Anda di halaman 1dari 31

KNEE

Kelompok 4
Dhira Rahma Fadila
Heldo Sabri
M. Alif Faruq
Rafiqoh Nur H
Ruth Golda M
Membahas:
1. Anatomi & Sendi di Knee
2. Tibiofemoral Joint
3. Patellofemoral Joint
4. Analisa Gerak Lutut
5. Gangguan Jalan Akibat Penyimpangan Tibiofemoral &
Patellofemoral
ANATOMI
Tulang
Pembentuk
Knee Joint
1. Os. Femur ( Condylus
Medial dan Condylus
Lateral)

2. Os. Tibia (Condylus Tibia)

3. Os. Patella
Ligamen-
ligamen pada
Knee
 Anterior Cruciate Ligament

 Posterior Cruciate Ligament

 Lateral Collateral Ligament

 Medial Collateral Ligament

 Patellar Ligament
Meniscus
 Meniscus Lateral

 Meniscus Medial
A. Group Of Quadricep Muscle (Extensor Muscles)

Otot Penggerak
Knee Joint
B. Group of Hamstring Muscle (Flexor Muscles)

Otot Penggerak
Knee Joint
TIBIOFEMORAL JOINT
Osteokinematic

– Hinge joint dengan gerak rotasi ayundalam bidang sagital sebagai fleksi-
ekstensi, rotasi spin pada posisi menekukdalam bidang transversal sebagai
rotasiinternal dan eksternal.
– Pada ekstensi terakhir terjadi rotasieksternal tibia yang dikenal closedrotation
phenomen.
– Disamping itu juga terjadi gerak valgus
– Ostheokinematik
– Fleksi
– Ekstensi
– Rotasi eksternal
Arthrokinematic

– Traksi dan kompresi dengam arah caudal-cranial searah sumbu longitudinal


tibiae.
– Translasi ke dorsal saat fleksi dan ke ventral saat ekstensi.
– Translasi medial dan lateral terjadi saat fleksi-ekstensi
– Saat fleksi, posterior rolling dan anterior sliding
– Saat ekstensi, posterior sliding dan anterior rolling
MLPP dan CPP
– ROM : 0– 10 derajat hard end feel, oleh pembatasan tulang
Traksi dan Translasi
– Traksi tibia kedistal searah as longitudinal
– Translasi tibia ke posterior
TIBIOFEMORAL JOINT
Tibiofemoral joint
– Plane sinovial joint antara caput fibulae dengan tibia.
– Gerakan karena pengaruh gerak Ankle joint ke cranial dorsal.
– 10 % populasi kapsul sendinya menyatu dengan tibiofemoral
Osteokinematik
– Fleksi
– Ekstensi
– Rotasi eksternal
Arthrokinematic
– Traksi dan kompresi dg arahcaudal-cranial searah sumbulongitudinal tibiae.
– Translasi ke dorsal saat fleksi danke ventral saat ekstensi.
– Translasi medial dan lateralterjadi saat fleksi-ekstensi
– Saat fleksi, posterior rolling dan anterior sliding
– Saat ekstensi, posterior sliding dan anterior rolling
ANALISIS GERAK
GERAK PASIF FLEKSI
– Posisi terlentang hip fleksi 90°
– ROM : 0 – 160° soft end feel, oleh penekanan jaringan lunak.
– Dapat ditambah valgus dan rotasi pada Fleksi penuh sehingga tumit di lateral
trochantor major.
– Traksi tibia ke distal searah as longitudinal
– Translasi tibia ke posterior
GERAK PASIF HYPER
EXTENSION
– Posisi terlentang: ROM : 0 – 10° hard end feel, oleh pembatasan tulang.
– Penguncian dengan rotasi eksternal.
– Terjadi gerak valgusTranslasi tibia ke anterior
GERAK PASIF ROTASI MEDIAL GERAK PASIF ROTASI LATERAL
TIBIA DLM FLEXION TIBIA DLM FLEXIONROM
ROM : dg elastic end feel oleh ROM : dg elastic end feel oleh
ketegangan ligament Pada gerak ini harus di isolasi gerak
Posisi telungkup 90° knee flexion inversi dan inversi pergelangan kaki
Posisi duduk pinggir bed 90° knee
flexion
ISOMETRIC KNEE FLEXION ISOMETRIC KNEE EXTENSION
– Posisi terlentang 60° knee flexion – Posisi terlentang Knee semi flexion.
– Gerak lutut menekuk, Oleh mm. – Gerak lutut lurus, oleh m.
hamstring,(m. bicepsfemoris, m. quadriceps. (m. Rectus femoris, m.
semimembranosus dan m. vastus medialis, m. vastus
semitendinosus), m. gracilis, m. intermedius dan m. vastus
sartorius, m. popliteus dan m. lateralis).
gastrocnemius.
ISOMETRIC ROTASI INTERNAL ISOMETRIC ROTASI EKSTERNAL
– Posisi terlentang 90° knee flexion – Gerak rotasi tibia ke medial oleh m.
– Posisi duduk pinggir bed 90° knee biceps femoris dan m. tensor fascia
flexion latae

– Gerak rotasi tibia ke lateral, oleh


m. sartorius, m. semitendinosus,
m. semimembranosus, m. gracilis
dan m. popliteus
Gangguan jalan pada
tibiofemoral dan
patellofemoral
Selama berjalan, beban yang melewati sendi lutut tidak ditransmisikan secara seimbang antara
kompartemen medial dan lateral. Beban pada kompartemen medial sekitar 2,5 kali lebih besar
daripada beban pada kompartemen lateral.
Patellofemoral pain syndrome

Penyebab:
penyebab pastinya tidak jelas, namun, dokter beranggapan penyebab utamanya
adalah benturan keras pada sendi lutut, tulang rawan dan ligamen yang tertekan
yang dapat menyebabkan nyeri dan degenerasi.
– Berlebihan menggerakkan otot dan sendi.
– Cedera, termasuk pergeseran atau retak, juga bisa menyebabkan nyeri
patellofemoral.
Penyakit ini umumnya menyerang atlet yang membutuhkan kekuatan kaki
seperti berlari dan melompat. Anda mungkin terkena penyakit ini bila:
– Berpartisipasi dalam olahraga termasuk lari dan melompat.
– Terlalu meregangkan otot paha dan tendon .
– Ketidakseimbangan antara otot dan paha.
Untuk mendapatkan kesimpulan yang tepat, dokter harus menggunakan
metode:
– X-ray: membantu dokter melihat posisi tulang, namun sulit melacak posisi
jaringan.
– CT scan: membantu dokter mengidentifikasi jaringan dan tulang; tetapi
membuat pasien lebih terpapar radiasi daripada X-ray.
– MRI (magnetic resonance imaging)
Gaya hidup dan pengobatan rumahan di bawah ini mungkin dapat membantu
mengatasi nyeri patellofemoral:
– Minum obat sesuai saran dokter.
– Hentikan aktivitas yang menyebabkan nyeri. Mulai secara hati-hati.
– Lanjutkan terapi fisik yang membantu pemulihan lutut, otot hamstring dan
paha.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai