utk menentukan
terapi yang tepat.
Komplikasi

 Ventrikulitis,
efusi sub dural, gangguan
cairan dan elektrolit, meningitis berulang,
abses otak, paresis/paralisis, tuli,
hidrosefalus, retardasi mental, epilepsi.
Penatalaksanaan
 Cairan intravena
 Koreksi gangguan asam basa dan
elektrolit
 Atasi kejang
 Kortikosteroid
Dexametason 0,6 mg mg/kgBB/hari
 Antibiotik
Setelah ada hasil biakan dan uji resistensi
Prognosis
 Semakin muda usia serangan semakin
buruk prognosisnya.
ENCEPHALITIS
Encephalitis adalah peradangan jaringan
otak yang dapat disebabkan oleh bakteri,
virus, jamur, protozoa, ataupun ricketsia
TANDA DAN GEJALA
1. Demam
2. Sakit kepala biasanya pada bayi disertai
jeritan
3. Pusing
4. Muntah
5. Nyeri tenggorokan
6. Malaise
7. Nyeri ekstremitas
8. Pucat
9. Halusinasi
10. Kaku Kuduk
11. Kejang
12. Gelisah
13. Iritabel
14. Gangguan Kesadaran

Penatalaksanaan encephalitis sama halnya


dengan meningitis
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai