MATERI
O T P PL JLH
A MATERI DASAR
1. Kebijakan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
2 0 0 2
(PKPR) dan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
Sub Total 2 0 0 2 Jumlah 100 JPL
B MATERI INTI T = 16 JPL
1. Pemantauan tumbuh kembang usia sekolah dan P = 44 JPL
4 9 20 33 PL = 40 JPL
remaja
2. Manajemen Terpadu Pelayanan Kesehatan
2 9 10 21 Praktik
Remaja (MTPKR)
3. Komunikasi, Edukasi dan Informasi dan konseling lapangan:
4 18 10 32 1. Penjarkes di
bagi usia sekolah dan remaja
4. Pencegahan masalah gizi pada usia sekolah dan sekolah
3 2 0 5 2. Pelayanan
remaja
5. Teknik Melatih 5 7 0 12 kesehatan di
Sub Total Panti
18 45 40 103
3. Penggunaan
C MATERI PENUNJANG
MTPKR di
1. Building Learning Commitment (BLC) 0 2 0 2
puskesmas
2. Rencana Tindak Lanjut 1 2 0 3 4. Konseling di
3. Anti Korupsi 2 0 0 2 puskesmas
4. PUGBK 2 0 0 2
Sub Total 5 4 0 9
TOTAL 25 53 40 114
Konsep pendekatan HEADSSS dan
algoritma pertumbuhan dan
perkembangan dengan manajemen
PKPR untuk layanan
kesehatan remaja di FKTP
MTPKR tidak memuat panduan klinis semua penyakit. Bila ada keluhan atau penyakit yang tidak
terdapat dalam panduan MTPKR ini, harap merujuk pada panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas
layanan kesehatan primer (Permenkes No 5 Tahun 2014).
Contoh Penggunaan Algoritma
• Pasien remaja datang ke Puskesmas dengan keluhan nyeri kepala, pasien kemudian dilakukan
pemeriksaan fisik sesuai dengan keluhan. Petugas kesehatan kemudian mencocokkan keluhan dan hasil
pemeriksaan fisik dengan algoritma yang sesuai. Pada contoh, remaja mengalami keluhan nyeri kepala,
maka kategori tersebut masuk pada algoritma lain-lain.
• Petugas kesehatan kemudian melakukan anamnesia dan pemeriksaan fisik sesuai dengan yang diperlukan.
Petugas kemudian dilakukan klasifikasi penyakit berdasarkan keluhan dan pemeriksaan fisik didapat
sesuai dengan algoritma. Contoh, setelah diklasifikasi remaja didapati masuk dalam klasifikasi nyeri kepala
tipe tegang, petugas kemudian melakukan tatalaksana dan pemantauan sesuai klasifikasi tersebut.
• Ciri khas pelayanan kesehatan pada remaja, setelah dilakukan tatalaksana tersebut, petugas kemudian
melakukan skrining anamnesis HEEADSSS untuk mengetahui apakah terdapat mengalami masalah lain
yang berisiko terhadap kesehatan remaja. Skrining anamnesis HEEADSSS dianjurkan dilakukan dalam
situasi nyaman bagi remaja (penggunaan bahasa tidak terlalu formal, melindungi kerahasiaan remaja).
Karakteristik remaja yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, berani mengambil risiko tanpa perhitungan
yang panjang, lebih terbuka pada sebayanya namun kurang terbuka pada orang dewasa dll dianggap perlu
untuk mengaplikasikan metode skrining anamnesis HEEADSSS ini.
• Pada contoh, setelah dilakukan skrining anamnesis HEEADSSS, didapatkan kecurigaan remaja mengalami
kekerasan fisik di dalam rumah. Maka petugas kemudian melihat kembali algoritma yang sesuai untuk
kemudian dilakukan klasifikasi, tatalaksana dan pemantauan berdasarkan hasil yang didapatkan
Pokok Bahasan II.
Skrining anamnesis HEEADSSS
Petugas memeriksa
kemungkinan remaja memiliki
masalah terkait risiko terkait
aktivitas seksual
SAFETY
petugas memeriksa
kemungkinan remaja
memiliki masalah terkait
dengan keselamatan
SUICIDE AND DEPRESSION
petugas memeriksa
kemungkinan remaja
memiliki masalah terkait
risiko bunuh diri dan
depresi
Pokok Bahasan III
ALGORITMA KESEHATAN REMAJA
I. IDENTIFIKASI :
1. TANYA-LIHAT/RASA/DENGARMEMILAH berdasarkan gejala
2. KLASIFIKASI dalam tiga kelompok warna;
II. TATALAKSANA, tindakan sesuai dengan klasifikasi:
1. RUJUK keterbatasan sarana & prasarana; kompetensi & ke-
ilmuan (~ KONSULTASI);
2. Pencegahan (Nasihat, Konseling);
3. Pengobatan;
4. Koordinasi jejaring kerja (NetWorking): lintas program, lintas
dinas, org prof/masy., institusi masy. dll.
III. PEMANTAUAN: kontrol, kapan harus segera kembali.
Pokok Bahasan III
ALGORITMA KESEHATAN REMAJA
Masing-masing
algoritma berisi
tahapan
pemeriksaan
untuk
menetapkan
klasifikasi dan
tatalaksana atas
keluhan dan
gejala kesehatan
remaja
Pokok Bahasan IV
TINDAK LANJUT MANAJEMEN TERPADU PELAYANAN KESEHATAN
REMAJA
INFORMED CONSENT
• Pasal 45 Undang-Undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dan Pasal 68 Undang-Undang No
36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan menjadi landasan hukum pelaksanaan informed consent.
• Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 290 Tahun 2008, informed consent atau persetujuan
diberikan oleh pasien yang kompeten atau wali/keluarga/pengampunya apabila pasien tidak
berkompeten. Apabila persetujuan diberikan kepada pasien yang tidak kompeten maka
wali/keluarga/pengampunya dapat tetap menganggap sah atau dapat membatalkan tindakan kedokteran.
• Pada penggunaan algoritma ini, maka persetujuan tindakan medis (informed consent) diberikan oleh
keluarga terdekat antara lain ayah/ibu kandung atau saudara kandung yang telah dewasa, dengan
didahului penjelasan yang cukup pada klien remaja dengan didampingi oleh ayah/ibu kandung atau
saudara kandung yang telah dewasa tersebut sebagai pihak yang akan mengambil keputusan. Pada
prinsipnya, persetujuan tindakan kedokteran yang diberikan oleh keluarga terdekat (ayah/ibu kandung
atau saudara kandung yang telah dewasa) tersebut bertujuan untuk melindungi kepentingan pasien.
Namun demikian, pada kondisi emergensi dimana pasien harus segera menerima tindakan medis dan
pasien tidak didampingi oleh keluarga maka penjelasan dapat diberikan kepada pasien tersebut demi
menyelamatkan jiwa pasien (saksi).
Informasi yang diperlukan dalam pencatatan
PENCATATAN DAN PELAPORAN
LAPORAN BULANAN PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA
PROVINSI :
BULAN : TAHUN :
4 Tatalaksana Kasus
Gangguan Haid
Seks Pra Nikah
Kehamilan Tidak Diinginkan
Persalinan Remaja
Abortus
Gangguan Gizi
- Anemia
- KEK
- Obesitas Masing-masing tingkatan administrasi
NAPZA yang menerima laporan berkewajiban
- Rokok
- Alkohol menganalisis laporan yang diterima dan
- Selain rokok dan alkohol
Infeksi Menular Seksual
menyampaikan umpan balik penerimaan
Infeksi Saluran Reproduksi laporan. Hasil analisis laporan dapat
HIV
AIDS dipergunakan untuk eavaluasi dan
Masalah Kejiwaan
Lain-lain, sebutkan :
pengembangan pelayanan kesehatan
- ………………………. remaja di wilayah kerja.
- ………………………….
- ………………………….
Frekuensi pelaporan dari Puskesmas ke
Tempat, Tanggal____________________ Mengetahui Dinas Kesehatan Kab/Kota adalah
Pengelola PKPR Provinsi Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
maksimal setiap tanggal 5 di setiap
bulannya. Frekuensi pelaporan dari Dinas
(__________________________) (__________________________) Kesehatan Kab/Kota ke Dinas Kesehatan
Kab/Kota adalah maksimal setiap tanggal
10 di setiap bulannya.
Klinik Remaja Departemen Ilmu
Kesehatan Anak FKUI - RSCM
PRAKTIK (135 menit) UJI KASUS KERTAS
Fasilitator membagi peserta menjadi 4 (empat) kelompok, masing masing kelompok terdiri dari
6-7 orang
Fasilitator membagikan kertas yang berisi satu kasus usia sekolah dan remaja yaitu :
Kelompok 1 kasus Algoritma Pertumbuhan dan Perkembangan
Soal :
Seorang anak perempuan, Mawar, datang dengan keluhan belum menstruasi. Usia 14 tahun, saat ini kelas 8 (2 SMP). Berat badan saat
ini 38 kg, dengan tinggi badan 142 cm. Pasien saat ini belum menstruasi. Saat pemeriksaan didapatkan pasien tampak sehat,
tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal.
Pertanyaan:
⁻ Pemeriksaan atau langkah apa yang harus dilakukan?
⁻ Data apa saja yang harus dilengkapi?
⁻ Intepretasi dan penggunaan algoritma?
⁻ Apakah tindakan selanjutnya?
Pembagian peran:
Peserta 1: H
Peserta 2: Ibu H
Peserta 3: Petugas PKPR
Kelompok 2 kasus Algoritma Kesehatan Reproduksi
Soal
Seorang gadis, usia 16 tahun, datang dengan Ibunya ke Puskesmas A. Pasien datang dengan keluhan tidak mens sejak
3 bulan yang lalu. Pasien pertama kali mens usia 11 tahun. Sejak pertama mens hingga saat ini, pasien
mengatakan tidak tiap bulan mens. Menurut pasien, jika sedang mens, lama mens kira-kira 5-7 hari. Pasien tidak
ada mengkonsumsi rutin obat tertentu dan tidak menderita penyakit tertentu. Pasien mengaku belum pernah
melakukan hubungan seksual. Diketahui TB pasien 159 cm dan BB 40 kg.
Pembagian Peran:
Peserta 1: Gadis
Peserta 2: Ibu Gadis
Peserta 3: Petugas kesehatan Puskesmas