Oleh:
Agani Salsabila, S.Ked
Agilandiswary Kumaran, S.Ked
Ruli Bashiroh Habibah, S.Ked
M. Ridho Novtriawan Algifari, S.Ked
Nurul Ramadhanty Aditya Putri, S.Ked
Ilona Anaisela Salsabila, S.Ked
31 Desember 2019, WHO China Country Office melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui
etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina.
Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan Sars-CoV-2.
Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam,
batuk dan sesak napas.
Jumlah kasus positif di Indonesia sebanyak 12.438 dengan jumlah kematian 895 kasus. Di Indonesia
persentase kesembuhan terbilang rendah dibanding kesembuhan di dunia (3,4%) yaitu 1,8%.
Saat ini belum terdapat bukti untuk rekomendasi pengobatan antivirus pengobatan infeksi COVID-19, namun
WHO menyatakan terdapat beberapa pengobatan yang dalam masa uji coba untuk meningkatkan kesembuhan
dari pasien COVID-19 salah satunya adalah antivirus berupa lopinavir, ritonavir, favipiravir dan remdesivir.
Maka dari itu perlu dilakukan peninjauan kembali mengenai potensi obat-obat tersebut sebagai antivirus
untuk COVID-19.
DEFINISI COVID-
19
COVID-19 (Coronavirus Disease 2019)
Penyakit menular yang disebabkan oleh jenis
virus corona virus yang baru ditemukan pada
Desember 2019 di Wuhan, Hubei, Tiongkok.
Penyebaran:
Droplet yang dikeluarkan ketika
batuk atau bersin dapat menempel
pada benda berjarak satu meter.
PATOGENESIS & PATOFISIOLOGI
Sars-cov 2 berikatan dengan reseptor seluler ACE2 melalaui Protein spike →
Sars-cov 2 melakukan duplikasi materi genetik dan mensintesis protein-protein
yang dibutuhkan → membentuk virion baru → genom RNA virus akan
dikeluarkan ke sitoplasma sel dan ditranslasikan menjadi dua poliprotein dan
protein struktural → genom virus akan mulai untuk bereplikasi →
Glikoprotein pada selubung virus yang baru terbentuk masuk ke dalam
membran retikulum endoplasma atau Golgi sel → pembentukan nukleokapsid
yang tersusun dari genom RNA dan protein nukleokapsid → Partikel virus
akan tumbuh → vesikel yang mengandung partikel virus akan bergabung
dengan membran plasma untuk melepaskan komponen virus yang baru
PATOGENESIS & PATOFISIOLOGI
Respons Imun yang disebabkan oleh SARS-CoV2
Virus masuk ke dalam sel → antigen virus akan dipresentasikan
kepada APC, yang mempresentasikan MHC → presentasi antigen
menstimulasi respons imunitas humoral dan selular tubuh yang
dimediasi oleh sel T dan sel B yang spesifik terhadap virus → terjadi
pelepasan banyak sitokin dan kemukin → Pada respons imun
humoral terbentuk IgM dan IgG terhadap SARS-CoV
PATOGENESIS & PATOFISIOLOGI
Gejala
Klinis
(berdasarkan
Onset)
GEJALA KLINIS
(berdasarkan keberatan gejala)
DIAGNOSIS
Kategori
Pasien
COVID-19
MANAGEMEN KLINIS
TERAPI
TANPA GEJALA GEJALA GEJALA
GEJALA RINGAN SEDANG BERAT
◦ Waktu paruhnya 2-5,5 jam, dan memanjang pada dosis tinggi (≥ 800 mg).
◦ Dosis 1600 mg pada hari pertama sebagai dosis muatan (loading dose) diikuti
dengan 600 mg, 2 x sehari mulai hari kedua sampai tidak lebih dari 14 hari.
◦ Gejala ringan: bila perlu, faviripavir 600 mg, 2 x sehari selama 5 hari
◦ Gejala sedang dan berat: favipiravir, loading dose 1600 mg, 2 x sehari, hari
pertama, dan selanjutnya 600 mg 2 x sehari (hari ke 2-5)
Interaksi obat
Efek samping
≥ 1% 0,5 - < 1 % < 0,5 %
Hipersensitivitas Ruam Eksem, pruritus
Hepatik Peningkatan Peningkatan ALP dan
SGOT, SGPT, bilirubin darah
γ-GT
Saluran cerna Diare (4, 79%) Mual, muntah, Perut tidak nyaman,
sakit perut ulkus duodenum,
hematokezia, radang
perut
Hematologi Penurunan Peningkatan jumlah
jumlah neutrofil leukosit dan monosit
dan leukosit serta penurunan jumlah
retikulosit
Efek samping(cont)
Gangguan Peningkatan asam Adanya Penurunan kadar kalium
metabolisme urat dalam darah glukosa dalam dalam darah
(4, 79%) dan darah
trigliserida
Bukti efikasi dan keamanan penggunaan favipiravir pada COVID-19 saat ini masih
sangat terbatas. Penggunaannya memerlukan pertimbangan cermat pada manfaat dan
risiko bagi pasien.
Beberapa uji klinik penggunaan favipirafir pada COVID-19 masih berlangsung atau
dalam perencanaan.
REMDESIVIR
Remdesivir mengalami
konversi metabolic efisien
dalam sel dan jaringan
menjadi metabolit nukleosida
trifosfat aktif yang
menghambat RNA-dependent
RNA polymerase (RdRp)
virus, tetapi tidak
menghambat RdRp pasien.
Dengan demikian remdesivir
menghambat COVID-19 pada
stadium awal replikasi virus.
Penggunaan pada dewasa:
DOSIS Hari pertama, 200 mg IV 1 x sehari (diinfus
selama > 30 menit), sebagai dosis muatan
(loading dose)
Dari beberapa uji in-vitro dan in-vivo, remdesivir menunjukkan aktivitas antivirus yang kuat, dan
juga telah terbukti dapat mengurangi patologi pulmonari (uji in-vitro).
Remdesivir memiliki potensi efikasi klinis terhadap filovirus, termasuk virus Ebola dan SARS-
CoV-2.
Peran remdesivir sebagai obat COVID-19 (cont)
Pengobatan dengan remdesivir intravena menunjukkan perbaikan signifikan untuk kasus COVID-
19 pertama di AS dan kemudian percobaan telah dimulai dengan cepat untuk menilai kemanjuran
dan keamanan remdesivir pada pasien yang dirawat di rumah sakit dengan infeksi COVID-19.
Peran remdesivir sebagai obat COVID-19 (cont)