Anda di halaman 1dari 73

PAJAK PENGHASILAN

PASAL 21/26
BIO DATA
• Nama Reza Kurniawan, SE, MM
• TTL Purbalingga, 17 – 11 - 1971
• Pekerjaan PNS – Kasi Administrasi dan Bimbingan Pemeriksaan
• Kantor Kanwil DJP Kalimantan Timur
Riwayat Pekerjaan :

• 1993 – 1998 Direktorat PPN Kantor Pusat DJP


• 1998 - 2002 KPP PMA Tiga
• 2002 – 2005 KPP Jakarta Sawah Besar
• 2005 – 2007 KPP Jakarta Cakung Dua
• 2007 – 2011 KPP Pratama Jakarta Kramat Jati
• 2011 – 2013 KPP Pratama Jakarta Tebet
• 2013 – 2013 KPP PMA Empat
• 2013 – sekarang Kanwil DJP Kalimantan Timur
Pengertian PPh Pasal 21/26
Pajak Penghasilan
Sehubungan Dengan

• Pekerjaan atau jabatan


• Jasa dan
• Kegiatan
Yang Dilakukan Subjek Pajak Orang Pribadi

Atas Penghasilan Berupa:


Gaji, Upah, Honorarium, Tunjangan, dan Pembayaran lain dengan
nama/bentuk apapun

Subjek Pajak DN Subjek Pajak LN

PPh Pasal 21 PPh Pasal 26


Subyek Pajak Dalam Negeri

Yang dimaksud dengan Subyek Pajak Dalam Negeri (Ps 2 ayat


3 UU PPh) adalah :
1. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang
pribadi yang berada di indonesia lebih dari 183 hari dalam
jangka waktu 12 bulan atau orang pribadi yang dalam suatu
tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat
bertempat tinggal di Indonesia.
2. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di
Indonesia.
3. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan,
menggantikan yang berhak.
Subyek Pajak Luar Negeri

Yang dimaksud dengan Subyek Pajak Luar Negeri (Pasal 2 ayat 4 UU


PPh) adalah :
1. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang
pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam
jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
2. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang
pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam
jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia, yang dapat menerima atau
memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan tidak dari
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk
usaha tetap di Indonesia.
PENGHASILAN
PENGHASILAN TERATUR

• Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai atau penerima


pensiun secara teratur :
• Berupa gaji, uang pensiun bulanan, upah, honorarium premi bulanan,
uang lembur, uang sokongan, uang tunggu, uang ganti rugi, tunjangan
isteri, tunjangan anak, tunjangan kemahalan, tunjangan jabatan,
tunjangan khusus, tunjangan transpot, tunjangan pajak, tunjangan
iuran pensiun, tunjangan pendidikan anak, bea siswa, premi asuransi
yang dibayar pemberi kerja, dan penghasilan teratur lainnya dengan
nama apapun;
PENGHASILAN TIDAK TERATUR

• Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai,


penerima pensiun atau mantan pegawai secara tidak teratur
• Berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, tunjangan cuti,
tunjangan hari raya, tunjangan tahun baru, bonus, premi
tahunan, dan penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya
tidak tetap
• Gratifikasi: uang hadiah kepada pegawai di luar gaji yg telah
ditentukan
• Tantiem: bagian keuntungan yg diberikan kepada direksi
atau dewan komisaris
UPAH DAN UANG SAKU

• Upah harian, upah mingguan, upah satuan, dan


upah borongan yang diterima atau diperoleh
pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, serta
uang saku harian atau mingguan yang diterima
peserta pendidikan, pelatihan atau pemagangan
yang merupakan calon pegawai
UANG PENSIUN

• Uang tebusan pensiun, uang Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari
Tua, uang pesangon dan pembayaran lain sejenis sehubungan
dengan pemutusan hubungan kerja;
HONORARIUM (1)

• Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan


dalam bentuk apapun, komisi, bea siswa, dan pembayaran lain sebagai
imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang
dilakukan oleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri, terdiri dari :
• tenaga ahli, mis: dokter, konsultan, pengacara, notaris
• pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film,
bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, crew film, foto model,
peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan
seniman lainnya,
• olahragawan;
• penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator,
pengarang, peneliti, dan penerjemah
HONORARIUM (2)

• pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan


sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi
dan sosial;
• agen iklan;
• pengawas, pengelola proyek, anggota dan pemberi jasa kepada
suatu kepanitiaan, dan peserta sidang atau rapat;
• pembawa pesanan atau yang menemukan langganan; mis: makelar
• peserta perlombaan;
• petugas penjaja barang dagangan;
HONORARIUM (3)

• petugas dinas luar asuransi;


• peserta pendidikan, pelatihan, dan
pemagangan bukan pegawai atau bukan
sebagai calon pegawai;
• distributor perusahaan multilevel marketing
atau direct selling
Pemotong PPh Pasal 21/26
• pemberi kerja yang terdiri dari:
a. orang pribadi;
b. badan; atau
c. cabang, perwakilan, atau unit, dalam hal yang melakukan sebagian
atau seluruh administrasi yang terkait dengan pembayaran gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain adalah cabang,
perwakilan, atau unit tersebut;
• bendahara atau pemegang kas pemerintah
• dana pensiun, badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan
badan-badan lain
• orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
serta badan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan
penyerahan jasa
• Penyelenggara kegiatan

Pasal 2 ayat (1)


Tidak Termasuk Pemberi Kerja Sebagai
Pemotong PPh Pasal 21/26

• Kantor perwakilan negara asing


• Organisasi-organisasi internasional sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf c Undang-Undang
Pajak Penghasilan, yang telah ditetapkan oleh Menteri
Keuangan
• Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang semata-mata
memperkerjakan orang pribadi untuk melakukan pekerjaan
rumah tangga atau pekerjaan bukan dalam rangka
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas

Pasal 2 ayat (2)


Pasal 3 ayat (1) huruf c Undang-Undang Pajak Penghasilan :
Organisasi-organisasi internasional dengan syarat:
1. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut; dan
2. tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk
memperoleh penghasilan dari Indonesia selain memberikan
pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari
iuran para anggota;

Pasal 2 ayat (2)


Penerima Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 21/26
(Pasal 3)

• pegawai;
• penerima uang pesangon, pensiun atau
uang manfaat pensiun, THT, JHT, termasuk
ahli warisnya;
• bukan pegawai; Bukan pegawai :
1. Tenaga ahli
• anggota dewan komisaris/pengawas yang 2. Seniman/pekerja seni, pembawa
acara
tidak merangkap sebagai pegawai; 3. Olahragawan
4. Penasihat, pengajar, pelatih,
penceramah, penyuluh dan
• mantan pegawai; moderator
5. Pengarang, peneliti, penerjemah
• peserta kegiatan: 6. Pemberi jasa dalam segala bidang
7. Agen iklan
– Peserta perlombaan 8. Pengawas dan pengelola proyek
9. Pembawa pesanan/yang
– Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, menemukan langganan/perantara
kunjungan kerja 10. Petugas penjaja barang dagangan
11. Petugas dinas luar asuransi
– Peserta/anggota kepanitiaan 12. Distributor MLM, Direct Selling
– Peserta pendidikan dan pelatihan
– Peserta kegiatan lainnya
Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 21/26

• penghasilan pegawai tetap baik teratur maupun tidak teratur


• penghasilan penerima pensiun secara teratur
• uang pesangon, pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua
yang dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya melewati jangka
waktu 2 tahun;
• penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas
• imbalan kepada bukan pegawai;
• imbalan kepada peserta kegiatan;
• imbalan kepada dewan komisaris/pengawas yang bukan
merupakan pegawai tetap pada perusahaan yang sama;
• imbalan kepada mantan pegawai;
• penarikan dana pensiun oleh pegawai.
Termasuk:
Natura/Kenikmatan dari:

• Wajib Pajak PPh Final


• Wajib Pajak PPh dg Norma Penghitungan Khusus
Pasal 5
Pengertian Natura / Kenikmatan

Natura Kenikmatan

Tambahan kemampuan ekonomis


Tambahan kemampuan ekonomis yang diterima bukan dalam bentuk
yang diterima bukan dalam bentuk uang atau setiap balas jasa yang
uang tetapi dalam bentuk barang.  diterima atau diperoleh pegawai
Contoh :  atau keluarganya tidak dalam
Pemberian Beras, gula, pakaian bentuk uang
seragam, makanan dan minuman Contoh Imbalan Dalam Bentuk
kepada karyawan oleh wajib pajak Kenikmatan : 
sebagai pemberi kerja. Penggunaan mobil, rumah, fasilitas
pengobatan,
perawatan kesehatan dari suatu
rumah sakit, dan rumah sakit
tersebut menerima pembayaran
langsung dari pemberi kerja
Penghitungan Besarnya Penghasilan

Uang rupiah Uang asing Natura/kenikmatan

sesuai dengan yang Kurs Menteri


Harga Pasar
diterima/diperoleh Keuangan
Penghasilan Yang Tidak Dipotong PPh Pasal 21

• Pembayaran manfaat atau santunan asuransi kesehatan,


kecelakaan, jiwa, dwiguna dan bea siswa
• Natura/kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah
• Iuran pensiun kepada dana pensiun yang telah disahkan
Menkeu, iuran THT/JHT yang dibayar pemberi kerja
• Zakat/sumbangan wajib keagamaan dari badan/lembaga
yang dibentuk/disahkan pemerintah
• Bea siswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3)
huruf l UU PPh

PPh yang ditanggung oleh pemberi kerja, termasuk yang


ditanggung oleh Pemerintah, merupakan penerimaan dalam
bentuk natura / kenikmatan

Pasal 8 ayat (1)


Pasal 4 ayat (3) huruf l Undang-Undang Pajak Penghasilan :
Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan

Pasal 8 ayat (1)


PPh Pasal 21:
Pegawai tetap dan Penerima Pensiun Berkala

Setiap Masa Pajak, Masa Pajak terakhir


kecuali Masa Pajak terakhir

Perkiraan Penghasilan Neto Selisih antara PPh yang


yang akan diterima selama terutang atas seluruh
setahun, penghasilan kena pajak selama
Penghasilan teratur sebulan setahun dengan PPh yang
dikali 12 telah dipotong masa-masa
sebelumnya
Masa Perolehan Penghasilan Kurang dari 12 Bulan

Disetahunkan Tidak Disetahunkan

1. WP OP DN meninggal
dunia atau meninggalkan 1. WP OP DN mulai bekerja
Indonesia selamanya; pada tahun berjalan;
2. Orang asing mulai bekerja
di Indonesia pada tahun 2. WP OP DN pindah kerja ke
berjalan untuk jangka waktu pemberi kerja yang lain
lebih dari 6 bulan;
3. Karyawan pindah cabang
PPh Pasal 21:
Pegawai Tetap & Penerima Pensiun Berkala
Penghasilan Bruto
Pegawai Tetap Penerima Pensiun
Gaji, Tunjangan, Premi Asuransi Uang Pensiun Berkala
Dibayar Pemberi Kerja

Dikurangi Dengan Dikurangi Dengan


1. Biaya Jabatan, 5% dari pengh. Biaya Pensiun, 5% dari pengh. Bruto
Bruto maks. Rp6.000.000 per maks. Rp2.400.000 per tahun atau
tahun atau Rp500.000 per bulan Rp200.000 perbulan
2. Iuran pensiun, THT/JHT yang
dibayar sendiri

PENGHASILAN NETO (SETAHUN/DISETAHUNKAN)


Dikurangi: PTKP
Penghasilan Kena Pajak
Dikenakan Tarif Pasal 17
Iuran Pensiun Vs Premi Asuransi

Ditinjau dari sisi karyawan sebagai penerima penghasilan:


Iuran Pensiun Premi asuransi

Dibayar Sendiri Pengurang Bukan Pengurang


Dibayar Pemberi
Bukan Objek PPh Objek PPh
Kerja
Pembayaran/
Penggantian Bagi
Penerima Objek PPh Bukan Objek PPh
PENGURANG YANG DIPERBOLEHKAN DALAM
MENGHITUNG PPh Pasal 21 – PEGAWAI TETAP &
PENSIUNAN
• Biaya jabatan : yaitu biaya untuk mendapatkan, menagih,
dan memelihara penghasilan sebesar 5% (lima persen) dari
penghasilan bruto dengan catatan: jumlah maksimum yang
diperkenankan Rp. 6.000.000 setahun atau Rp500.000,00
sebulan;
• Biaya pensiun : untuk penerima pensiun teratur
maksimum yang diperkenankan sejumlah Rp2.400.000,00
setahun atau Rp200.000,00 sebulan.
PENGURANG YANG DIPERBOLEHKAN DALAM
MENGHITUNG PPh Pasal 21 – PEGAWAI TETAP

• luran yang terkait dengan gaji, dengan syarat: Dibayar oleh


pegawai kepada dana pensiun atau badan penyelenggara
Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua yang
dipersamakan dengan dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
PTKP:
PMK 162/PMK.011/2012

Rp24.300.000,- Untuk diri Wajib Pajak

Rp2.025.000,- Tambahan utk WP Kawin

Tambahan untuk setiap anggota


keluarga sedarah semenda dalam
Rp2.025.000,- garis keturunan lurus serta anak
angkat yg menjadi tanggungan
sepenuhnya maksimal 3 orang

penerapan PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal tahun


kalender atau awal bulan dari bagian tahun kalender
PTKP:
PMK 122/PMK.010/2015

Rp36.000.000,- Untuk diri Wajib Pajak

Rp3.000.000,- Tambahan utk WP Kawin

Tambahan untuk setiap anggota


keluarga sedarah semenda dalam
Rp3.000.000,- garis keturunan lurus serta anak
angkat yg menjadi tanggungan
sepenuhnya maksimal 3 orang

penerapan PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal tahun


kalender atau awal bulan dari bagian tahun kalender
PTKP:
PMK 101/PMK.010/2016

Rp54.000.000,- Untuk diri Wajib Pajak

Rp4.500.000,- Tambahan utk WP Kawin

Tambahan untuk setiap anggota


keluarga sedarah semenda dalam
Rp4.500.000,- garis keturunan lurus serta anak
angkat yg menjadi tanggungan
sepenuhnya maksimal 3 orang

Berlaku mulai tahun pajak 2016


PTKP Karyawati

Kawin
Tidak
Kawin Suami tidak
Kawin
berpenghasilan

1. Diri sendiri; 1. Diri sendiri;


Hanya untuk 2. Status kawin; 2. Tanggungan
diri sendiri 3. Tanggungan maks 3.
maks 3.

menunjukkan ket. tertulis dari pemerintah daerah setempat


serendah-rendahnya kecamatan bahwa suami tidak menerima/
memperoleh penghasilan
Tarif

Sampai dengan Rp 50 juta


5% Sesuai
Pasal 17 ayat (1)
huruf a
UU PPh
Diatas Rp 50 juta s.d. Rp 250 juta
15%

25%
Diatas Rp 250 juta s.d. Rp 500 juta

Di atas Rp 500 juta 30%


PPh Pasal 21
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas

Upah/Uang Saku Harian, Mingguan, Dibayarkan Bulanan Atau Jumlah


Satuan, Borongan
Upah Kumulatif satu bulan melebihi
Rp 8.200.000
Upah/Uang Saku Harian
Dikali 12
≤ 300.000 > 300.000 Dikurangi PTKP Setahun

Tidak Dipotong Dikurangi 300.000 Penghasilan Kena Pajak

Dipotong 5% Dikenakan Tarif Ps 17

PPh Ps 21 Setahun
Upah kumulatif > Rp3,000 jt s.d. Rp8,200 jt sebulan
Dibagi 12
Upah sehari dikurangi PTKP sehari
PPh Pasal 21 Sebulan
Tarif PPh 21 = 5%
PPh Pasal 21:
Bukan Pegawai

Berkesinambungan Tidak
berkesinambungan Exc. Pasal 13 ayat (1) berkesinambungan

(50 % x Ph Bruto)
(50 % x Ph Bruto)
- (50 % x Ph Bruto)
PTKP sebulan,
Dihitung secara
Dihitung secara
kumulatif
kumulatif

Dalam hal Dokter Yang Praktik di RS/Klinik Jumlah Penghasilan Bruto adalah
Sebesar Jasa Dokter Yang Dibayarkan Pasien melalui RS/Klinik sebelum
Dipotong Biaya-Biaya atau Bagi Hasil RS/Klinik
Penghitungan PPh Pasal 21:
Bukan Pegawai Selain Tenaga Ahli
Atas Imbalan Berkesinambungan

Memiliki NPWP dan Hanya Tidak Punya NPWP Atau Menerima


Menerima Penghasilan Dari Penghasilan Dari Selain Pemotong
Pemotong Pajak Yang Bersangkutan Pajak Yang Bersangkutan

Tarif Pasal 17 atas Jumlah Tarif Pasal 17 atas Jumlah


Kumulatif Penghasilan Kena Pajak Kumulatif Penghasilan Bruto
PKP adalah Penghasilan Bruto
Dikurangi PTKP per bulan

Menyerahkan fotokopi kartu NPWP


dan bagi wanita kawin menyerahkan
fotokopi NPWP suami serta fotokopi
surat nikah & KK
PPh Pasal 21:
Lainnya

Dewan Komisaris/ Peserta program


Pengawas non Mantan Pegawai Pensiun yang masih
Pegawai tetap Berstatus pegawai

jasa produksi, tantiem,


honorarium atau gratifikasi, bonus atau
imbalan yang bersifat penarikan dana
imbalan lain yang pensiun
tidak teratur bersifat tidak teratur

Tarif Pasal 17 atas Penghasilan Bruto


PPh Pasal 21:
Peserta Kegiatan

Tarif Pasal 17
UU PPh

Penghasilan Bruto

Penghasilan Bruto merupakan pembayaran yang bersifat utuh dan


tidak dipecah
TETAP Ph NETO - PTKP

PEGAWAI BULANAN Ph BRUTO - PTKP


TIDAK TETAP
Ph BRUTO – 300 RIBU
HARIAN
Ph BRUTO(>3,000jt s.d.8,2jt) –
PTKP Harian

Ph BRUTO(>8,27jt) – PTKP

PENSIUNAN BERKALA Ph NETO - PTKP

((50% X Ph Bruto) - PTKP bulanan)


BERKESINAMBUNGAN Kumulatif

BUKAN PEGAWAI BERKESINAMBUNGAN exc Psl 13 (1) (50% X Ph Bruto) Kumulatif

TIDAK BERKESINAMBUNGAN 50 % x Ph Bruto

KOMISARIS, MANTAN PEGAWAI, Ph Bruto Kumulatif


PENARIKAN DAPEN O/ PEGAWAI

PESERTA KEGIATAN Ph Bruto


Penerima Penghasilan Tidak ber-
NPWP

PPh Pasal 21 sebesar 120%


lebih tinggi daripada PPh Pasal
21 yang seharusnya (20% lebih
tinggi)

Setelah pemotongan sebelum pemotongan


PPh Pasal 21 bulan Ber-NPWP PPh Pasal 21 bulan
Desember Desember

Diperhitungkan oleh
merupakan kredit pajak
pemotong dengan PPh
dalam SPT Tahunan
Pasal 21 bulan-bulan
PPh
selanjutnya

Tidak berlaku untuk PPh Pasal 21 yang bersifat final


Ketentuan Khusus

Penghasilan bersumber dari


1. Uang Pesangon
APBN/D yang diterima oleh
2. Uang Manfaat Pensiun
Pejabat Negara, PNS,
3. THT/JHT
Anggota, TNI/Polri, dan
yang dibayarkan sekaligus
Pensiunannya

PP 68 Tahun 2010 PP 80 Tahun 2010


PPh Pasal 26

Tarif Pasal 26:


20 %

Penghasilan Bruto

Memperhatikan
Ketentuan P3B
Saat terutang
PPh Pasal 21/26

Penerima penghasilan Pemotong

akhir bulan dilaku-


Saat dilakukannya kannya pembayaran
pembayaran atau
atau akhir bulan
saat terutangnya terutangnya
penghasilan penghasilan
Kewajiban Pemotong

• Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP


• Wajib menghitung, memotong, menyetorkan dan melaporkan PPh
Pasal 21 dan Pasal 26 yang terutang untuk setiap bulan kalender.
• PPh Pasal 21/26 yang dipotong wajib disetor ke Kantor Pos atau Bank
paling lama 10 hari setelah Masa Pajak berakhir.
• Pemotong Pajak wajib lapor sekalipun nihil, paling lama 20 hari
setelah Masa Pajak berakhir.
• Wajib Membuat Catatan atau Kertas Kerja Perhitungan PPh Ps. 21/26
Untuk Setiap Masa Pajak
• Wajib Menyimpan Catatan atau Kertas Kerja Sesuai Ketentuan
• Wajib Membuat Bukti Potong dan Memberikannya Kepada Penerima
Penghasilan
Bukti Pemotongan PPh Pasal 21

• Untuk pegawai tetap/penerima pensiun berkala:


– dibuat sekali setahun (Form 1721 A1/A2)
– diberikan paling lama 1 bulan setelah akhir tahun atau pegawai
berhenti
• Untuk selain pegawai tetap/penerima pensiun berkala:
– Dibuat setiap kali ada pemotongan
– Jika dalam satu bulan > 1 kali pembayaran maka bukti potong
dapat dibuat sekali dalam satu bulan
• Bukti Potong PPh Pasal 21 Tidak wajib dilampirkan dalam SPT
Masa PPh Pasal 21
Kewajiban Penerima Penghasilan

• Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP


• Pegawai, Penerima Pensiun Berkala, dan Bukan Pegawai tertentu
Wajib Membuat Surat Pernyataan Yang Berisi Jumlah Tanggungan
Keluarga Pada Awal Tahun Kalender Atau Pada Saat Menjadi
Subjek Pajak Dalam Negeri
• Wajib Menyerahkan Surat Pernyataan Tanggungan Keluarga kpd
Pemotong Pajak Pada Saat Mulai Bekerja Atau Mulai Pensiun
• Wajib Membuat Surat Pernyataan Baru Dalam Hal Terjadi
Perubahan Tanggungan Keluarga Paling Lambat Sebelum Mulai
Tahun Kalender Berikutnya
Metode Penghitungan PPh Pasal 21

1. Simple Method
2. Cumulative Method
3. Hybrid / Year-End Adjusted Method

Pasal 8 ayat (1)


Simple Method

• Perhitungan setiap bulan tidak dipengaruhi atau


mempengaruhi perhitungan di bulan yang lain
• Cara penghitungan:
– Penghasilan neto sebulan disetahunkan, dihitung PPh
terutang dengan menerapkan tarif PPh yang berlaku,
PPh untuk bulan ybs = PPh atas jumlah yang
disetahunkan dibagi 12; atau
– Penghasilan neto sebulan diterapkan tarif PPh yang telah
disesuaikan untuk penghasilan proporsional satu bulan
• Diterapkan bagi:
– Pegawai tetap (untuk Masa Januari s.d. November)
– Pegawai tidak tetap
– Peserta kegiatan
Cummulative Method

• Perhitungan suatu bulan dipengaruhi dan mempengaruhi


perhitungan di bulan yang lain
• Perhitungan memerlukan effort yang lebih bagi pemotong
pajak
• Cara Penghitungan:
– Perhitungan PPh selalu disesuaikan untuk setiap bulan,
yaitu berdasarkan jumlah akumulasi penghasilan dan ada
perhitungan dengan akumulasi PPh yang telah dipotong
s.d. bulan sebelumnya
• Diterapkan kepada bukan pegawai, Kecuali Peserta Kegiatan
Year-End Adjusted Method

• Memadukan beberapa feature dari Simple Method dan


Cumulative Method
• Mekanisme:
– Perhitungan bulanan (kecuali bulan Desember) sama
dengan Simple Method
– Year-End Adjustment dilakukan bulan Desember, atau
bulan dimana pegawai berhenti
• Diterapkan kepada pegawai tetap
PPh Pasal 21 :
Bukan Pegawai Selain Tenaga Ahli

Atas Imbalan Yang Tidak


Bersifat Berkesinambungan

TARIF PS. 17
X
JUMLAH PENGHASILAN BRUTO
PPh Pasal 21:
Peserta Kegiatan

TARIF PS. 17
DITERAPKAN ATAS :

JUMLAH PENGHASILAN BRUTO

PEMBAYARAN YANG BERSIFAT UTUH


DAN TIDAK DAPAT DIPECAH
CONTOH PERHITUNGAN
PPh PASAL 21
Pegawai Tetap dengan Gaji Bulanan

• Retto pada tahun 2016 bekerja pada perusahaan PT Jaya


Abadi dengan memperoleh gaji sebulan Rp3.750.000,00
dan membayar iuran pensiun sebesar Rp 100.000,00.
Retto menikah tetapi belum mempunyai anak. Pada bulan
Januari penghasilan Retto dari PT Jaya Abadi hanya dari
gaji.
Pegawai Tetap dengan Gaji Bulanan
Gaji Rp 3.750.000,00
Pengurangan:
1. Biaya Jabatan:
5% X Rp3.750.000,00 Rp 187.500,00
2. Iuran pensiun: Rp 100.000,00
Rp 287.500,00
Penghasilan neto sebulan Rp 3.462.500,00
 
Penghasilan neto setahun adalah
12 X Rp3.462.500,00 Rp 41.550.000,00
 
PTKP (K/0)
- untuk WP sendiri Rp 36.000.000,00
- tambahan karena kawin Rp 3.000.000,00

Rp
39.000.000,00
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 2.550.000,00
 
PPh Pasal 21 terutang
5% X Rp2.550.000,00 Rp 127.500,00
 
PPh Pasal 21 per bulan
Rp 127.500,00 : 12 Rp 10.625,00
Contoh Penghitungan PPh Pasal 21

Budiyanta pada tahun 2016 bekerja di PT Aman Bahagia dengan


gaji sebulan Rp 8.000.000,00 dan membayar iuran pensiun
sebesar Rp. 200.000,00. Budiyanta menikah tetapi belum
mempunyai anak. Pada bulan Juli 2016 menerima kenaikan gaji,
menjadi Rp 10.000.000,00 sebulan dan berlaku surut sejak 1
Januari 2016. Dengan adanya kenaikan gaji yang berlaku surut
tersebut, Budiyanta menerima rapel sejumlah Rp 12.000.000,00
(kekurangan gaji untuk masa Januari s.d. Mei 2016). Pada bulan
Oktober 2016 menerima bonus tahunan sebesar Rp
20.000.000,00.
A. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Pegawai Tetap - Gaji Bulanan
Gaji sebulan Rp 8,000,000
Pengurangan :
Biaya Jabatan (5% xRp 8.000.000) Rp 400,000
Iuran Pensiun Rp 200,000 Rp 600,000
Penghasilan Neto sebulan Rp 7,400,000
Penghasilan Neto setahun (12 x Rp 7.400.000,00 ) Rp 88,800,000
PTKP setahun :
- untuk diri sendiri Rp 36,000,000
- tambahan WP kawin Rp 3,000,000 Rp 39,000,000
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 49,800,000
PPh Pasal 21 terutang :
5% x Rp 49.800.000,00 = Rp 2,490,000
PPh Pasal 21 sebulan
Rp 2.490.000,00 : 12 = Rp 207,500
B. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Pembayaran Uang Rapel
Gaji sebulan Rp 10,000,000
Pengurangan :
Biaya Jabatan (5% xRp 10.000.000) = Rp 500,000
Iuran Pensiun = Rp 200,000 Rp 700,000
Penghasilan Neto sebulan Rp 9,300,000
Penghasilan Neto setahun ( 12 x Rp 9.300.000,00 ) Rp 111,600,000
PTKP setahun :
- untuk diri sendiri Rp 36,000,000
- tambahan WP kawin Rp 3,000,000 Rp 39,000,000
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 72,600,000
PPh Pasal 21 setahun :
5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2,500,000
15% x Rp 22.600.000,00 = Rp 3,390,000
Rp 5,890,000
PPh Pasal 21 sebulan
Rp 5.890.000,00 : 12 Rp 490,833
PPh Pasal 21 Januari s.d Juni 2016 seharusnya adalah :
6 x Rp 490.833,00 Rp 2,945,000
PPh Pasal 21 yang sudah dipotong Januari s.d Juni 2016
6 x Rp 207.500,00 (dari perhitungan contoh A) Rp 1,245,000
PPh Pasal 21 untuk uang rapel Rp 1,700,000
C. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Pembayaran Bonus
Gaji setahun (12 x Rp 10.000.000,00) Rp 120,000,000
Bonus Rp 20,000,000
Penghasilan bruto setahun Rp 140,000,000
Pengurangan :
Biaya Jabatan (5% xRp 140.000.000,00) = Rp 7.000.000,00
*Biaya Jabatan dlm setahun maksimal Rp 6.000.000,00 Rp 6,000,000
Iuran Pensiun (12 x Rp 200.000,00) Rp 2,400,000 Rp 8,400,000
Penghasilan Neto setahun Gaji + Bonus Rp 131,600,000
PTKP setahun :
- untuk diri sendiri Rp 36,000,000
- tambahan WP kawin Rp 3,000,000 Rp 39,000,000
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 92,600,000
PPh Pasal 21 setahun atas Gaji + Bonus :
5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2,500,000
15% x Rp 42.600.000,00 = Rp 6,390,000
8,890,000
*PPh Pasal 21 setahun Rp 8,890,000
PPh Pasal 21 atas Gaji (dari contoh B) Rp 5,890,000
PPh Pasal 21 atas Bonus Rp 3,000,000
Pegawai Tetap : Gaji Bulanan (2)

Bambang Yuliawan pegawai pada perusahaan PT Yasa Buana,


menikah tanpa anak, memperoleh gaji sebulan Rp 4.000.000,00.
PT Yasa Buana mengikuti program Jamsostek, premi Jaminan
Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian dibayar oleh
pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0,50% dan 0,30%
dari gaji.
PT Yasa Buana menanggung iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan
sebesar 3,70% dari gaji sedangkan Bambang Yuliawan
membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji setiap
bulan.
Disamping itu PT Yasa Buana juga mengikuti program pensiun
untuk pegawainya.
PT Yasa Buana membayar iuran pensiun untuk Bambang
Yuliawan ke dana pensiun, yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar Rp 100.000,00,
sedangkan Bambang Yuliawan membayar iuran pensiun sebesar
Rp 50.000,00
Pegawai Tetap : Gaji Bulanan (2)
Gaji sebulan Rp 4,000,000
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja 20,000
Premi Jaminan Kematian 12,000
Penghasilan Bruto 4,032,000
Pengurangan :
1. Biaya Jabatan
5% x 4,032,000 Rp 201,600
2. Iuran pensiun 50,000
3. Iuran Jaminan Hari Tua 80,000
Rp 331,600
Penghasilan Neto sebulan Rp 3,700,400
Penghasilan Neto setahun
12 x 3,700,400 Rp 44,404,800
PTPK Setahun
WP Sendiri Rp 36,000,000
Tambahan WP Kawin Rp 3,000,000
Tanggungan
Rp 39,000,000
Pengh. Kena Pajak setahun Rp 5,404,800
Pembulatan 5,404,000
PPh Pasal 21 setahun
5% x 5,404,000 Rp 270,200
PPh Pasal 21 sebulan
270,200 : 12 Rp 22,517
Pegawai Tetap : Karyawati Kawin

Endang Vidyawati adalah seorang karyawati dengan status menikah


tanpa anak, bekerja pada PT Ventura Entiti dengan gaji sebulan sebesar
Rp. 3.500.000,00. Endang VIdyawati membayar iuran pensiun ke dana
pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan
sebesar Rp. 50.000,00 sebulan. Berdasarkan surat keterangan dari
Pemda tempat Endang Vidyawati berdomisili yang diserahkan kepada
pemberi kerja, diketahui bahwa suaminya tidak mempunyai penghasilan
apapun.
Pegawai Tetap : Karyawati Kawin
Gaji sebulan Rp 4,500,000
Pengurangan :
1. Biaya Jabatan
5% x 4,500,000 Rp 225,000
Iuran pensiun Rp 50,000
Rp 275,000
Penghasilan Neto sebulan Rp 4,225,000

Penghasilan Neto setahun


12 x 4,225,000 Rp 50,700,000
PTKP Setahun
WP Sendiri Rp 36,000,000
Tambahan WP Kawin Rp 3,000,000
Rp 39,000,000
Pengh. Kena Pajak setahun Rp 11,700,000
PPh Pasal 21 setahun
5% x 11,700,000 Rp 585,000
PPh Pasal 21 sebulan
585,000 : 12 Rp 48,750
PPh 21 UPAH HARIAN

Ahmad dengan status belum menikah bekerja sebagai buruh harian PT.
Harpa. Ia Bekerja Selama 12 hari dengan menerima upah harian sebesar
Rp. 300.000,-
PPh 21 Upah Harian
Ahmad dengan status belum menikah bekerja sebagai buruh harian PT. Harpa. Ia
Bekerja Selama 12 hari dengan menerima upah harian sebesar Rp. 300.000,-

Perhitungan PPh Pasal 21 terutang :

Upah sehari Rp 300,000


Dikurangi batas upah harian tidak dilakukan
pemotongan PPh Rp 300,000
Penghasilan Kena Pajak sehari Rp -
PPh 21 dipotong atas upah sehari Rp -

Sampai dengan hari ke -10 karena jumlah kumulatif upah yang


diterima belum melebihi Rp. 3.000.000, maka tidak ada PPh Pasal 21
yang dipotong.
PPh 21 Upah Harian

Pada hari ke-11 jumlah kumulatif upah yang diterima melebihi Rp.
3.000.000, maka PPh Pasal 21 terutang dihitung berdasarkan upah
setelah dikurangi PTKP yang sebenarnya.
Upah s.d. hari ke-11 (Rp. 300.000 X 11) Rp. 3,300,000
PTKP sebenarnya :
11 X (Rp. 36.000.000 / 360) Rp. 1,100,000
Penghasilan Kena Pajak s.d. hari ke-11 Rp. 2,200,000
PPh Pasal 21 terutang s.d. hari ke-11
5% X Rp. 2.200.000 Rp. 110,000
PPh 21 yang telah dipotong s.d. hari ke-10 Rp. -
PPh 21 yang harus dipotong s.d. hari ke-11 Rp. 110,000
Sehingga pada hari ke-11 upah bersih yang diterima Ahmad :
Rp. 300.000 - Rp. 110.000 = Rp. 190.000.
PPh 21 Upah Harian

Pada hari ke-12 jumlah PPh 21 yang dipotong adalah :


Upah sehari Rp. 300,000
PTKP sehari
Untuk WP sendiri (Rp. 24.300.000 : 360) Rp. 100,000
Penghasilan Kena Pajak Rp. 200,000
PPh Pasal 21 terutang :
5% X Rp. 200.000 Rp. 10,000

Sehingga pada hari ke-12 upah bersih yang diterima Ahmad :


Rp. 300.000 - Rp. 10.000 = Rp. 290.000.
PPh 21 Upah Harian Dibayar Bulanan
Badu bekerja pada perusahaan elektronik dengan dasar upah harian yang dibayar
bulanan. Dalam bulan januari Badu hanya bekerja 20 hari dengan upah sehari adalah
Rp. 200.000, dengan status menikah tetapi belum memiliki anak.

Perhitungan PPh Pasal 21 terutang :

Upah Januari = 20 X Rp. 200.000 Rp 4,000,000


Penghasilan setahun = 12 X Rp. 4.000.000 Rp 48,000,000
PTKP :
Untuk WP sendiri Rp 36,000,000
Tambahan karena menikah Rp 3,600,000
Rp 39,600,000
Penghasilan Kena Pajak Rp 8,400,000
PPh 21 setahun = 5%X Rp. 8.400.000 Rp 420,000
PPh 21 sebulan = Rp. 420.000 : 12 Rp 35,000
Pegawai Tetap : Jasa Produksi, Tantiem, Gratifikasi, THR, Bonus, Premi
dan Sejenisnya

Joko Qurnain (tidak kawin) bekerja pada PT Qolbu Jaya dengan


memperoleh gaji sebesar Rp 4.000.000,00 sebulan. Dalam tahun yang
bersangkutan Joko menerima bonus sebesar Rp 5.000.000,00. Setiap
bulannya Joko membayar iuran pensiun ke dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan sebesar Rp
60.000,00

Cara menghitung PPh Pasal 21 atas bonus adalah :


Pegawai Tetap : Jasa Produksi, Tantiem, Gratifikasi, THR, Bonus, Premi
dan Sejenisnya
A. PPh Pasal 21 atas Gaji dan Bonus :
Gaji Setahun (12 x Rp 4.000.000) Rp 48,000,000
Bonus Rp 5,000,000
Rp 53,000,000
Pengurangan :
1. Biaya Jabatan
5% x 53,000,000 Rp 2,650,000
2. Iuran pensiun
12 x 60,000 Rp 720,000
Rp 3,370,000
Penghasilan Neto setahun Rp 49,630,000
PTKP Setahun
WP Sendiri Rp 36,000,000
Rp 36,000,000
Pengh. Kena Pajak setahun Rp 13,630,000
PPh Pasal 21 setahun
5% x 13,630,000 Rp 681,500
Pegawai Tetap : Jasa Produksi, Tantiem, Gratifikasi, THR, Bonus, Premi
dan Sejenisnya

B. PPh Pasal 21 atas Gaji :


Gaji Setahun Rp 48,000,000
Pengurangan :
1. Biaya Jabatan
5% x 48,000,000 2,400,000
2. Iuran pensiun Rp 720,000
Rp 3,120,000
Penghasilan Neto setahun Rp 44,880,000
PTKP Setahun
WP Sendiri Rp 36,000,000
Rp 36,000,000
Pengh. Kena Pajak setahun Rp 8,880,000
PPh Pasal 21 setahun
5% x 8,880,000 Rp 444,000

C. PPh Pasal 21 atas Bonus :


Rp 681.500,00 – Rp444.000,00 = Rp 137.500,00

Anda mungkin juga menyukai