Ariesta Dwi Putri 1911312047 Fitria Vanesa 1911313010 Dinia Hendi Agesti 1911312056 Nurul Irhamna 1911313013 Nurul Ashikin 1911312062 Hesty Amelia Mayora 1911313025 Cantika Dwi Putri 1911312065 Amanda Echa Putrie 1911313043 Kasus Bayi A tampak sulit bernafas setelah dilahirkan. Bayi tersebut didiagnosa asfiksia neonatorum. Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan : - Bayi sulit bernafas/tidak teratur - Tangisan bayi lemah/lambat - Denyut jantung kurang dari 100x/menit - warna kulit kebiruan - Tonus otot menurun - didapatkan cairan ketuban ibu bercampur mekonium, atau sisa mekonium pada tubuh bayi - BBLR Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir yang mengalami gagal bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Abnormal Pemeriksaan Fisik - Bayi sulit bernafas/tidak teratur - Tangisan bayi lemah/lambat - Denyut jantung kurang dari 100x/menit - warna kulit kebiruan - Tonus otot menurun - didapatkan cairan ketuban ibu bercampur mekonium , atau sisa mekonium pada tubuh bayi - BBLR - APGAR skor 4 Pemeriksaan Laboratorium Darah Lengkap Leukosit(WBC) 22,91 Neutrofil 16,5 Basofil % H 3,7 Limfosit 3,3 Eritrosit (RBC) 4,719 Monosit 2,3 Hemoglobin (HGB) 15,72 Eosinofil 0,0 Hematokrit (HCT) 44,84 Basofil 0,8 MCV 95,01 Neutrofil % 72,0 MCH H 33,32 Limfosit % L 14,3 MCHC 35,07 Monosit % 10,0 RDW 13,68 Eosinofil % L 0,0 PLT 253 MPV 6,700 Diagnosa keperawatan : Asfiksia neonatorum Tata laksana berhubungan dengan ketidakefektifan Tindakan Umum bersih jalan napas A.Bersihkan jalan nafas : Kepala bayi diletakkan NOC : lebih rendah agar lendir mudah mengalir, bila Respiratory status : Ventilator perlu digunakan laringoskop untuk membantu Reapiratory status : airway patency penghisapan lendir dari saluran nafas yang lebih dalam. Kriteria Hasil : B.Rangsang refleks pernafasan : dilakukan setelah 20 detik bayi tidak memperlihatkan Bersuara nafas yang bersih, tidak ada bernafas dengan cara memukul kedua sianosis dan dyspneu telapak kaki menekan tanda achilles. mampu bernafas dengan mudah, C.Mempertahankan suhu tubuh. tidak ada pursed lips Tindakan Khusus Menunjukkan jalan nafas Pada penanganan Asfiksia Sedang/Ringan berdasarkan yang paten (klien tidak kasus, maka dapat dilakukan: sesak), irama nafas, frekuensi pernafasan Pasang Relkiek pernafasan (hisap lendir, rangsang nyeri) dalam rentang normal, tidak ada suara selama 30-60 detik. Bila gagal lakukan pernafasan nafas abnormal. kodok (Frog Breathing) 1-2 menit yaitu kepala bayi Mampu mengidentifikasi dan ekstensi maksimal beri O2 1-21/menit melalui kateter mencegah faktor yang dapat menghambat dalam hidung, buka tutup mulut dan hidung serta jalan nafas gerakkan dagu ke atas bawah secara teratur 20 x/menit. Intervensi keperawatan
Intervensi utama : manajemen jalan nafas.
Definisi ; mengidentifikasi dan mengelola kepatenan jalan nafas. Aktivitas / tindakan ; 1.Observasi Monitor pola nafas 2.Terapeutik Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head-tilt dan chin lift (jaw-thrust jika trauma servikal) Penekanan pada Rasional Tindakan dan perbandingan dengan nilai normal 3.Memastikan bayi dalam suhu normal, yaitu 36,5 - 37 o C 1.Mendeteksi apakah pasang Relkiek Perawat harus memantau selalu TTV pernafasan (hisap lendir, rangsang nyeri) pada pasien untuk menghindari risiko Jika bayi mengalami asfiksia ringan lain dari penyakit bayi. atau sedang dapat dilakukan pemasangan relkiek pernapasan 4.Kaji kemungkian pemberlakuan selama 30-60 detik. tindakan Frog Breathing Tindakan ini dilakukan jika bayi gagal 2.Mengurangi transmisi mikroorganisme melakukan pernapasan relkiek. selama tindakan Tindakan dilakukan selama 1-2 menit Memperhatikan lingkungan sekitar bayi dengan cara kepala bayi ekstensi untuk mengurangi risiko infeksi dan maksimal dan beri oksigen 1-2 L/menit penyumbatan pernapasan pada bayi tersebut. melalui kateter dalam hidung, buka tutup mulut dan hidung serta gerakan dagu keatas-kebawah secara teratur