Anda di halaman 1dari 38

TUTORIAL I INFANTICIDE

DISUSUN OLEH :
1. FAIZ 2014730075
2. MUHAMAD FADEL A.R 2015730090
3. NADIA INDAH A 2015730096
4. FARIS 2015730042
5. CENDY ANDESRTRIA 2015730020
6. DHIYA ANDINI 2015730030
7. KHAYRUL FIKRI 2015730071
8. ANNISA PRATIWI 2015730010
9. DWIANA ROSIDA 2015730032
10. ALDI NUR IHSAN 2009730001

STASE ILMU FORENSIK


KASUS
Pada tanggal 24 Maret 2020 pukul 06.00 WIB ditemukan sesosok
mayat bayi baru lahir ditemukan di tempat sampah sebuah kontrakan.
Masyarakat kemudian melaporkan kepada polisi. Mereka juga
melaporkan seorang perempuan yang dicurigai menjadi ibu bayi
tersebut. Polisi mengambil mayat tersebut dan dibawa ke RSUD
tempat Anda bekerja untuk dilakukan pemeriksaan.
IDENTITAS
 Nama : Tidak diketahui
 Usia : Bayi baru lahir
 Jenis Kelamin : perempuan
LAPORAN KASUS
Pada tanggal 24 Maret 2020 pukul 06.00 WIB ditemukan sesosok
mayat bayi baru lahir ditemukan di pinggir kali. Masyarakat
kemudian melaporkan kepada polisi. Mereka juga melaporkan
seorang perempuan yang dicurigai menjadi ibu korban tersebut. Polisi
mengambil mayat tersebut untuk dilakukan pemeriksaan.
PEMERIKSAAN LUAR
 Jenazah bayi perempuan, panjang tubuh 42 cm, berat tubuh 3000 gram, warna kulit sawo
matang, Tali pusat: masih tersambung dengan ari-ari, ari-ari : kotiledon lengkap
 Luka-luka : Luka terbuka tepi rata pada leher sepanjang 10 sentimeter, dasar luka otot
 Kaku mayat : seluruh tubuh, sukar dilawan
 Lebam mayat belakang tubuh, merah keunguan
 Tidak terdapat tanda-tanda pembusukan
 Kepala : rambut tampak terpisah satu dengan lainnya
 Leher : Luka terbuka tepi rata pada leher sepanjang 10 sentimeter, dasar luka otot, terdapat
lemak pada lipat leher
LANJUTAN..
 Dada : puting susu sudah menonjol, rambut halus tak ditemukan
 Anggota gerak atas : Kuku jari tangan sudah melebihi ujung jari-jari, terdapat

lemak bayi pada lipatan ketiak


 Anggota gerak bawah : garis telapak kaki sudah melebihi dua per tiga telapak

kaki, terdapat lemak bayi pada lipat paha


 Alat kelamin : labia mayora sudah menutupi labia minora

 Lain-lain :

 Daun telinga : cepat kembali saat dillipat

 Alis sudah terbentuk

 mayat tidak berpakaian


TUGAS
 Aspek hukum(mediko legal) dari kasus ini .
 Ada kemungkinan Kasus apa saja pada cerita ini, dipandang dari segi hukum.
 Apakah boleh keluarga menolak utk dilakukan pemeriksaan, jelaskan.
 Apakah anda berhak melakukan pemeriksaan karena anda adalah dokter umum.( jelaskan pendapat anda )
 Apa yg harus anda minta kepada polisi sebelum anda melakukan pemeriksaan?
 Aspek forensik Patologi ;
 Perkiraan cara kematian berdasarkan teori2 forensik.
 Tentukan perkiraan waktu kematiannya.
 Pemeriksaan Apa yg harus anda lakukan untuk mencari dugaan kasus pada nomor 1?
 Apa yg harus anda lakukan untuk mengetahui sebab kematian.
 Pemeriksaan apa yang diperlukan pada kasus tersebut?
 Membuat Visum et Repertum
 Apa yang menjadi dasar hukum dokter melakukan pemeriksaan jenazah dan membuat visum et repertum.
 Mengapa visum et repertum harus dibuat tertulis
 Apa yang menjadi dasar visum et repertum menjadi alat bukti
 (Bagaimana kesimpulan dari visum et repertum yang anda buat)
JAWABAN
1. Aspek hukum(mediko legal) dari kasus ini
a. Ada kemungkinan Kasus apa saja pada cerita ini, dipandang dari segi
hukum.

Infanticide
Infanticide atau pembunuhan anak adalah pembunuhan yang
dilakukan oleh seorang ibu dengan atau tanpa bantuan orang lain
terhadap bayinya pada saat dilahirkan atau beberapa saat sesudah
dilahirkan, oleh karena takut diketahui orang lain bahwa ia telah
melahirkan anak. 
UNDANG-UNDANG YANG BERHUBUNGAN DENGAN
INFANTICIDE
Pasal 341 KUHP Pasal 341 KUHP

Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan
anak pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, karena takut akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak,
dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam karena pada saat akan dilahirkan atau tidak lama kemudian
membunuh anaknya sendiri, dengan pidana penjara paling merampas nyawa anaknya, diancam karena melakukan
lama tujuh tahun. pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana
penjara paling lama sembilan tahun.

Pasal 341 KUHP

Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan


anak pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian,
dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam karena
membunuh anaknya sendiri, dengan pidana penjara paling
lama tujuh tahun.
KEMUNGKINAN LAIN
Abortus
 Abortus adalah keguguran atau berakhirnya kehamilan sebelum bayi

dapat hidup sendiri di luar kandungan. Batasan umur kandungan


adalah 28 minggu dan berat badan bayi yang keluar kurang dari 1000
gram.
 Tanda-tanda bayi yang aviable atau tidak sanggup hidup di luar

kandungan adalah: (1) umur kehamilan kurang dari 28 minggu, (2)


panjang badan bayi kurang dari 35 cm, (3) berat badan bayi kurang
dari 1000 gram, (4) lingkar kepala kurang dari 32 cm.
LANJUTAN..

Partus presipitatus
 Partus presipitatus adalah persalinan deras atau kebrojolan. Pada

waktu partus presipitatus dapat terjadi: (1) inversio uteri, (2) robekan
tali pusat, (3) luka-luka pada kepala bayi, (4) perdarahan di bawah
kulit kepala, perdarahan di dalam tengkorak.
 Partus presipitatus ini dapat terjadi dimana-mana, di dalam rumah

atau di luar lumah, di WC, sedang berjalan, dan sebagainya.


Pembuktian partus presipitatus terkadang sukar untuk dilakukan dan
memerlukan pemeriksaan setempat.
LANJUTAN..

Dengan demikian, pada kasus pembunuhan anak terdapat tiga unsur yang penting,
yaitu: 
1. Pelaku:
Pelaku haruslah ibu kandung korban.
2. Motif:
Motif atau alasan pembunuhan adalah karena takut ketahuan telah melahirkan
anak.
3. Waktu:
Pembunuhan dilakukan segera setelah anak dilahirkan atau tidak beberapa lama
kemudian, yang dapat diketahui dari ada tidaknya tanda-tanda perawatan.
b. Apakah boleh keluarga menolak pemeriksaan pasien?

 Menurut Pasal 120 KUHAP, dalam hal penyidik menganggap perlu,


ia dapat minta pendapat orang ahli atau orang yang memiliki keahlian
khusus melakukan visum.
 Ketentuan ini diperjelas dengan Pasal 133 KUHAP, guna kepentingan
peradilan menangani seorang korban, baik luka, keracunan, ataupun
mati, yang diduga karena peristiwa tindak pidana, penyidik
berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli
kedokteran kehakiman, atau dokter, dan atau ahli lainnya.
b. Apakah boleh keluarga menolak pemeriksaan pasien?

 Pernyataan diperkuat pada pasal 134;


 ”Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan

dengan sejelas – jelasnya tentang maksud dan tujuan perlu


dilakukannya pembedahan tersebut”.

Oleh karena itu, jika keluarga korban menolak, perlu dijelaskan urgensi
dari pemeriksaan pasien kepada keluarga, dan dijelaskan bahwa biarpun
keluarga menolak, jika dibutuhkan pemeriksaan, maka dokter akan tetap
melakukan pemeriksaan yang dibutuhkan penyidik.
c. Apakah anda berhak melakukan pemeriksaan karena anda adalah dokter umum

1. SEBAGAI PELAYAN KESEHATAN : Berperan mencegah dan menyembuhkan penyakit.


2. SEBAGAI SAKSI AHLI MEDIS : Sumber informasi obyektif mengenai masalah
Kedokteran & kesehatan bagi penegakan keadilan/ kebenaran.
Menurut pasal :
3. Pasal 120 KUHAP : Penyidik bila dianggap perlu dpt meminta pendapat seorang ahli
2. Pasal 133 KUHAP : Penyidik u/ kepentingan peradilan dlm menangani korban baik luka,
keracunan, kematian dpt meminta ket. ahli dari dokter ahli kedokteran kehakiman, dokter
atau ahli lain.
3. Pasal 179 KUHAP : Setiap orang yg diminta pendapatnya sbg ahli kedokteran
kehakiman,dokter /ahli lainnya wajib memberikan ket.ahli demi keadilan.
LANJUTAN..

Sebagai dokter umum, berhak untuk melakukan pemeriksaan pada pada korban, karena
selain sebagai pelayanan kesehatan, dokter juga dapat berperan sebagai sanksi ahli medis
yang dibebankan untuk membantu pihak yang berwenang untuk menegakkan keadilan sesuai
dengan pasal yang dituliskan di KUHAP 133 ayat 1 dan 179 ayat 1.

Dan selain dari perundang undangan, dokter umum juga memiliki standar kompetensi
khusus yang sudah seharusnya dicapai dan dapat dilakukan untuk melakukan pemeriksaan
pasien baik kemampuan dalam penanganan penyakit yang dilakukan pada korban hidup atau
pemeriksaan klinis yang dapat dilakukan pada korban hidup dan mati
d. Apa yg harus anda minta kepada polisi sebelum anda melakukan
pemeriksaan?

Dokter berhak untuk meminta surat tertulis dengan menjelaskan


pemeriksaan apa yang diingin dilakukan, sebagaimana di jelaskan di KUHAP
pasal 133 ayat 2 :
“pernyataan beberapa ahli sebagaimana dimaksudkan di ayat 1, dilakukan
secara tertulis yang dalam surat tersebut disebutkan dengan tugas pemeriksaan
untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat ataupun pemeriksaan bedah
mayat”
1. ASPEK FORENSIK PATOLOGI
B. PERKIRAAN CARA KEMATIAN BERDASARKAN TEORI2 FORENSIK.

Pembunuhan Bunuh Diri Kecelakaan Penyakit

• Lokasi perlukaan sulit dijangkau oleh korban  ADA


“Luka terbuka tepi rata pada leher sepanjang 10 cm, dasar luka otot”
• Luka-luka dapat banyak dan tersebar  TIDAK ADA
• Terdapat tanda-tanda perlawanan (luka tangkis)  TIDAK ADA
• Terdapat tanda-tanda seperti : keracunan, aspiksia  TIDAK ADA
b. Tentukan perkiraan waktu kematiannya.

Lebam mayat timbul 30 Kaku


menit
mayat
setelah
: seluruh
kematian,
tubuh,dan
sukar
tidak
dilawan
akan hilang pada penekanan
Dapat ditarik kesimpulan, bahwa perkiraan waktu kematian 12-24 jam yang lalu
bila lebih dari
Lebam
6-8 jam,
mayat
letak
padalebam
belakang
dipengaruhi
tubuh, merah
oleh posisi
keunguan
awal kematian
c. Pemeriksaan yang harus dilakukan pada kasus no 1

Ibu Kandung
1. Tanda telah melahirkan.
2. Berapa lama telah melahirkan
3. Pemeriksaan gol. Darah.
4. Pemeriksaan Histopatologi
5. DNA
LANJUTAN..

Pada Bayi
VIABEL (CUKUP BULAN)
Bayi sudah mampu hidup diluar kandungan tanpa alat2 khusus
 Panjang badan > 35 cm
 Berat badan > 1500 gram
 Lingkar kepala > 32 cm
 Tulang rawan daun telinga
 Kuku jari kaki dan tangan
 Garis-garis telapak tangan dan kaki
 Testis atau labia mayor
 Lanugo
 Pusat penulangan
LANJUTAN..

Pada Bayi
Lahir hidup atau mati
 Tulang iga terlihat lebih mendatar

 Sela iga lebar

 Sekat rongga dada rendah

 Paru-paru telah memenuhi rongga dada

 Warna -> bercak2 merah muda seperti mozaik (motted sign)

 Tes Docimacia Pulmonum hidrostatika (Uji Apung Paru)

 Tes Breslau(tes apung lambung-usus)

 Uji liang telinga tengah


LANJUTAN..

Pada bayi Pemeriksaan tambahan


Tanda-tanda perawatan • Tes golongan darah
 Plasenta sudah terputus dan dirawat

 Berpakaian
• Tes DNA
 Verniks kaseosa (-)

 Lambung berisi susu

Sebab Kematian
 Pembekapan

 Pencekikan

 Trauma tumpul kepala

 Tenggelam

 Kelainan medis
d. Apa yang harus dilakukan untuk mengetahui sebab kematian?

 Penyebab kematian adalah adanya perlukaan atau penyakit yang


menimbulkan kekacauan fisik pada tubuh yang menghasilkan
kematian pada seseorang. Berikut ini adalah penyebab kematian: luka
tembak pada kepala, luka tusuk pada dada, adenokarsinoma pada
paru-paru, dan aterosklerosis koronaria.
 Pertama di tentukan terlebih dahulu meninggal karena apa.
 Lalu dilihat apakah ada luka atau tidak.
 Pada kasus ini terlihat adanya luka terbuka.
LANJUTAN..

 Luka robek atau luka terbuka yang disebabkan oleh kekerasan benda tumpul dapat terjadi
bila kekerasan yang terjadi sedemikian kuatnya sehingga melampaui elastisitas kulit atau
otot, dan lebih dimungkinkan bila arah dari kekerasan tumpul tersebut membentuk sudut
dengan permukaan tubuh yang terkena benda tumpul.
 Luka terbuka akibat kekerasan benda tajam, yaitu dari sifat-sifatnya serta hubungan
dengan jaringan disekitar luka.
 Luka robek mempunyai tepi yang tidak teratur, terdapat jembatan-jembatan jaringan yang
menghubungkan kedua tepi luka, akar rambut tampak hancur atau tercabut bila kekerasannya di
daerah yang berambut, di sekitar luka robek sering tampak adanya luka lecet atau luka memar.
 Oleh karena luka pada umumnya mendatangkan rasa nyeri yang hebat dan lambat
mendatangkan kematian, maka jarang dijumpai kasus bunuh diri dengan membuat luka
terbuka dengan benda tumpul.
e. Pemeriksaan apa yang diperlukan pada kasus tersebut?
PEMERIKSAAN LUAR
Bayi cukup bulan, prematur atau nonviable.
 Kulit, sudah dibersihkan atau belum, keadaan verniks kaseosa, warna, berkeriput atau

tidak.
 Mulut, adakah benda asing yang menyumbat.

 Tali pusat, sudah terputus atau belum. Bila terputus periksa apakah terpotong rata atau

tidak (dengan memasukkan ujung potongan ke dalam air), apakah sudah terikat dan
diberi obat antiseptik, adakah tanda-tanda kekerasan pada tali pusat, hematom atau
Wharton’s Jelly berpindah tempat.
 Kepala, apakah terdapat kaput suksedaneum, molase tulang-tulang tengkorak.

 Tanda kekerasan, perhatikan tanda pembekapan di sekitar mulut dan hidung, serta

memar pada mukosa bibir dan pipi, tanda pencekikan atau jerat pada leher, memar atau
lecet pada tengkuk, dan lain lain.
LANJUTAN..
PEMERIKSAAN DALAM
 Leher, adakah tanda-tanda penekanan, resapan, darah pada kulit sebelah dalam. Pada bayi,

karena jaringan lebih elastis dibandingkan dengan orang dewasa maka tanda-tanda
kekerasan tersebut lebih jarang terdapat. Perhatikan apakah terdapat benda asing dalam jalan
napas.
 Mulut, apakah terdapat benda asing dan perhatikan palantum mole apakah terdapat robekan.

 Rongga dada, pengeluaran organ rongga mulut, leher, dan dada dilakukan dengan teknik

tanpa sentuhan. Perhatikan makroskopik paru dan setelah itu sebaikna satu paru difiksasi
dalam larutan formalin 10% untuk pemeriksaan histopatologik dan pada paru lainnya
dilakukan uji apung paru.
 Tanda asfiksia, berupa Tardieu’s spots pada permukaan paru, jantung, timus dan epiglotis.

 Tulang belakang, apakah terdapat kelainan kongenital dan tanda kekerasan.

 Periksa pusat penulangan pada femur, tibia, kalkaneus, talus dan kuboid.
LANJUTAN… Pemeriksaan Dalam
 Pada pemeriksaan kepala bayi baru lahir, kulit kepala disayat dan dilepaskan seperti orang dewasa. Tulang tengkorak dibuka dengan

gunting, dengan cara menusuk fontanel mayor 0,5-1 cm dari garis pertengahan dan dilakukan pengguntingan pada tulang dahi dan

ubun-ubun ke depan dan ke belakang pada sisi kiri dan kanan. Ke depan sampai kira-kira 1 cm di atas lengkung atas rongga mata

(margo superior orbita) dan ke belakang sampai perbatasan dengan tulang belakang kepala. Kemudian dilakukan pengguntingan ke

arah lateral sampai 1 cm di atas basis mastoid dengan menyisakan tulang pelipis di atas telinga kira-kira sepanjang 2 cm.

 Kedua keping tulang atap tengkorak dipatahkan ke arah lateral. Biasanya durameter ikut tergunting karena melekat erat pada tulang.

Perhatikan apakah terdapat perdarahan subdural atau subaraknoid.

 Perhatikan keadaan falks serebri dan tentorium serebeli terutama pada perbatasannya (sinus rektus dan sinus transversus) apakah

terdapat robekan. Selanjutnya dilakukan pengeluaran otak seperti orang dewasa.

 Tujuan pembukaan tengkorak seperti ini adalah supaya falks serebri serta tentorium tetap dalam keadaan utuh sehingga tiap kelainan

dapat ditentukan dengan jelas.


3. MEMBUAT VISUM ET REPERTUM
A. APA YANG MENJADI DASAR HUKUM DOKTER MELAKUKAN PEMERIKSAAN
JENAZAH DAN MEMBUAT VISUM ET REPERTUM

Prosedur permintaan Visum et Repertum mayat (korban mati) telah diatur dalam Pasal 133 dan 134 KUHAP.

Pasal 133 KUHAP :


1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban

baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang
merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan
ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan

secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk
pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada

rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan


terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak
dengan diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain
badan mayat.
LANJUTAN..

Pasal 134 KUHAP :


1) Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan pembuktian bedah
mayat tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih
dahulu kepada keluarga korban.
2) Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan dengan sejelas-
jelasnya tentang maksud dan tujuan perlu dilakukannya pembedahan tersebut.
3) Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau
pihak yang diberi tahu tidak diketemukan, penyidik segera melaksanakan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang
ini.
LANJUTAN..

• Dengan merujuk kedua pasal dalam KUHAP tersebut dapat diartikan bahwa Permintaan Visum et Repertum
mayat berupa bedah jenazah, maka hukumnya ”mutlak” atau tidak dapat ditolak.
• Apabila diperlukan pemeriksaan bedah mayat dan keluarga keberatan, maka penyidik wajib menjelaskan
kepada keluarga korban hingga keluarga korban dapat memahami tujuan dan kepentingan pemeriksaan.
• Penyidik juga masih dapat menerapkan Pasal 222 KUHP yang akan memberikan sangsi pidana apabila
keluarga menghalanghalangi guna pemeriksaan jenazah untuk keadilan.

Pasal 222 KUHP :


Barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan pemeriksaan mayat untuk
pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat
ribu lima ratus rupiah.
b. Mengapa visum et repertum harus dibuat tertulis?

Dalam menentukan salah atau tidaknya terdakwa, seorang hakim harus


berpedoman pada Pasal 183 Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), dimana
 hakim harus menjatuhkan pidana kepada seseorang dengan 2 (dua)

minimum alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu


tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang
bersalah melakukannya.
 Sistem ini dikenal dengan “negatief wettelijk stelsel”
LANJUTAN..

Sehingga Tujuan visum et repertum harus dibuat tertulis adalah


untuk memberikan kepada hakim suatu kenyataan akan fakta-fakta dari
bukti-bukti yang ada pada korban atas semua keadaan sebagaimana
tertuang dalam pembagian pemberitaan agar hakim dapat mengambil
putusan dengan tepat dengan dasar kenyataan atau fakta-fakta tersebut,
sehingga dapat menjadi pendukung keyakinan hakim.
c. Apa yang menjadi dasar visum et repertum menjadi alat bukti?

Dalam hukum pidana dikenal beberapa jenis alat bukti. Pasal 184 ayat
(1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (“KUHAP”)
menyatakan alat bukti yang sah ialah:
a. Keterangan saksi;
b. Keterangan ahli;
c. Surat;
d. Petunjuk;
e. Keterangan terdakwa
LANJUTAN..

 Selanjutnya pada Pasal 187 huruf c KUHAP yang menyatakan:


 “Surat sebagaimana tersebut pada Pasal 184 ayat (1) huruf c, dibuat atas
sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah, adalah Surat keterangan
dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya
mengenai sesuatu hal atau suatu keadaan yagn diminta secara resmi dari
padanya”
 Berdasarkan hal tersebut Visum et Repertum menurut KUHAP
merupakan alat bukti sah.
 Pada pemeriksaan mayat bayi prempuan, cukup bulan dalam
kandungan dan lahir hidup, serta tidak ditemukan tanda – tanda
perawatan, pada pemeriksaan luar didapatkan luka terbuka pada leher
sepanjang 10 sentimeter akibat kekerasan tajam. Sebab mati bayi ini
akibat kekerasan tajam pada leher sehingga menyebabkan kematian.
SELESAI

Anda mungkin juga menyukai