Anda di halaman 1dari 46

Journal reading

Cardiovascular Disease Risk Factor Prevalence And Estimated


10-year Cardiovascular Risk Scores In Indonesia:
The Smarthealth Extend Study

Oleh :
Athaya Fadhillah (1940312158)
M Hasbi Siddiq Eel T (1940312159)
Nadia Rizki Shabrina (1940312112)
Rizka Karima Husfa (1940312114)
Nurul Gina Fadlillah (1940312115)
 
 
Preseptor:
dr. Rita Hamdani, Sp.JP(K)
Cardiovascular Disease Risk Factor Prevalence And Estimated
10-year Cardiovascular Risk Scores In Indonesia:
The Smarthealth Extend Study

01 Pendahuluan 04 Desain Studi

02 Subjek dan Metode 05 Pengumpulan Data

Studi Populasi dan


03 Lingkungan 06 Hasil & Diskusi
Pendahuluan

Penyakit jantung iskemik dan stroke adalah penyebab utama kematian di negara-negara berpenghasilan
menengah dan disability-adjusted life years di sebagian besar negara

Tahun kehidupan yang hilang karena kematian dini akibat penyakit jantung koroner (PJK) dan
penyakit serebrovaskular diperkirakan 3.299 dan 2.555 tahun yang hilang / 100.000

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa tingginya beban pjk dan stroke pada populasi
indonesia disebabkan oleh faktor risiko vaskular yang dapat dicegah, terutama hipertensi,
obesitas, dislipidaemia dan penggunaan tembakau aktif

Data dari indonesian family life survey (IFLS4), menemukan bahwa kurang dari sepertiga orang
indonesia dengan risiko kardiovaskular sedang hingga tinggi tidak menerima pengobatan yang
tepat
CARDIOVASCULAR DISEASE

1/3
KEMATIAN DI INDONESIA
Data from Indonesian Family Life Survey

<1:3
TIDAK MENDAPATKAN
PENGOBATAN
FACT

Orang yang memiliki pendapatan perkapita lebih tinggi,


lebih mampu mendapatkan perawatan dan pengobatan
yang layak

Kesenjangan geografis  rural area lebih sedikit


mendapatkan pengobatan CVD

Tidak adanya Universal Healthcare Insurance


merupakan salah satu alasan terjadinya ketidakadilan
dalam pengobatan CVD
Pendahuluan

Menanggapi hal tsb pemerintah indonesia meluncurkan asuransi kesehatan nasional, jaminan
kesehatan nasional (JKN), pada 2014 dengan mendaftarkan seluruh populasi indonesia (275,5
juta orang) di JKN pada 2019. Pada agustus 2018, 200 juta orang sudah terlindungi.

Untuk penyakit tidak menular, kementerian kesehatan menyelenggarakan kegiatan promosi


kesehatan melalui program dengan melibatkan masyarakat yang disebut pos pelayanan terpadu
(posbindu)

Posbindu berfokus pada peningkatan kesadaran publik, skrining awal dan deteksi dini dari
penyakit tidak menular.

Namun, terlepas dari langkah-langkah ini, ada informasi yang tidak memadai tentang kesehatan
kardiovaskular di indonesia untuk perencanaan tanggapan layanan selanjutnya.

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menentukan distribusi
faktor risiko CVD dan risiko CVD di masyarakat dengan tingkat
urbanisasi yang berbeda, dan subkelompok yang mewakili berbagai
karakteristik sosiodemografi.

Subjek dan metode

Studi ini menerima persetujuan etika dari komite


etik, kementerian riset, teknologi, dan pendidikan
tinggi, fakultas kedokteran universitas brawijaya
(330 / EC / KEPK / 08/2016) dan telah terdaftar di
clinical trial registry of india (CTRI / 2017) /
08/009387).

Informed consent tertulis diperoleh dari semua


peserta yang berkontribusi data untuk analisis.
Studi populasi dan lingkungan

 Penelitian smarthealth extend adalah implementasi dari kesehatan digital


yang memungkinkan intervensi perawatan primer di kabupaten malang,
provinsi jawa timur, indonesia.

 Penelitian saat ini dilakukan di antara orang dewasa berusia 40 tahun ke


atas pada perkotaan, semi-perkotaan dan pedesaan di kabupaten malang.

 Sensus penduduk indonesia tahun 2000 dan 2010 mengklasifikasikan


desa sebagai area kota jika semua kriteria berikut dipenuhi:
 I) kepadatan populasi minimal 5.000 orang / km 2;
 ii) 25% atau kurang dari jumlah rumah tangga yang bekerja di
sektor pertanian; dan
 iii) sepuluh atau lebih fasilitas perkotaan spesifik (mis. Sekolah dan
rumah sakit) ada.
Studi populasi dan lingkungan
 Kawasan pedesaan adalah wilayah dengan sektor yang terbesar adalah
pertanian, dan kurang dari 10 fasilitas perkotaan ada.

 Kategori dari 'semi-urban' termasuk daerah dengan kepadatan penduduk


kurang dari daerah perkotaan, tetapi mayoritas penduduk bekerja di sektor
non-pertanian.
Studi populasi dan
lingkungan
• Malang adalah kabupaten terbesar kedua di provinsi jawa timur. Luasnya
meliputi 3.535 kilometer persegi, dengan titik berat pertanian pada padi
dan tebu.

• Total populasi malang adalah 2.544.315 tersebar di 33 kecamatan, 390


desa dan 3.125 lingkungan masyarakat.

• Malang dipilih untuk penelitian ini karena wilayahnya dapat mewakili


distribusi perkotaan, semi perkotaan dan pedesaan yang terlihat di
berbagai wilayah indonesia.
Studi populasi dan
lingkungan
• Delapan desa dipilih (karangduren, kendalpayak, kepanjen,
cepokomulyo, sidorahayu, mendalanwangi, sepanjang, dan
majangtengah) yang mewakili berbagai wilayah, pekerjaan sebagian
besar penduduk, kedekatan dengan pabrik tembakau, kepadatan
penduduk, dan jumlah kader (tenaga kesehatan sukarela) (gambar 1,
tabel s1).

• Setiap wilayah dikategorikan sebagai perkotaan (karangduren,


kendalpayak, kepanjen, dan cepokomulyo), semi-perkotaan (sidorahayu
dan mendalanwangi), atau pedesaan (sepanjang dan majangtengah).

• Semua orang dewasa berusia 40 tahun atau lebih tua di delapan wilayah
dilibatkan dalam penelitian ini.
Wilayah sasaran
Desain studi
• Data dikumpulkan dari januari 2016 hingga maret 2016.

• Penelitian ini adalah studi cross-sectional berbasis


komunitas di mana data dikumpulkan dengan sarana
wawancara dan pengambilan pengukuran fisik.
Pengumpulan Data
• Status demografik
• Status sosio-ekonomik
• Riwayat penyakit
• Riwayat penyakit keluarga
• Status merokok
• Level aktivitas fisik
• Pengukuran antropometri (TB, BB, BMI)
Pengumpulan data

Wawancara

Tiga pembacaan tekanan darah


dilakukan tiga kali dalam interval 5
menit setelah 5 menit istirahat dalam
posisi duduk dengan memposisikan Pengukuran antropometrik termasuk
lengan, nilai rata-rata digunakan untuk tinggi badan, berat badan, dan indeks
analisis data. massa tubuh (BMI). Pengukuran tinggi
badan akurat hingga 1 cm dan
pengukuran berat badan hingga 1 kg.

Tekanan darah dan detak jantung diukur


menggunakan sphygmomanometer digital BMI dihitung sebagai berat badan
(OMRON HEM-7130 buatan jepang) (kg) dibagi dengan tinggi badan
dengan manset ukuran yang sesuai kuadrat (m2).
mengikuti standar prosedur yang
direkomendasikan.
10yr Cardiovaskular Risk
Kategori risiko terdari dari:

Hipertensi Obesitas
Memiliki riwayat hipertensi yang BMI >30kg/m2
telah terdiagnosa oleh dokter,
dalam pengobatan hipertensi, atau
memiliki tekanan darah sistolik
≥140mmHg dan/atau diastolik
≥90mmHg. Diabetes mellitus
memiliki riwayat diabetes melitus
Status merokok yang telah terdiagnosa oleh dokter,
status perokok aktif, bekas dalam pengobatan diabetes melitus,
perokok atau bukan perokok atau memiliki nilai glukosa darah
sewaktu ≥200mg/dL
10yr Cardiovaskular Risk

High risk (±30%)


jika memiliki:
Kalkulasi 10yr risk
•penyakit jantung coroner
•stroke atau penyakit cardiovaskular :
aterosklerotik kriteria WHO
Tatalaksana

Tatalaksana risiko tinggi kardiovaskular : orang dengan pengguna


anthipertensi, pengguna obat penurun lipid seperti obat diabetes
mellitus dan obat antiplatelet.
Analisis statistik
Metode stratified analysis

Umur Jenis kelamin

Strata pendidikan Status pernikahan

Pekerjaan Status obesitas


HASIL
Karakteristik populasi

Jumlah responden: 22.093 individu


(99.24% )
Perkotaan: 10.209
Pinggir kota: 4.228
Pedesaan: 7.656
Karakteristik populasi
01 Jenis Kelamin
Perempuan (56,6%)

02 Strata Pendidikan
Sekolah Dasar (60,7%)

03 Status pernikahan
Menikah (80% )

04 Pekerjaan
Pengangguran (34,5%)
Karakteristik populasi
05 Umur
Rata-rata 54,9±10,7 th (Puncak: 45-49th)

06 Rata-rata TD sistolik
140.3

07 Rata-rata TD diastolik
88.4

08 GDS
126
Karakteristik populasi
09 Status merokok
Bukan perokok (63,7%)

10 Riwayat kardiovaskular
3.4%
Prevalensi Risiko Kardiovaskular
• Hipertensi 55,8%,
• Obesitas 14,4%, Your Picture Here

• Diabetes 9,8%
• Hipertensi dan diabetes  paling tinggi di daerah
perkotaan, diikuti oleh daerah semi-perkotaan dan
pedesaan.
• Obesitas paling banyak ditemukan di daerah semi-
perkotaan.
• Prevalensi risiko tinggi kardiovaskular dalam 10 tahun
yang tertinggi adalah di daerah perkotaan dan terendah
di daerah pedesaan
HASIL
Berdasarkan penelitian didapatkan

Jumlah Responden Daerah

29.2%
31.6% 28,7% di urban
26,6% di rural
HIGH RISK
Coronary heart
disease
Stroke or other
atherosclerotic Urban
disease
Prevalensi 10-year CVD risk lebih tinggi pada :
• Usia yang lebih tua, dan lebih jelas pada
tinggal di daerah perkotaan.
• Perempuan di daerah perkotaan daripada di
daerah semi-perkotaan dan pedesaan.
• Tingkat pendidikan yang lebih rendah
• Janda
• Pengangguran
• Obesitas.
• Pada analisis regresi logistik multivariabel,
kovariat risiko tinggi kardiovaskular dalam 10-
tahun adalah usia, area tempat tinggal, status
pekerjaan dan adanya obesitas.
• Responden di daerah semi-perkotaan dan
perkotaan memiliki peluang lebih tinggi untuk
memiliki risiko kardiovaskular daripada di daerah
pedesaan.
• Pegawai pemerintahan, pekerja sektor swasta,
wiraswasta, dan pengangguran lebih mungkin
memiliki risiko kardiovaskular yang tinggi daripada
pekerja biasa.
• Responden yang obesitas memiliki kemungkinan
85% lebih besar untuk memiliki risiko
Pengobatan Hipertensi
• Penduduk daerah perkotaan
lebih mungkin menerima terapi
penurunan tekanan darah dan
statin daripada penduduk
daerah semi-perkotaan dan
pedesaan, dan perbedaannya
signifikan secara statistik (p
<0,001).
• Namun, perbedaan yang
signifikan itu tidak muncul pada
tatalaksana pencegahan yang
optimal.
HASIL
Berdasarkan penelitian didapatkan

Jumlah Responden Treatment Treatment Treatment

29.2% 11% 1% 0,26%


(6453) (774) (95) (17)

HIGH RISK
Coronary heart Mendapatkan
disease pengobatan
Anti Statin
Stroke or other optimal
hipertensi (antiplatelet +
atherosclerotic
statin)
disease
DISKUSI
Penelitian ini mendapatkan risiko tinggi penyakit kardiov
askular di Malang cukup banyak
Menggunakan sistem skor WHO/ISH

Hampir 30% dari populasi dan


berusia 40 tahun ke atas
Temuan pada Penelitian Lain
Prevalensi risiko tinggi penyakit kardiovaskular 10-tahun dengan skor WHO/ISH

India Malaysia Kamboja


10.2% dari 20.8% dari 10.4% dari
populasi dan populasi populasi
berusia 40 tahun
ke atas
Temuan pada Penelitian Lain
Prevalensi risiko tinggi penyakit kardiovaskular 10-tahun dengan skor WHO/ISH

Dari populasi yang


33% berusia 40-64 tahun

Mongolia
Prevalensi risiko tinggi penyakit
kardiovaskular terbanyak adalah Your Picture Here
pada penduduk kota jika
dibandingkan dengan penduduk
semi-perkotaan dan penduduk
pedesaan

Urbanisasi dikaitkan dengan


insiden penyakit
kardiovaskular yang lebih
tinggi
Urbanisasi Penduduk Indonesia

2010 2035
Setengah Diperkirakan terjadi
masyarakat peningkatan
Indonesia (55%) hingga 66%
sudah tinggal di masyarakat
perkotaan Indonesia sudah
tinggal di
perkotaan
Perokok di Indonesia
Berdasarkan penelitian didapatkan

Perokok Aktif Bekas Perokok

26.6% 9.6%
Perokok aktif yang
merokok kurang dari
20 tahun memiliki
Orang dewasa risiko lebih tinggi
di Indonesia Orang dewasa
yang berusia di Indonesia
>40 tahun adalah bekas Risiko pada bekas
adalah perokok perokok perokok 2x dibanding
aktif bukan perokok
Diskusi Hasil Penelitian

1 dari
11% 370
1% UPAYA
Dari total • Optimalisasi
responden Dalam Dari total
pengobatan responden sistem layanan
mengonsum
si penurun yang oprtimal mengonsum kesehatan
si statin
tekanan • Posbindu
darah • Penyampaian
informasi
• Memperbaiki
kesenjangan
sosial
Kelebihan Keterbatasan

• Partisipasi responden yang • Potensi terjadinya bias


tinggi, hanya 168 dari 22.261 • Hanya dilakukan di satu kota
yang tidak dimasukkan di Indonesia
datanya
• Wawancara dan pemeriksaan
fisik dilakukan oleh pihak
terlatih
• Tata cara pengukuran TB,
BB, dan TD mengikuti
protocol standar
KESIMPULAN

1. Risiko tinggi penyakit kardiovaskular sering terjadi di Kota Cardiovascular Disease Risk
Malang, dengan hampir 30% orang dewasa berusia 40 tahun Factor Prevalence And
ke atas berisiko tinggi terkena penyakit kardiovaskular.
2. Hanya 24% dari mereka yang berisiko tinggi yang
Estimated
mendapatkan pengobatan 10-year Cardiovascular Risk
3. Perlunya peningkatan kesadaran dan program skrining Scores In Indonesia: The
4. Mempertahankan status individu risiko rendah penyakit Smarthealth Extend Study
kardiovaskular.
Thank you
Taqabbalallahu Minna Wa Minkum

Anda mungkin juga menyukai