Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

KEPERAWATAN ANAK III

“Atresia Esofagus”

Disusun oleh :
Kelompok 8

1. Arieta Dwi Putri (1911312047)


2. Derlin Tiara Zoema (1011312044)
3. Dilla Rahman (1911312050)
4. Suci Faisal (1911312041)

Dosen Pembimbing:
Dr. Ns. Meri Neherta, M.Biomed

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
selesai tepat waktu.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Dr. Ns. Meri Neherta, M.Biomed selaku
dosen Keperawatan Anak III yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini.
Kami juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih ada banyak kekurangan baik dari
segi materi maupun kalimatnya. Oleh karena itu, kami mohon saran dan kritik dari teman-teman
maupun dosen. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan
menambah pengetahuan.

Padang,15 September 2021

Kelompok 8
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

BAB II : PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Atresia Esofagus


2.2 Etiologi Atresia Esofagus
2.3 Klasifikasi Atresia Esofagus
2.4 Manifestasi Klinis Atresia Esofagus
2.5 Patofisiologi Atresia Esofagus
2.6 Asuhan Keperawatan Teoritis Atresia Esofagus

BAB III ASKEP DAN SAP

3.1 Asuhan Keperawatan Berdasarkan Kasus


3.2 SAP Terapi Bermain pada Anak
3.3 SAP Pendidikan Kesehatan pada Keluarga

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan
4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Atresia esophagus merupakan suatu kelainan congenital dimana esophagus tidak
terbentuk secara sempurna. Pada kebanyakan kasus, kelainan ini disertai dengan
terbentuknya hubungan antara esophagus dengan trakea yang disebut fistula
trakeaoesophageal (Tracheoesophageal Fistula/ TEP). Fistula trakeoesofageal (TEF) dan
esophagus atresia (EA) adalah darurat bedah, menyajikan selama pertama saat setelah
lahir. Thomas Gibson adalah yang pertama, yang di 1696 dijelaskan deskrips klinis dan
patologis yang akurat dari anomali yang paling umum, di mana EA dikaitkan dengan TEF.
Pada saat itu penyakit ini dianggap sebagai yang fatalkondisi, yang merupakan tidak fatal
lagi sekarang hari. Utama terobosan terjadi pada tahun 1941, ketika ahli bedah Amerika
Cameron Haight dicapai bertahan hidup dengan sukses anastomosing dua ujung
kerongkongan dan dengan demikian mengatasi obstruksi pada saluran gastro-intestinal.
Prematuritas merupakan hal umum dan lebih dari 50% penderita disertai dengan
beragai kelainan lain seperti penyakit jantung congenital, kelainan traktus urinarius dan
kelainan traktus gastrointestinal atresi esophagus ataupun fistula trakeoesofageal ditangani
dengan tindakan bedah. Diagnosis ini harus diperhatikan pada setiap neonatus yang
mengeluakan banyak mucus dan saliva, dengan atau tanpa tanda-tanda gangguan
pernapasan.
Atresia esophagus (AE) merupakan kelainan congenital yang ditandai dengan tindak
menyambungnya esophagus bagian proksimal dengan esophagus bagian distal. AE dapat
terjadi bersama fistula trakeoesofagus (FTE), yaitu kelainan congenital dimana terjadi
persambungan abnormal antara esophagus dengan trakea.
Atresia Esophagus (AE) merupakan kelaianan kongenital yang cukup sering dengan
insidensi rata-rata sekitar 1 setiap 2500 hingga 3000 kelahiran hidup.1 Insidensi AE di
Amerika Serikat 1 kasus setiap 3000 kelahiran hidup. Di dunia, insidensi bervariasi dari 0,4
– 3,6 per 10.000 kelahiran hidup.2 Insidensi tertinggi terdapat di Finlandia yaitu 1 kasus
dalam 2500 kelahiran hidup.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa defenisi dari Atresia Esofagus
2. Apakah etiologi dari Atresia Esofagus

1|Page
3. Apa saja klasifikasi Atresia Esofagus
4. Apakah manifestasi klinis dari Atresia Esofagus
5. Apa patofisiologi Atresia Esofagus
6. Bagaimana asuhan keperawatan teoritis Atresia Esofagus
7. Bagaimana asuhan keperawatan berdasarkan kasus
8. Bagaimana terapi bermain anak berdasarkan kasus (SAP)
9. Bagaimana pendidikan kesehatan untuk keluarga (SAP)

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui defenisi dari Atresia Esofagus


2. Untuk mengetahui etiologi dari Atresia Esofagus
3. Untuk mengetahui klasifikasi Atresia Esofagus
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Atresia Esofagus
5. Untuk mengetahui patofisiologi Atresia Esofagus
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan teoritis Atresia Esofagus
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan berdasarkan kasus
8. Untuk mengetahui terapi bermain anak berdasarkan kasus (SAP)
9. Untuk mengetahui pendidikan kesehatan untuk keluarga (SAP)

2|Page
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Atresia Esofagus


Atresia berarti buntu, atresia esofagus adalah suatu keadaan tidak adanya
lubang atau muara (buntu), pada esofagus. Pada sebagian besar kasus atresia
esofagus ujung esofagus buntu, sedangkan pada kasus lainnya esophagus bagian
bawah berhubungan dengan trakea setinggi karina (disebut sebagai atresia esophagus
dengan fistula). Atresia esophagus adalah malformasi yang disebabkan oleh kegagalan
esophagus untuk mengadakan pasase yang kontinyu. Esophagus mungkin saja
membentuk sambungan dengan trachea (fistula trakheaesofagus).(Wong, Donna L.
2003: 512).

Kelainan lumen esophagus ini biasanya disertai dengan fistula trakeoesofagus.


Atresia esofagaus sering disertai kelainan bawaan lain, seperti kelainan jantung,
kelainan gastroin testinal (atresia duodeni atresiasani), kelainan tulang (hemivertebrata).
Atresia esophagus adalah kegagalan esophagus untuk membentuk saluran kotinu dari
faring ke lambung selama perkembangan embrionik adapun pengertian lain yaitu bila
sebuah segmen esofagus mengalami gangguan dalam pertumbuhan nya
(congenital) dan tetap sebagai bagian tipis tanpa lubang saluran.

2.2 Etiologi Atresia Esophagus

Sampai saat ini belum diketahui zat teratogen apa yang bisa menyebabkan
terjadinya kelainan atresia esophagus, hanya dilaporkan angka rekuren sekitar 2 % jika
salah satu dari saudara kandung yang terkena. Atresia esophagus lebih berhubungan
dengan sindroma trisomi 21,13 dan 18 dengan dugaan penyebab genetik. Namun saat
ini, teori tentang terjadinya atresia esophagus menurut sebagian besar ahli tidak lagi
berhubungan dengan kelainan genetik. Perdebatan tentang proses embriopatologi
masih terus berlanjut.

Selama embryogenesis proses elongasi dan pemisahan trakea dan esophagus


dapat terganggu. Jika pemisahan trekeoesofageal tidak lengkap maka fistula
trakeoesofagus akan terbentuk. Jika elongasi melebihi proliferasi sel sebelumnya, yaitu
sel bagian depan dan belakang maka trakea akan membentuk atresia esophagus.

3|Page
Atresia esophagus dan fistula trakeoesofagus sering ditemukan ketika bayi
memiliki kelainan kelahiran seperti :

- Trisomi
- Gangguan saluran pencernaan lain (seperti hernia diafragmatika, atresia duodenal,
dan anus imperforata).
- Gangguan jantung (seperti ventricular septal defect, tetralogifallot, dan patent ductus
arteriosus).
- Gangguan ginjal dan saluran kencing (seperti ginjal polisistik atau horseshoe kidney,
tidak adanya ginjal,dan hipospadia).
- Gangguan Muskuloskeletal
- Sindrom VACTERL (yang termasuk vertebr, anus, candiac, tracheosofagealfistula,
ginjal, dan abnormalitas saluran getah bening).
- Lebih dari setengah bayi dengan fistula atau atresia esophagus memiliki kelainan
lahir
-
2.3 Klasifikasi Atresia Esophagus
Terdapat variasi dalam atresia esofagus berdasar klasifikasi anatomi. Menurut Gross
of Boston, variasi atresia esofagus beserta frekuensinya adalah sebagai berikut :

- Tipe A – atresia esofagus tanpa fistula atau atresia esofagus murni (10%)
- Tipe B – atresia esofagus dengan TEF proksimal (<1%)
- Tipe C – atresia esofagus dengan TEF distal (85%)
- Tipe D – atresia esofagus dengan TEF proksimal dan distal (<1%)
- Tipe E – TEF tanpa atresia esofagus atau fistula tipe H (4%)
- Tipe F – stenosis esofagus kongenital (<1%)

2.4 Manifestasi Klinis Atresia Esophagus

4|Page
Tanda dan gejala Atresia Esofagus yang mungkin timbul :
- Batuk ketika makan atau minum
- Bayi menunjukkan kurangnya minat terhadap makanan atau ketidakmampuan untuk
menerima nutrisi yang cukup (pemberian makan yang buruk
- Gelembung berbusa putih di mulut bayi
- Memiliki kesulitan bernapas
- Memiliki warna biru atau ungu pada kulit dan membran mukosa karena kekurangan
oksigen (sianosis)
- Meneteskan air liur
- Muntah-muntah
- Biasanya disertai hidramnion (60%) dan hal ini pula yang menyebabkan kenaikan
frekuensi bayi lahir prematur, sebaiknya dari anamnesis didapatkan keterangan
bahwa kehamilan ibu diertai hidramnion hendaknya dilakukan kateterisasi esofagus.
Bila kateter terhenti pada jarak ≤ 10 cm, maka di duga atresia esofagus.
- Bila Timbul sesak yang disertai dengan air liur yang meleleh keluar, di curigai
terdapat atresia esofagus.
- Segera setelah di beri minum, bayi akan berbangkis, batuk dan sianosis karena
aspirasi cairan kedalam jalan nafas.
- Pada fistula trakeosofagus, cairan lambung juga dapat masuk kedalam paru, oleh
karena itu bayi sering sianosis

2.5 Patofisiologi Atresia Esophagus


Biasanya Trakea dan Kerongkongan sepenuhnya lumen terpisah dengan ada
hubungan antara mereka. Oleh karena itu, anak dapat makan dengan baik tanpa
pernapasan apapun distress dan masalah dalam makan.
Janin dengan atresia esofagus tidak dapat menelan cairan amnion dengan
efektif. Pada janin dengan atresa esofagus dan TEF distal, cairan amnion akan mengalir
menuju trakea, ke fistula kemudian menuju usus. Akibat dari hal ini dapat terjadi
polihidramnion. Polihidramnion sendiri dapat menyebabkan kelahiran prematur. Janin
seharusnya dapat memanfaatkan cairan amnion, sehingga janin dengan atresia
esofagus lebih kecil daripada usia gestasinya.
Neonatus dengan atresia esofagus tidak dapat menelan dan menghasilkan
banyak air liur. Pneumonia aspirasi dapat terjadi bila terjadi aspirasi susu, atau liur.
Apabila terdapat TEF distal, paru-paru dapat terpapar asam lambung. Udara dari trakea

5|Page
juga dapat mengalir ke bawah fistula ketika bayi menangis, atau menerima ventilasi. Hal
ini dapat menyebabkan perforasi gaster akut yang seringkali mematikan. Penelitian
mengenai manipulasi manometrik esofagus menunjukkan esofagus distal seringkali
dismotil, dengan peristaltik yang jelek atau anpa peristaltik. Hal ini akan menimbulkan
berbagai derajat disfagia setelah manipulasi yang berkelanjutan menuju refluks
esofagus.
Trakea juga terpengaruh oleh gangguan embriogenesis pada atresia esofagus.
Membran trakea seringkali melebar dengan bentuk D, bukan C seperti biasa. Perubahan
ini menyebabkan kelemahan sekunder ada struktur anteroposterior trakea atau
trakeomalacia. Kelemahan ini akan menyebabkan gejala batuk kering dan dapat terjadi
kolaps parsial pada eksirasi penuh. Sekret sulit untuk dibersihkan dan dapat menjurus
ke pnemona berulang. Trakea juga dapat kolaps secara parsial ketika makan, setelah
manipulasi, atau ketika terjadi refluks gastroesofagus; yang daat menjurus ke kegagalan
nafas; hipoksia, bakan apnea.
Menurut Price, Sylvia A. 2005. Atresia esophagus merupakan penyakit pada bayi
baru lahir dan merupakan kelainan bawaan. Resiko tinggi terhadap atresia esophagus
yaitu bayi baru lahir secara premature dan menangis terus disertai batuk-batuk sampai
adanya sianosis. Malformasi struktur trakhea menyebabkan bayi mengalami kesulitan
dalam menelan serta bayi dapat mengalami aspirasi berat apabila dalam pemberian
makan tidak diperhatikan.
Pada perkembangan jaringan,terjadi gangguan pemisahan antara trakhea dan
esopagus pada minggu ke 4 sampai minggu ke 6 kehidupan embryonal. Resiko tinggi
dapat terjadi pada ibu hamil dengan hidramnion yaitu amniosentesis harus dicurigai.
Bayi dengan hipersalivasi ; berbuih, sulit bernafas, batuk dan sianosis. Tindakan
pembedahannya segera dilakukan pembedahan torakotomi kanan retro pleural.

2.6 Asuhan Keperawatan Teoritis Atresia Esofagus


I. Pengkajian
Asuhan keperawatan yang diberikan pada bayi baru lahir adalah berdasarkan
tahapan-tahapan pada proses keperawatan. Tahap pengkajian merupakan tahap
awal, disini perawat mengumpulkan semua imformasi baik dari klien dengan cara
observasi dan dari keluarganya. Lakukan penkajian bayi baru lahir, observasi
manipestasi atresia esophagus dan fistula. Traekeoesofagus, saliva berlebihan,
tersedat, sianosis, apneu.

6|Page
Lakukan pengkajian pada bayi baru lahir

-Saliva berlebihan dan mengiler

-Tersedak

-Sianosis

-Apnea

-Peningkatan distres pernapasan setelah makan

-Distensi abdomen

-Observasi, Manifestasi atresia esofagus

-Bantu dengan prosedur diagnostik misalnya : Radiografi dada dan abdomen, kateter
dengan perlahan dimasukkan kedalam esofagus yang membentuk tahanan bila lumen
tersebut tersumbat.

-Pantau dengan sering tanda-tanda distres pernapasan

-Laringospasme yang disebabkan oleh aspirasi saliva yang terakumulasi dalam kantung
buntu

II. Diagnosa Keperawatan


a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan lubang abnormal antara
esophagus dan trakea atau obstruksi untuk menelan sekresi.
b. Ansietas berhubungan dengan kesulitan menelan, dan ketidaknyamanan
c. Gangguan menelan berhubungan dengan obstruksi mekanis
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang darikebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia

7|Page
III. Intervensi dan Implementasi

NO Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Bersihan jalan napas tidak NOC NIC


efektif b.d lubang - Respiratory status: ventilation
Airway suction
abnormal antara - Respiratory status: airway
- Pastikan kebutuhan
esophagus dan trakea patency
oral/tracheal suctioning
atau obstruksi untuk Kriteria hasil:
- Auskultasi suara nafas
menelan sekresi. - Mendemonstrasikan bentuk
sebelum dan sesudah
efektif dan suara nafas
suctioning
yang bersih, tidak ada
- Informasikan pada klien
sianosis dan dyspnea
dan keluarga rentang
(mampu mengeluarkan
suction
sputum, mampu bernafas
- Minta klien nafas dalam
dengan mudah , tidak ada
sebelum suction dilakukan
pursed lips)
- Berikan O2 dengan
- Menunjukkan jalan nafas
menggubakan nasal untuk
yang paten(klien tidak
memfasilitasi suction
merasa tercekik, frekuensi
nasotrakeal
pernafasan dalam rentang
- Monitor status oksigen
normal, tidak ada suara
pasien
nafas abnormal)
- Ajarkan keluarga
- Mampu mengidentifikasi
bagaimana cara melakukan
dan mencegah factor yang
suksion
dapat menghambat jalan
- Hentikan suksion dan
nafas
berikan oksigen apabila
pasien menunjukkan
bradikardi, peningkatan
saturasi O2,dll.
Airway Management
- Buka jalan nafas,gunakan
teknik chin lift atau jaw thrust
bila perlu

8|Page
- Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
- Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas
buatan
- Pasang mayo bila perlu
- Lakukan fisioterapi dada jika
perlu
- Keluarkan secret dengan
batuk atau suction
- Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan
- Lakukan suction pada mayo
- Berikan bronkodilator bila
perlu
- Berikan pelembab udara
kassa basah NaCl lembab
- Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
- Monitor respirasi dan status
O2
2 Ansietas berhubungan NOC NIC
dengan kesulitan
- Anxiety self control - Gunakan pendekatan yang
menelan, dan
- Anxiety level menenangkan pasien
ketidaknyamanan
- Nyatakan dengan jelas
Kriteria Hasil harapan terhadap pelaku
pasien
- Klien mampu mengidentifikasi
- Jelaskan semua prosedur
pasien dan mengungkapkan
dan apa yang dirasakan
gejala cemas
selama prosedur
- Mengidentifikasi,
- Pahami prespektif pasien
mengungkapkan dan
terhadap situasi stree

9|Page
menunjukkan teknik untuk - Temani pasien untuk
mengontrol cemas memberikan kenyamanan
- Vital sign dalam batas normal dan megurangi takut
- Postur tubuh, ekspresi wajah,
bahasa tubuh dan tingkat
aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan
3 Gangguan menelan NOC NIC
berhubungan dengan
- Pencegahan aspirasi Aspiration Precautions
obstruksi mekanis
- Ketidakefektifan polamenyusui
- Statusmenelan: tindakan - Memantau tingkat
pribadi untuk mencegah kesadaran, reflex batuk,
pengeluaran cairan dan reflex muntah, dan
partikel padat kedalam paru kemampuan menelan
- Status menelan: fase - Memonitor status paru
esophagus: penyaluran cairan - Menjaga/mempertahanakan
atau partikel padat dari faring jalan nafas
ke lambung - Posisi tegak 90 derajat atau
- Status menelan: fase oral: sejauh mungkin
persiapan, penahanan,dan - Jauhkan manset trake
pergerakan cairan atau meningkat
partikel padat kearah posterior - Jauhkan pengaturan hisap
dimulut yang tersedia
- Status menelan: fase faring: - Menyuapkan makanan
penyaluran cairan dan partikel dalam jumlah kecil
padat dari mulut ke esophagus - Periksa penempatan tabung
NG atau gastrotomy sebelum
Kriteria Hasil : menyusui
- Dapat mempertahankan - Periksa tabung NG atau
makanan didalam mulut gastrotomy sisa sebelum
- Kemampuan menelan adekuat makan
- Pengiriman bolus ke - Hindari makan, jika residu
hipofaring selaras dengan tinggi tempat “pewarna”

10 | P a g e
reflex menelan dalam tabung pengisi NG
- Kemampuan untuk - Hindari cairan atau
mengosongkan rongga mulut menggunakan zat pengental
- Mampu mengontrol mualdan - Penawaran makanan atau
muntah cairan dapat dibentuk
- Imobilitas konsekuensi: menjadi bolus sebelum
fisiologis menelan
- Pengetahuan tentang - Potong makanan menjadi
prosedur pengobatan potongan kecil
- Tidak ada kerusakan otot - Permintaaan obat dalam
tenggorokan atau otot wajah, bentuk mujarab
menelan, menggerakkan lidah, - Istirahat atau
atau reflex muntah menghancurkan pil sebelum
- Pemulihan pasca prosedur pemberian
pengobatan - Jauhkan kepala tempat tidur
- Kondisi pernafasan, ventilasi atau ditinggikan 30-45 menit
adekuat stelah makan
- Mampu melkaukan perawatan - Sarankan pidato/berbicara
terhadap non pengobatan sesuai patologi berkonsultasi
parenteral - Sarankan barium menelan
- Mengidentifikasi factor emosi kue atau video fluoroskopi
atau psikologis yang
menghambat menelan
- Dapat mentolerasnsi ingesti
makanan tanpa tersedak atau
aspirasi
- Menyusui adekuat
- Kondisi menelan bayi
- Memelihara kondisi gizi:
makanan dan asupan cairan
ibu dan bayi
- Hidrasi tidak ditemukan
- Pengetahui mengenai cara

11 | P a g e
menyusui
- Kondisi pernafasan adekuat
- Tidak terjadi gangguan
neurologis
4 Ketidakseimbangan nutrisi NOC NIC
kurang darikebutuhan
-Nutritional status: food and fluid Nutrition Management
tubuh berhubungan
-Intake - Kaji adanya alergi mnakanan
dengan anoreksia
-Nutritional status: nutrient intake - Kolaborasi dengan ahli gizi
-Weight control untuk menentukan jumlah
kaloriu dan nutrisi yang
Kriteria hasil: dibutuhkan pasien
-Adanya peningkatan berat - Anjurkan pasien
badan sesuai dengantujuan untukmeningkatkan intake
-Berat badan ideal sesuai Fe
dengan tinggin badan - Anjurkan pasien untuk
-Mampu mengidentifikasi meningkatkan intake protein
kebutuhan nutrisi dan vitamin
-Tidak ada tanda-tanda - Berikan substansi gula
malnutrisi - Yakinkan diet yang dimakan
-Menunjukkan peningkatan mengandung serat
fungsi pengecapan dan untukmecegah konstipasi
menelan - Berikan makanan yang
-Tidak terjadi penurunan berat terpilih(sudah konsultasi
badan yang berarti dengan ahli gizi)
- Ajarkan pasien bagaiaman
membuat catatan makanan
harian
- Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
- Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
- Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan nutrisi

12 | P a g e
yang dibutuhkan
- Nutrition Monitoring
- BB pasien dalam batas
normal
- Monitor adanya penurunan
BB
- Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yangbiasa dilakukan
- Monitor interaksi anak atau
orang tua selama makan
- Monitor lingkungan selama
makan
- Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
- Monitor kulit kering
danperubahan pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekringan,rambut
kusam dan mudah patah
- Monitor mual dan muntah
- Monitor kadar albumin,total
protein,HB, Dan kadar Ht
- Monitor pertumbuhan
danperkembangan
- Monitor
pucat,kemerahan,dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
- Monitor kalori danintake
nmutrisi
- Catat adanya
edema,hiperemik,hipertonik,

13 | P a g e
papilla lidah, dan cavitas oral
- Catat bila lidah
berwarnamagenta,scarlet

IV. Evaluasi
Pada tahap ini perawat mengkaji kembali hal-hal pernah dilakukan,
berdasarkan pada kriteria hasil yang telah ditetapkan. Apabila terdapat masalah–
masalah klien yang belum teratasi, perawat hendaknya mengkaji kembali hal–hal
yang berkenaan dengan masalah tersebut dan kembali melakukan intrvensi
keperawatan.
Sebaliknya bila masalah klien telah teratasi maka perlu dilakukan
pengawasan dan pengontrolan yang teratur untuk mencegah timbulnya serangan
atau gejala – gejala yang memicu terjadinya serangan

14 | P a g e
BAB III

ASKEP DAN SAP

3.1 ASUHAN KEPERAWATAN ANAK ATRESIA ESOFAGUS

Seorang bayi laki-laki, 14 hari, berat badan 2200 gr, dibawa ke rumah sakit dengan keluhan
utama muntah setelah diberikan ASI (air susu ibu). Pemeriksaan fisik dijumpai adanya ronki
pada suara pernapasan. Analisa gas darah laboratorium pH: 7,33 / pCO2: 42,8 / pO2: 63,5 / Bic:
22,4 / Tot.CO2: 23,7 / BE: -3,3 / SpO2: 92, 8%. Laboratorium lain dalam batas normal. Temuan
radiologi: Atresia esofagus proksimal dengan fistel trakeoesofageal dan dijumpai aspirasi
pneumonia. Ekokardiografi: struktur jantung dan fungsi normal. Pasien direncanakan untuk
elektif torakotomi. Pasien di premedikasi dengan 0,1 mg sulfas atropin. Intubasi menggunakan
teknik “awake intubation”. Selama operasi hemodinamik stabil, pemeliharaan dengan sevofluran
MAC 1%, fentanyl 4 µg/ jam, dan rocuronium 0,5 mg/jam. Bila desaturasi, operasi dihentikan
sementara dan diberikan ventilasi. Operasi berlangsung 4 jam dan pasien ditransfer ke NICU
untuk perawatan lanjutan.

1. Pengkajian

A. Identitas

Nama : BY.N

Umur :14 hari

Jenis kelamin :Laki-laki

Berat badan :2200 gr

B. Pemeriksaan fisik

adanya ronki pada suara pernapasan.

C. Pemeriksaan penunjang

 Pemeriksaan laboratorium

pH: 7,33

pCO2: 42,8

15 | P a g e
pO2: 63,5

Bic: 22,4

Tot.CO2: 23,7

BE: -3,3

SpO2: 92, 8%.

 Pemeriksaan radiologi

Atresia esofagus proksimal dengan fistel trakeoesofageal dan dijumpai aspirasi pneumonia.

2. Diagnosa keperawatan

a) Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d lubang abnormal antara esophagus dan trakea
atau obstruksi untuk menelan sekresi d.d adanya bunyi ronchi

b) Gangguan menelan b.d akalasia d.d muntah sebelum menelan

c) Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan

NO SDKI SLKI SIKI

1. Bersihan jalan nafas tidak 1. Bersihan jalan nafas 1. Manajemen jalan


efektif b.d lubang abnormal nafas
Definisi :kemampuan
antara esophagus dan trakea
membersihkan sekret atau Definiisi: mengidentifikasi
atau obstruksi untuk menelan
obstruksi jalan nafas untuk dan mengelola
sekresi d.d adanya bunyi
mempertahankan jalan kepatenan jalan nafas.
ronchi
napas tetap paten
Tindakan :
Kriteria hasili :
 Observasi
a) Bunyi ronchi 4(cukup
a) Monitor pola nafas
menurun)
b) Monitor bunyi nafas
b) Dispnea 4(menurun)
tambahan
c) Frekuensi nafas
 Teraupetik

16 | P a g e
4(cukup membaik) a) Pertahankan
kepatenan jalan
2. Kontrol gejala
nafas dengan head-
Definisi :kemampuan untuk tilt dan chin-lift (jaw-
mengendalikan atau thrust jika curiga
mengurangi perubahan trauma servikal)
fungsi fisik dan emosi yang
b) Berikan oksigen
dirasakan akibat munculnya
masalah kesehatan.  Kolaborasi

Kriteria hasil : Kolaborasi pemberian


bronkodilator,
a) Kemampuan
ekspektoran, mukolitik
memonitor keparahan
gejala 4(cukup
meningkat)
2. Pemantauan respirasi
b) Kemampuan
Definisi :mengumpulkan
melakukan tindakan
dan menganalisis data
pencegahan 4(cukup
untuk memastikan
meningkat)
kepatenan jalan napas
dan keefektifan
pertukaran gas.

Tindakan:

 Observasi

a) Monitor pola nafas

b) Monitor adanya
produksi sputum

c) Auskultasi bunyi
nafas

 Teraupetik

17 | P a g e
a) Atur intervensi
pemantauan
intervensi

2. Gangguan menelan b.d Status menelan 1. Dukungan perawatan


akalasia d.d muntah sebelum diri
Definisi :jalan makanan dari
menelan
mulut sampai abdomen Definisi : memfasilitasi
adekuat pemenuhan kebutuhan
makan/minum
Kriteria hasil :
Tindakan
a) Usaha menelan 4(cukup
meningkat)  Observasi

b) Muntah 4(cukup a) Monitor kemapuan


menurun) menelan

c) Penerimaan makanan b) Monitor status


4(cukup membaik) hidrasi pasien

 Teraupetik

a) Berikan bantuan saat


makan/minum

2. Pencegahan aspirasi

Definisi : mengidentifikasi
dan mengurangi resiko
masuknya partikel
makanan/cairan kedalam
paru-paru.

Tindakan:

 Observasi :

a) Monitor kemapuan

18 | P a g e
menelan dan muntah

b) Monitor status
pernapasan

c) Monitor bunyi napas

 Teraupetik

a) Pertahankan
kepatenan jalan
nafas (teknik head tilt
chin lift)

b) Sediakan suction di
ruangan

 Edukasi

a) Ajarkan strategi
mencegah aspirasi

b) Ajarkan cara
menelan

3. Defisit nutrisi b.d 1. Status nutrisi Manajemen nutrisi


ketidakmampuan menelan
Definisi : keadekuatan Definisi : mengidentifikasi
asupan nutrisi untuk dan mengelola asupan
memenuhi kebutuhan nutrisi yang seimbang
metabolisme
Tindakan:
Kriteria hasil :
 Observasi
a) Kekuatan otot menelan
a) Identifikasi status
4(cukup meningkat)
nutrisi
b) Berat badan 4(cukup
b) Monitor asupan
membaik)
makanan

19 | P a g e
c) IMT 4(cukup membaik) c) Monitor berat badan

 Kolaborasi

a) Kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan

3.2 SATUAN ACARA PENYULUHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN


PENDIDIKAN KESEHATAN ATRESIA ESOFAGUS

Pokok Bahasan : Pendidikan kesehatan Atresia Esofagus


Sub Pokok bahasan : Pendidikan kesehatan Atresia Esofagus
Sasaran : keluarga By.N
Hari/Tanggal : Rabu, 15 september 2021
Waktu : 30 menit
Tempat : Rs. Bhakti
Penyaji : Kelompok 8

A. Latar Belakang
Atresia esophagus merupakan suatu kelainan congenital dimana esophagus tidak
terbentuk secara sempurna. Pada kebanyakan kasus, kelainan ini disertai dengan
terbentuknya hubungan antara esophagus dengan trakea yang disebut fistula
trakeaoesophageal (Tracheoesophageal Fistula/ TEP). Fistula trakeoesofageal (TEF) dan
esophagus atresia (EA) adalah darurat bedah, menyajikan selama pertama saat setelah
lahir. Thomas Gibson adalah yang pertama, yang di 1696 dijelaskan deskrips klinis dan
patologis yang akurat dari anomali yang paling umum, di mana EA dikaitkan dengan TEF.
Pada saat itu penyakit ini dianggap sebagai yang fatalkondisi, yang merupakan tidak fatal
lagi sekarang hari. Utama terobosan terjadi pada tahun 1941, ketika ahli bedah Amerika
Cameron Haight dicapai bertahan hidup dengan sukses anastomosing dua ujung
kerongkongan dan dengan demikian mengatasi obstruksi pada saluran gastro-intestinal.

20 | P a g e
Prematuritas merupakan hal umum dan lebih dari 50% penderita disertai dengan
beragai kelainan lain seperti penyakit jantung congenital, kelainan traktus urinarius dan
kelainan traktus gastrointestinal atresi esophagus ataupun fistula trakeoesofageal ditangani
dengan tindakan bedah. Diagnosis ini harus diperhatikan pada setiap neonatus yang
mengeluakan banyak mucus dan saliva, dengan atau tanpa tanda-tanda gangguan
pernapasan.
Atresia esophagus (AE) merupakan kelainan congenital yang ditandai dengan tindak
menyambungnya esophagus bagian proksimal dengan esophagus bagian distal. AE dapat
terjadi bersama fistula trakeoesofagus (FTE), yaitu kelainan congenital dimana terjadi
persambungan abnormal antara esophagus dengan trakea.
Atresia Esophagus (AE) merupakan kelaianan kongenital yang cukup sering dengan
insidensi rata-rata sekitar 1 setiap 2500 hingga 3000 kelahiran hidup.1 Insidensi AE di
Amerika Serikat 1 kasus setiap 3000 kelahiran hidup. Di dunia, insidensi bervariasi dari 0,4
– 3,6 per 10.000 kelahiran hidup.2 Insidensi tertinggi terdapat di Finlandia yaitu 1 kasus
dalam 2500 kelahiran hidup.

B. Tujuan
Tujuan instruksional umum
Setelah Setelah diadakan diadakan penyuluhan penyuluhan diharapkan diharapkan
sasaran sasaran mampu memahami dan mengenal tentang penyakit atresia ani.
Tujuan instruksional khusus
Setelah Setelah diberikan diberikan penyuluhan penyuluhan diharapkan diharapkan
sasaran sasaran dapat :
1. Menyatakan tahu dan menerima keadaan anaknya
2. Menyatakan tahu apa saja yang harus dilakukan pada anaknya
3. Menyatakan akan berusaha merawat anaknya secara mandiri

C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Pemaparan materi mengenai
2. Diskusi (tanya-jawab)

21 | P a g e
D. Media
1. Power Point Presentation
2. Leaflet

E. Materi
Terlampir

22 | P a g e
F. Proses pelaksanaan
No Kegiatan Respon Waktu
1. Pembukaan : Menjawab salam mendengarkan 2 menit
- Memberi salam dan memperhatikan
- Menjelaskan tujuan
- Menyebutkan materi/pokok bahasan
yang akan disampaikan
2. Inti Mendengarkan dengan penuh 20 menit
1. Menjelaskan defenisi dari perhatian
Atresia Esofagus
2. Menjelaskan etiologi dari
Atresia Esofagus
3. Menjelaskan manifestasi klinis
dari Atresia Esofagus
4. Menjelaskan pengobatan
atresia esofagus

3. Evaluasi Bertanya dan menjawab 5 menit


- Memberi kesempatan kepada audien pertanyaan
untuk bertanya
- Memberi kesempatan kepada
fasilitator untuk menjawab pertanyaan
yang dilontarkan
4. Penutup : Mengucapkan salam 3 menit
- Menyimpulkan materi yang telah
disampaikan
- Menyampaikan terima kasih atas
perhatian dan waktu yang telah
diberikan
- Mengucapkan salam

23 | P a g e
LAMPIRAN MATERI

A. Definisi
Atresia berarti buntu, atresia esofagus adalah suatu keadaan tidak adanya lubang atau
muara (buntu), pada esofagus. Atresia esophagus adalah malformasi yang disebabkan oleh
kegagalan esophagus untuk mengadakan pasase yang kontinyu.
Kelainan lumen esophagus ini biasanya disertai dengan fistula trakeoesofagus. Atresia
esofagaus sering disertai kelainan bawaan lain, seperti kelainan jantung, kelainan gastroin
testinal (atresia duodeni atresiasani), kelainan tulang (hemivertebrata). Atresia esophagus
adalah kegagalan esophagus untuk membentuk saluran kotinu dari faring ke lambung selama
perkembangan embrionik adapun pengertian lain yaitu bila sebuah segmen esofagus
mengalami gangguan dalam pertumbuhan nya (congenital) dan tetap sebagai bagian tipis
tanpa lubang saluran.

B. Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui zat teratogen apa yang bisa menyebabkan terjadinya
kelainan atresia esophagus, namun Atresia esophagus dan fistula trakeoesofagus sering
ditemukan ketika bayi memiliki kelainan kelahiran seperti :
- Trisomi
- Gangguan saluran pencernaan lain (seperti hernia diafragmatika, atresia duodenal,
dan anus imperforata).
- Gangguan jantung (seperti ventricular septal defect, tetralogifallot, dan patent ductus
arteriosus).
- Gangguan ginjal dan saluran kencing (seperti ginjal polisistik atau horseshoe kidney,
tidak adanya ginjal,dan hipospadia).
- Gangguan Muskuloskeletal
- Sindrom VACTERL (yang termasuk vertebr, anus, candiac, tracheosofagealfistula,
ginjal, dan abnormalitas saluran getah bening).
- Lebih dari setengah bayi dengan fistula atau atresia esophagus memiliki kelainan
lahir

C. Manifestasi atau tanda dan gejala


Tanda dan gejala Atresia Esofagus yang mungkin timbul :
- Batuk ketika makan atau minum

24 | P a g e
- Bayi menunjukkan kurangnya minat terhadap makanan atau ketidakmampuan untuk
menerima nutrisi yang cukup (pemberian makan yang buruk
- Gelembung berbusa putih di mulut bayi
- Memiliki kesulitan bernapas
- Memiliki warna biru atau ungu pada kulit dan membran mukosa karena kekurangan
oksigen (sianosis)
- Meneteskan air liur
- Muntah-muntah
- Biasanya disertai hidramnion (60%) dan hal ini pula yang menyebabkan kenaikan
frekuensi bayi lahir prematur, sebaiknya dari anamnesis didapatkan keterangan
bahwa kehamilan ibu diertai hidramnion hendaknya dilakukan kateterisasi esofagus.
Bila kateter terhenti pada jarak ≤ 10 cm, maka di duga atresia esofagus.
- Bila Timbul sesak yang disertai dengan air liur yang meleleh keluar, di curigai
terdapat atresia esofagus.
- Segera setelah di beri minum, bayi akan berbangkis, batuk dan sianosis karena
aspirasi cairan kedalam jalan nafas.
- Pada fistula trakeosofagus, cairan lambung juga dapat masuk kedalam paru, oleh
karena itu bayi sering sianosis

D. Pengobatan Atresia Esofagus


Penanganan untuk kondisi atresia esofagus pada bayi adalah dengan melakukan
tindakan operasi atau pembedahan.
Operasi pada kasus esophageal atresia ini bertujuan untuk menyambung kembali kedua
bagian ujung kerongkongan sehingga bayi dapat bernapas dan menyusu dengan lancar.
Dalam kondisi tertentu, prosedur operasi dan pemberian obat-obatan lainnya mungkin
diperlukan.
Hal tersebut khususnya diberikan pada bayi dengan kondisi saluran kerongkongan yang
terlalu sempit atau kecil sehingga sulit dilewati oleh makanan. Selain itu, tindakan pembedahan
juga dilakukan pada kondisi lainnya.
Hal ini terjadi ketika misalnya saat otot-otot kerongkongan tidak bekerja cukup baik untuk
memindahkan makanan ke perut.
Hal ini juga berlaku jika makanan yang sudah masuk ke dalam sistem pencernaan tetapi
bergerak naik lagi ke kerongkongan.

25 | P a g e
SATUAN ACARA PENYULUHAN

TERAPI BERMAIN

Pokok Bahasan : Terapi Bermain dengan Sentuhan pada Neonatus

Sasaran : Ibu Bayi dan Bayi

Waktu : 10-25 menit

Tempat : Ruang perawatan

Hari/Tanggal :

I. Tujuan Umum
Setelah mengikuti terapi bermain diharapkan bayi mendapatkan kenyamanan selama
proses hospitalisasi.

II. Tujuan Khusus


Setelah dilakukan terapi bermain diharapkan :
a. Meminimalisir resiko trauma pada bayi selama proses hospitalisasi.
b. Mengurangi kecemasan pada orang tua
c. Mengajarkan kepada orang tua mengenai terapi bermain pada anak.

III. Materi Ajar


a. Pengertian terapi bermain dengan sentuhan
b. Manfaat terapi bermain dengan sentuhan.
c. Mempraktekkan cara bermain dengan sentuhan pada bayi 0-6 bulan.

IV. Metode Pembelajaran

Metode : Diskusi dan role play.

Media

 Lembar Balik

 Booklet

26 | P a g e
Hari/Tanggal :

Waktu : 10.30-11.00 WIB

Tempat : Ruang Perawatan anak , RS.UNAND

V. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
Tempat, media, dan alat penyuluhan sesuai rencana
b. Evaluasi Proses
 Peran dan tugas perawat sesuai rencana
 Waktu pelaksanaan sesuai dengan perencanaan
 Ibu antusias dalam kegiatan terapi bermain.
c. Evaluasi Hasil
1. Ibu terlihat tenang dan gembira.
2. Bayi terlihat nyaman selama proses hopitalisasi.

VI. Rencana Kegiatan

No. Waktu Kegiatan therapis Kegiatan peserta

1. 5 menit Pembukaan:
- Perkenalan dengan ibu dan terapis Memperhatikan
- Menjelaskan kontrak waktu dan Memperhatikan
kegiatan serta tujuan terapi bermain.
- Menanyakan kesediaan dan kesiapan Bersedia
ibu
2. 10 menit Pelaksanaan:
- Menjelaskan tata laksana perencanaan Menjelaskan
terapi bermain dengan sentuhan pada
ibu
- Mempraktekkan tindakan terapi bermain Memperhatikan
pada bayi. Memperhatikan
- Mendampingi ibu dan memberi Mempraktekkan
dukungan pada bayi.

27 | P a g e
- Mempersilahkan ibu mencoba tindakan
terapi bermain.
- Memberi pujian pada ibu
3. 10 menit Penutup:
- Menjelaskan rencana tindak lanjut Menjelaskan
kepada orang tua terkait terapi bermain
pada bayi tanpa bantuan perawat. Memperhatikan
- Memberikan reinforcement positif Menjawab salam
- Mempersilahkan ibu bertanya
- Menjawab pertanyann ibu
- Berpamitan dan salam

VII. SETTING MAPS

Keterangan:

1. Media :

2. Terapis :

3. Peserta :

TERAPI BERMAIN DNEGAN SENTUHAN PADA BAYI

1. Pengertian Sentuhan

Sentuhan sangat penting bagi bayi,terutama pada bayi yang lahir prematur dan bayi yang
sedang dalam perawatan khusus. Bayi–bayi yang lahir melalui operasi caesar dan karenanya

28 | P a g e
tidak menerima pijatan melalui jalan lahir juga membutuhkan banyak sentuhan (Becker,2007).
Bayi yang mendapatkan terapi sentuhan mempunyai pola tidur yang lebih baik dibandingkan
dengan bayi yang tidak dilakukan terapi sentuhan. Hal ini sesuai dengan konservasi energi
karena dengan pola tidu yang baik maka energi bayi banyak disimpn sehingga bayi tersebut
dapat tumbuh dan berkembang lebih baik (Field et al,1986)

Terapi sentuhan yang dilakukan pada bayi akan berdampak pada fungsi fisiologinya, salah
satunya adalah dampak biokimia positif yaitu penurunan kadar hormon stress
(cathecolamine),peningkatan kekebalan terutama IgG,IgA dan IgM (Roesli,2001).

2. Manfaat Terapi Sentuhan

Sentuhan akan menguatkan. Bayi prematur biasanya aka dirawat di dalam inkubator, karena
pengaturan suhu pada bayi prematur masih belum stabil. Seiring dengan perkembangan ilmu
dan teknologi maka perawatan bayi di dalam inkubator tetap mendapatkan sentuhan dari luar
seperti adanya perawatan metoda kangguru dan terapi sentuhan.

Fungsi fisiologis. Dampak biokimia positif : penurunan kadar hormon stress


(cathecolamine),peningkatan kekebalan terutama IgG,IgA dan IgM. Dampak klinis positif
peningkatan jumlah sel dan daya toksin dari sistem imunitas,mengubah gelombang otak secara
positif, memperbaiki sirkulasi darah dan pernapasan,merangsang sistem pencernaan dan
pembuangan,meningkatkan kenaikan berat badan, mengurangi depresi dan ketegangan,
meningkatkan kesiagaan, membuat tidur terlelap, mengurangi rasa sakit, mengurangi kembung
dan kolik, meningkatkan hubungan orang tua dan bayi,meningkatkan volume air susu ibu.

3. Cara bermain dengan Terapi Sentuhan

Stimulasi taktil yaitu gerakan harus lambat dan lembut,tetapi jangn terlalu halus, yang harus
diingat jangan memberikan sentuhan terlalu berlebihan karena bayi prematur telah banyak
mengalami sentuhan peralatan yang menyakitkan.

Rangsangan taktil/raba Dilakukan dengan cara bayi dalam posisi ditengkurapkan. Tiap gerakan
dilakukan dalam waktu 2x5 detik,tiap gerakan diulang 6 kali,dikerjakan selama 5 menit. Pada
kepala : menggunakan kedua telapak tangan,usap kepala dari puncak kepala sampai
leher,kemudian kembali lagi ke puncak kepala. Pada bahu : dengan dua jari tangan kanan dan
kiri di usap kedua belah bahu bayi dari pertengahan punggung ke pangkal lengan,kemudian
kembali ke pertengahan. Pada punggung : dengan dua jari kedua tangan usaplah leher ke

29 | P a g e
pantat,lalu kembali lagi ke leher. Pada kaki : dengan dua jari kedua tangan usaplah kedua kaki
secara bersamaan,dari pangkal paha ke pergelangan kaki, kemudian kembali lagi ke pangkal
paha. Pada lengan : dengan dua jari kedua tangan usaplah kedua lengan secara bersamaan,
dari pangkal bahu ke pergelangan tangan,kemudian kembali ke pangkal bahu.

Rangsangan Kinestetik yaitu Bayi dalam dalam keadaan ditelentangkan, tiap gerakan
dilakukan dalam waktu 2x5 detik. Tiap gerakan diulang 6 kali dikerjakan selama 5 menit. Pada
bagian lengan dilakukan enam gerakan pada tiap lengan, dikerjakan satu persatu,pegang
lengan pada pergelangan tangan,kemudian tekuklah pada sikut. Pada bagian kaki dilakukan 6
gerakan tiap kaki,dikerjakan satu-persatu,pegang daerah pergelangan kaki, kemudian tekuk
didaerah lutut dan pinggul. Selanjutnya enam gerakan,dikerjakan pada kedua kaki secara
bersamaan, pegang daerah pergelangan kaki,kemudian tekuk di daerah lutut tekan kedua kaki
ke arah perut. Tengkurapkan bayi kembali dan ulangi bagian pertama.

4. Macam dan Teknik Terapi Sentuh

 Bayi Prematur, melalui 3 tahapan

Memegang tanpa mengusap (hand containment/a nonstroke hold) Metode kangguru. Pijat
premature dengan tahapan : memberi rangsangan raba,kinestetik,dan rangsangan raba.

 Bayi usia 0-1 bulan

Disarankan gerakan yang lebih mendekati usapan-usapan halus. Sebelum tali pusar bayi lepas
sebaiknya tidak dilakukan pemijatan di daerah perut.

 Bayi usia 1-3 bulan

Disarankan gerakan halus disertai tekanan ringan dalam waktu yang singkat.

 Bayi usia 3 bulan – 3 tahun

Disarankan seluruh gerakan dilakukan dengan tekanan dan waktu yang semakin meningkat.

30 | P a g e
BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Atresia esofagus merupakan kelainan kongenital dengan variasi fistula
trakeoesofageal maupun kelainan kongenital lainnya. Atresia esofagus dapat dicurigai sejak
kehamilan, dan didiagnosa segera setelah bayi lahir. Bahaya utama pada AE adalah resiko
aspirasi, sehingga perlu dilakukan suction berulang. Penatalaksanaan pada AE utama
adalah pembedahan, tetapi tetap dapat meninggalkan komplikasi lebih lanjut yang
berhubungan dengan gangguan motilitas esofagus.

4.2 Saran
Perlu dilakukan pemeriksaan dengan NGT untuk mencari ada tidaknya atresia
esofagus pada bayi baru lahir terutama dengan faktor resiko ibu yang memiliki
polihidramnion ataupun tanda dari bayi seperti mulut berbuih, air liur yang terus keluar,
batuk dan sesak nafas, ataupun kembung. Dalam perujukan, perlu dilakukan tindakan
khusus saat pemindahan, yaitu untuk mencegah hipotermia, sumbatan jalan nafas dan
aspirasi dengan suction berulang, dan gangguan sirkulasi seperti dehidrasi, hipoglikemia
dan gangguan elektrolit dengan pemberian cairan intravena.

31 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Blair G. Esophageal Atresia With Or Without Trakheoesophageal Fistula.


http://www.emedicine.com
Kronemer K. Esophageal Atresia/Tracheoesophageal Fistula. http://www.emedicine.com
Hassan Rusepno, Alatas Husein. Atresia Esofagus. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta.
Infomedika Jakarta, 1998; 199-201.
Esophageal Atresia. http://www.encyclopediasurgery.com

32 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai